Bab 10 - Konferensi Pers

75 11 11
                                    

Karena Ask mengancam. Kepala Departemen terpaksa menuruti perintah tersebut. Mereka bersama-sama berjalan keluar dari ruangan. Tidak lupa, dijaga begitu ketat oleh para petugas keamanan rumah sakit. Serta, Ask memperingatkan mereka untuk tidak menyentuh badannya seinci mungkin.

Dalam perjalanan menuju apotek. Semua petugas yang mengenal Ask tampak tertengun melihat kehadirannya. Apalagi dikawal tanpa kekerasan. Sebagian pun berbisik-bisik dan yang lain, diam-diam merekam momen tersebut. Beberapa berpikir ini akan menjadi berita yang menarik media sosial Venesa.

Sesampainya mereka di apotek. Ketegangan tiba-tiba terjadi. Beberapa petugas terhenyak melihat kehadiran Ask. Beberapa menjadi sungkan tuk mendekati rombongan tersebut.

Di satu sisi, kabar mengenai Ask yang kembali ke rumah sakit bahkan dengan wajah tenangnya membuat kehebohan di seluruh departemen. Bagi mereka yang kebetulan senggang, masih menyempatkan diri melihat situasi yang sedang terjadi.

Mata Ask memicing tajam. Dia memindai tiap rak obat tuk mencari sesuatu. Arah tatapannya, tentu disadari oleh para farmasis. Ask berjalan sedikit mendekat di bagian rak obat generik. Menatap setiap label obat dengan seksama.

Sementara itu, Kepala Departemen memerintah asisten apoteker untuk memanggil apoteker penanggungjawab apotek.

"Di mana obat itu?" tanya Kepala Departemen mereka. "Berikan pada Ask, jika kalian belum memusnahkannya."

Apoteker penanggungjawab yang baru saja keluar dari ruangannya pun tercengang melihat Ask. Dia lalu melirik ke arah Kepala Departemen dan mengganguk patuh.

Bergegas, dia ke gudang farmasi yang letaknya tidak terlalu jauh dari apotek. Beberapa asisten apoteker, berlari mengikuti dari belakang.

Ask memanfaatkan momen tersebut tuk berjalan memeriksa tanpa menyentuh apa pun. Dia melirik kumpulan resep yang berada di atas meja. Ujung bibirnya tertarik tipis membaca jenis-jenis obat yang ditulis.

Tidak seorang pun berbicara atau mengajak Ask berbicara. Bahkan untuk sekedar berbasa-basi.

Mereka menunggu dan menunggu. Udara di sekitar mereka juga mendadak terasa sesak. Kepala Departemen melirik Ask cemas. Berharap dia tidak akan berulah. Di tambah, perkara masalah ini. Pelayan obat menjadi sedikit terhambat.

Namun, seberapa keras Apoteker penanggung jawab itu mencari di gudang. Dia sama sekali tidak menemukan sediaan tersebut. Bahkan, laporan pemusnahan obat pun tidak memiliki catatannya.

Dia bahkan mendesak bawahannya untuk mencari jauh lebih baik. Pemusnahan obat sendiri adalah  suatu tindakan perusakan dan pelenyapan terhadap obat, kemasan, dan/atau label yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu, dan label sehingga tidak dapat digunakan lagi.

Jika benda itu lenyap dari gudang farmasi. Itu artinya, seseorang memang sengaja melakukanya. Apoteker penanggung jawab pun segera kembali.

Peluh mulai menetes dari pelipisnya. Dia menatap Kepala Departemen Farmasi, kemudian menggeleng dan melirik Ask yang balas menatapnya tajam. "Maaf."

"Jadi, mana sediaannya?" protes Ask tidak terima. "Selama ini aku dikejar. Mustahil, aku bisa ke sini dan menyembunyikannya. Ayo, apa kalian ingin mengatakan sesuatu?"

Ask pikir, mereka telah melakukan kesalahan tanpa sadar dengan membuang botol sirup di tempat sampah tanpa melepas labelnya.

Sebab, dalam pemusnahan obat pun ada prosedurnya. Yaitu memisahkan isi obat dari kemasannya, lepaskan etiket dan tutup dari wadah atau botol obat, buang secara terpisah. Lalu buang isi obat melalui saluran air yang mengalir atau dikubur ke dalam tanah.

Bisa jadi, karena tahu Ask telah pergi ke limbah rumah sakit. Semua stok yang tersedia di musnahkan tanpa di ketahui oleh semua pihak.

Lalu, tidak ada yang menjawab pertanyaan Ask. Tetapi, kepala Departemen terus mendesak si Apoteker untuk mencari obat tersebut. Ask tersenyum puas.

"Baiklah. Kalau kalian tidak menemukannya. Sekarang lakukan konferensi pers. Aku mau bicara sesuatu."

"Ask!" Kepala Departemen menggeram. "Jangan banyak tingkah."

"Loh? Kenapa aku? Kalian menuduhku meresep obat yang salah. Sekarang, aku minta contoh obatnya dan kalian tidak punya? Aku tidak mungkin mencurinya. Di sini selalu ramai dan tidak mungkin aku menyuruh orang lain. Masih ada dua jam sebelum semuanya terjadi."

Ask menyeringai pada seisi ruangan. Tidak ada yang paham dengan kalimat terakhir Ask. Tetapi, Kepala Departemen tahu. Bahwa Ask masih memegang kartu As.

Kalimat Ask pun ada benarnya. Beberapa orang mulai percaya dan ragu akan tuduhan yang ia miliki.

Maka, karena Ask masih mengancam soal air yang dicemari. Kepala Departemen terpaksa memenuhi permintaanya.

Para wartawan segera diundang. Tidak peduli, bagaimana Kepala Departemen lain memproses Ask yanf bersikap seenak jidat.

Rumah sakit kembali mengalami kehebohan. Berita penangkapan Ask dijadikan breaking news.

"Tadi, kalian lihat sendiri, 'kan? Orang-orang yang menuduhku malah tidak tahu jenis sediaan obatnya berada di mana. Lalu, menuduhku hanya dengan selembar resep yang tidak jelas kebenarannya."

Ask pun mengeluarkan sebuah bungkusan berisi ampul yang ia temukan di limbah rumah sakit.

"Aku temukan di pembuangan akhir. Jelas ini adalah labelnya. Aku sendiri sudah mengindetifikasi zat sisanya. Jika rumah sakit masih memiliknya. Ayo kita bertanding. Kita teliti bersama dan bandingkan dengan sampelku. Biarkan semua orang tahu, siapa di sini yang bersalah. Aku atau rumah sakit. Lalu, akan kubuktikan bahwa pasien-pasien itu bisa tertolong."

Beberapa setuju dengan pendapat Ask. Wartawan mendesak pihak rumah sakit untuk melakukan pengujian bersama. Sialnya, mereka tidak bisa menunjukkanya. Sekarang, opini publik justru mengencam pihak rumah sakit.

Ask lalu diberi kesempatan ke bangsal VVIP. Beberapa wartawan mengikuti. Tetapi mereka tidak diizinkan masuk ke dalam kamar.

Sebagai gantinya. Ask memberikan sebuah vial kecil kepada perawat dan meminta mereka untuk diberikan pada pasien.

Semua orang menunggu penuh harap. Sedikit merasa aneh, jika ada obat yang bisa langsung menyembuhkan dalam sekejap. Akan tetapi, keraguan itu terbantahkan sepuluh menit kemudian. Semua pasien VVIP kembali siuman.

Bahkan, orang tua Dante yang datang ke rumah sakit juga membenarkan. Bahwa putra mereka juga mendadak sembuh. Mereka percaya bahwa Ask tidak bersalah. Mereka juga ingat bahwa cleaning service yang mereka lihat adalah Ask. Serta berasumsi Ask melakukan hal serupa diam-diam demi menyelamatkan Dante.

Kelegaan memenuhi hati Ask. Wartawan mulai mencecar Kepala Departemen. Diikuti direktur rumah sakit yang turut mengawasi.

Karena merasa terdesak. Ketua Departemen berkata, "Ask pembohong. Dia, dia telah mencemari air rumah sakit. Semua orang dalam bahaya."

Dengan santai. Ask menjawab, "Itu tipuan. Periksa saja sendiri. Memangnya siapa yang mau pergi ke tangki air."

Para pendukung Ask mulai menyelidiki hal tersebut. Sebagai hasilnya, dari pantauan cctv. Ask tidak pernah ke sana. Ask pun dibebaskan dari tuduhan.

Dia juga memberikan selembar kertas hasil penelitiannya. Kalau obat yang belum lolos uji coba itu, mengandung etilen glikol dan senyawa baru yang berbahaya.

Tidak terima, pihak rumah sakit dituduh. Mereka malah menuduh Ask menggunakan obat ajaib. Jenis obat yang mengandung mantra dan jampi-jampi. Parahnya lagi, hal ini kembali menarik atensi semua orang.

Aesculapius (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang