Sebelum baca ini, diharapkan baca "The Reason” dulu karena ini adalah sequelnya.
Hallo, Chaewon!
Sebelumnya, aku ingin minta maaf.
Maaf karena sudah mencintaimu, maaf karena sudah membuamu kecewa, dan maaf karena sudah menodai persahabatan kita dengan perasaan konyol ini.Aku tau, perasaan ini salah. Dan aku tau, perasaanku tidak akan pernah berbalas.
Tapi, aku lega. Lega karena berhasil menyuarakan isi hatiku kepadamu. Lega karena aku tidak lagi membohongi diriku sendiri.Hmm, kau ingat, saat pertama kita bertemu? Saat itu, aku menolongmu yang pada saat itu tengah di ganggu oleh beberapa anak nakal. Sejak saat itu, kita bersahabat dan dengan lantangnya aku berucap kalau aku akan selalu menjagamu.
Walaupun kenyataannya adalah kau yang terus menjagaku. Haha.
Chaewon..
Terimakasih untuk pertemanan kita selama ini.
Terimakasih karena kau selalu menjagaku.
Terimakasih karena kau selalu membuatku tersenyum.
Terimakasih karena kau selalu ada disisiku saat aku butuh.Aku tau, beberapa bulan kebelakang kita berjauhan. Tapi, sangat tidak mungkin untukku pergi tanpa pamit.
Kedua orang tuaku di tugaskan di New York, jadi aku harus mengikuti mereka.
Saat itu, aku sengaja menyatakan perasaanku. Karena aku mau kamu menjadi alasanku untuk tetap tinggal.
Tapi, sepertinya tidak bisa, ya? Hehe.Yasudah. Aku tidak mau jika surat ini terlalu panjang.
Aku menyayangimu, Chaewon. Dan akan selamanya begitu.
Tak perlu khawatir, rasa sayangku kepadamu saat ini tidak lebih dari rasa sayang kepada sahabat. Hehe.Selamat tinggal, Chaewon.
-Miyawaki Sakura
Aku menatap kertas usang di tanganku. Kertas yang entah sudah brapa kali ku baca. Kertas yang menjadi saksi bisu kebodohanku di masa lalu.Aku mengalihkan pandanganku, menatap figura yang berada di atas mejaku. Foto ku dengan dia.
Miyawaki Sakura.
Seseorang yang tanpa ku sadari berhasil menempati peringkat pertama di hatiku. Seseorang yang entah sejak kapan mengunci pintu hatiku.
Yup, aku menyukainya.
Menyukainya lebih dari sahabat.
Tapi, tentu kalian tau, kan, hubungan sesama jenis merupakan hal yang masih belum bisa diterima secara luas di masyarakat Korea. Dan tentu saja, aku tidak ingin dikucilkan hanya karena sebuah perasaan.
Bodoh? Memang.
Aku menjauhi nya, hanya karena ia menyukai ku. Aku tertawa. Menertawai kebodohanku.
Iya, aku memang sengaja menolaknya waktu itu. Dan aku sengaja menjauhinya, dengan harapan perasaan bodoh yang ada pada diriku juga dirinya hilang.
Tapi, yang terjadi adalah kebalikannya. Perasaanku semakin besar kepadanya.
Dan kini, setelah 7 tahun berlalu, perasaan itu tetap sama.
Hatiku tetap mengarah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Compilation
FanfictionJust a bunch of Miyawaki Sakura-centric (and some of Le Sserafim) Short Story.