[V] Their Gaze at That Time.

135 19 11
                                    

Semoga suka! Jangan lupa komen ^^


77 Masehi, Pompeii.

Pada saat itu, siapa yang tidak mengenal Cyrus dari Thracia? Gladiator populer jenis Thracian. Hampir semua orang di Pompeii mengenalnya. Pertandingan ke-17nya dilaksanakan hari ini dan dia akan memenangkannya.

"Bunuh! Bunuh! Bunuh!" seru semua penonton yang berada di dalam amfiteater tersebut.

BRAK! Lawannya terjatuh.

Gladiator jenis Thracian itu membuka helm bertepinya dan mengangkatnya ke udara, "Yeah!"

"Cyrus! Cyrus! Cyrus!" sorakan penonton yang gila itu semakin menggila di atas sana. Mereka sangat senang melihat hiburan yang berupa olahraga bunuh-bunuhan khas Romawi ini.

Cyrus mengelilingi amfiteater sebelum akhirnya keluar lewat Porta Triumphalis. Lelaki itu memasuki lorong gelap yang diterangi oleh cahaya matahari dan bantuan nyala api oleh obor, "Selamat karena kau masih hidup, Cyrus." seorang lelaki menepuk bahunya yang membuat Cyrus tersenyum miring.

"Cato, kawanku!" Cyrus menarik tubuh lelaki bernama Cato itu dan memeluknya erat. Mereka berpelukan sangat erat.

"Jadi, Cato bagaimana perasaanmu hari ini?" goda Cyrus. "Sebagai orang bebas?"

Cato yang mendengarnya hanya tersenyum, memang benar ini hari terakhirnya sebagai gladiator budak dan dia baru saja mendapatkan kebebasannya menjadi orang bebas setelah melewati pemberian sebuah Rudis oleh kaisar. Rudis adalah sebuah pedang kayu yang diterima oleh gladiator yang berhasil mendapatkan kebebasan atau pensiunnya, ini adalah simbol kebebasan seorang gladiator budak.

"Yah aku senang," jawab Cato, dia merangkul Cyrus.

Cyrus merangkulnya balik, "Lalu bagaimana? Apa kau tetap ingin menjadi gladiator? Atau yang lain?"

Cato mengedikkan bahunya, "Entahlah, aku belum memikirkannya. Tapi yang pasti aku akan rindu dengan sorakan di arena."

"Beginilah jika mengobrol dengan gladiator papan atas yang sepertinya tidak takut mati," sindir Cyrus. Cato yang mendengarnya langsung tertawa.

"Cyrus, kau pasti bisa mendapatkan Rudis. Hanya tiga pertandingan lagi," ucap Cato menyemangati. "Tapi kau jangan sampai mati," lanjutnya yang membuat Cyrus langsung mendorong kepalanya.

"Yang terpenting hibur orang-orang itu, Cyrus," lanjut Cato lagi. Cyrus hanya mengangguk dan menepuk bahu Cato.

Cato sangat mengerti perasaan Cyrus karena dia saat itu juga seperti ini, "Apa kau akan langsung ke ludus?" tanya Cato mengikuti langkah Cyrus. Karena Cato sendiri juga bingung dia harus apa dan ke mana karena biasanya dia akan langsung ke ludus untuk beristirahat.

"Iya, aku ingin menaruh perlengkapanku dulu," jawab Cyrus. "Mungkin setelahnya aku akan jalan-jalan di sekitar ludus."

Cato menatapnya dan tersenyum aneh, "Cyrus, bagaimana dengan Lupanare?"

[after excavation hours]

Setelah menaruh perlengkapan di ludus yang juga berfungsi sebagai barak gladiator akhirnya mereka berjalan menuju Lupanare.

"Cato, jujur saja aku tidak ingin ke Lupanare," ucap Cyrus jujur, tangannya dari tadi dicengkram Cato agar dia tidak kabur.

"Ayolah, Cyrus. Apa kau tuli? Semua perempuan di sini ingin tidur denganmu," balas Cato. "Mereka selalu membicarakan tubuhmu yang sangat wah itu dan ingin tubuhmu berkeringat karena mereka."

after excavation hoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang