BAB 5

594 50 2
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
.
.
.

"Begitupun dengan dirimu Abian"

Deg!!

Abian membulatkan matanya setelah mendengar suara itu, dengan segera ia menoleh ke belakang.

"Astaga tuan, tuan bikin aku kaget... "

"Maaf..., kenapa kau bangun di jam segini?" Bramasta berjalan dan berdiri di sebelah Abian menatapan langit yang indah.

"Aku tidak tahu tuan, tiba-tiba saja aku terbangun"

"Apa kau menyukai bunga mawar putih itu?"

Abian sedikit terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Bramasta.

"Apa tuan mendengar perkataanku tadi?"

"Yaa saya mendengarnya... Kau sama seperti mendiang ibuku, ia juga menyukai mawar putih itu"

"Benarkah?... Apa aku boleh merawat mawar itu tuan?"

"Tentu kau boleh merawatnya apalagi mawar itu berada di samping mawar merah milikku... Sama seperti kita sekarang"

"A-apa maksud tuan?" Abian sedikit bingung dengan perkataan Bramasta.

"Lupakan... Sebaiknya kita kembali tidur, ayo"

"B-baik tuan"

Akhirnya Bramasta mengajak Abian untuk kembali tidur, namun setelah mereka berbaring tiba-tiba saja Bramasta menarik tubuh Abian ke dalam pelukannya.

"T-uan apa yang anda lakukan?"

"Apa boleh saya memeluk tubuh kecilmu ini?"

"B-boleh... Kalau tuan ingin memelukku s-silahkan"

"Tidurlah besok saya akan membawamu kesuatu tempat"

"Iya tuan"

Dengan memeluk tubuh pria imut itu, Bramasta merasa sangat tenang dan bahagia.
Terdengar suara dengkuran kecil dari Abian menandakan ia telah tertidur.

"Good night boys..." Bisik Bramasta di telinga Abian dan diakhiri dengan memberi kecupan di keningnya.

.
.
.

Pagi pun telah tiba cahaya matahari mulai menyinari kamar Bramasta.
Abian dan Bramasta masih tertidur sambil berpelukan, namun dengan perlahan mata Abian mulai terbuka.

"Astaga... T-tuan masih memelukku?"

Bukannya melepas pelukan itu, Abian lebih tertarik menatap wajah tampan Bramasta.

"Jadi begini rasanya dipeluk oleh seseorang, lihat wajah tampan itu... Astaga apa yang aku pikirkan?, sebaiknya aku bangun kemarin tuan memintaku membuatkan sarapan"

Dengan perlahan Abian memindahkan tangan berotot itu dari pinggangnya, ia tak ingin membuat Bramasta terbangun dari tidurnya.

Kini Abian berada di dapur membuatkan sarapan untuk tuannya, awalnya ia sedikit bingung untuk membuatkan sarapan.

Jadilah Abian membuat nasi goreng, karena ia pernah mendengar dari maid kalau Bramasta sering sarapan dengan nasi goreng.

"Tuan muda apa anda perlu bantuan?"

"Sudah berapa kali aku mengatakan aku ini bukan tuan kalian huuft.... Tidak perlu tinggal sedikit lagi sarapannya akan selesai"

"Baik tuan muda"

Abian sedikit kesal dengan maid yang selalu memanggil dengan sebutan tuan, namun iya lebih memilih untuk tak memperdulikan perkataan maid itu.

"Waah... Sarapan untuk tuan sudah siap, sebaiknya aku menyajikan makanan ini di atas meja sebelum tuan bangun"

Sedangkan Bramasta kini masih tertidur, namun setelah meraba di sampingnya, ia merasakan ada sesuatu yang hilang.

"Abi sudah bangun?... hoaam memeluk tubuh Abi membuat tidurku terasa nyenyak" Bramasta tersenyum ketika mengingat tubuh Abi berada dipelukannya.

Dengan segera ia pun meninggalkan tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.
Tak membutuhkan waktu yang lama, Bramasta pun selesai membersihkan diri.

Kreeek...

"Tuan apa anda sudah bangun?"

Deg!!

Mata Abian membulat setelah melihat Bramasta yang hanya memakai sehelai handuk putih.

Pria imut itu menelan salivanya dengan susah payah. Tubuh besar, lengan yang berorot, perut sixpack dan dada bidang membuat mata Abian tidak bisa berpaling.

"T-tuan sarapan anda s-sudah siap"

"Baiklah"

"Kalau b-begitu saya pergi dulu tuan"
Belum sempat Abian mengangkat kakinya, tiba-tiba Bramasta memanggil namanya.

"Abian"

"I-iya tuan ada apa?"

"Masuklah"

"M-masuk?... b-baiklah tuan"
Dengan sekuat tenaga Abian melangkah masuk ke kamar Bramasta.

Semakin dekat ia melihat tubuh Bramasta semakin berdetak juga jantung Abian, baru kali ini Abian melihat tubuh yang kekar seperti itu.

"T-tuan perlu bantuan?"

Karena Abian sudah berada di depannya, tiba-tiba tangan berurat milik Bramasta menarik tubuh kecil Abian masuk kedalam pelukannya.

Abian mendongak melihat wajah Bramasta, jantung berdetak begitu kencang setelah ia merasakan langsung sentuhan dari tubuh Bramasta tanpa memakai baju.

"T-tuan a-apa yang anda lakukan?"

Namun pria kekar itu hanya diam dan menatap wajah Abian yang sudah memerah.
Beberapa detik mereka saling menatap, Bramasta menunduk dan melihat tangan Abian yang sedang menempel di dada bidangnya.

Begitupun dengan Abian, ia baru sadar kalau tangannya sedang menyentuh dada bidang milik Bramasta, spontan ia menarik tangan menjauh dari dada itu.

"M-maaf tuan..."

"Kenapa kau meninggalkanku pagi tadi?"

"T-tuan... Kemarin anda menyuruhku untuk membuatkan sarapan, j-jadi aku bangun lebih awal... k-karena kalau tidak sarapan tuan tidak siap"

"Begitu?"

"I-iya tuan"

Dengan perlahan Bramasta mendekatkan wajahnya ke wajah Abian, ia menahan kepala Abian agar tak bergerak.

"Sarapan apa yang kau buatkan untukku?"

Karena kedekatan wajah mereka, hanya beberapa senti mulut Bramasta dari hidung Abian, ia bisa mencium aroma mulut Bramasta yang begitu cool.

Suara berat Bramasta membuat Abian sedikit merinding, ia masih menatap mata pria kekar itu. Jantungnya seperti akan copot karena detakan yang begitu kencang.

"A-aku membuatkan nasi g-goreng untuk t-tuan..."

Melihat wajah Abian sudah memerah dan ekspresi yang begitu imut, ia sangat ingin menggigit pipi Abian.

Matanya turun melihat bibir Abian yang begitu pink dan sedikit berukuran kecil namun terlihat seksi. Bibir Abian seakan-akan menggoda mata Bramasta untuk mencicipinya.

"Kalau begitu aku akan memakai pakaian lalu sarapan"

Bramasta melepas pelukannya dan berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaiannya,
Abian merasa sedikit lega dan kembali mengatur nafasnya.

"Baik tuan, aku akan menunggu tuan di ruang makan... huuhhft" Abian keluar dari kamar itu dan menuju ke ruang makan.

Sambil berjalan ia kembali mengingat ketika dirinya dipeluk oleh Bramasta, wajahnya kembali memerah dan merasa malu dengan kejadian itu.

"Ada apa dengan tuan, kenapa dia memelukku?... apalagi dia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan lagi aku memegang dadanya, AAKKHH... tapi aku menyukainya?"






Maaf ya baru up, soalnya banyak banget kerjaan. Karena masih ada yang baca jadi Wizard harus lanjutin ceritanya☺

Btw jangan lupa Vote and Comment yaa :)

MY LORD [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang