Cinta. Orang bilang cinta tak memandang apapun. Ia tak memandang harta, derajat, popularitas, bahkan.......jenis.
Cinta itu anugrah. Tapi, bagaimana aku bisa menyebutnya anugrah, jika cinta itu jatuh di orang yang salah? Bagaimana aku menyebutnya anugrah, jika cinta itu membuatku berdosa?
Aku menutup buku ku, lalu menghela nafas. Semua hal yang bersangkutan dengan cinta membuat kepalaku sakit. Pasalnya, hingga sekarang aku belum menemukan solusi dari apa yang ku hadapi.
Cinta. Kata itu membuatku bodoh. Kata itu membuat semuanya kacau. Kata itu, membuat diri ini tidak nyaman.
Aku menatap sebuah figura yang ada di atas meja belajarku. Foto dimana terdapat 2 gadis dengan tinggi yang hampir sama. Foto dimana aku pertama kali berkenalan dengannya. Ya, dia. Orang yang mengisi hatiku belakangan ini.
Dia, Kim Chaewon.
Aku mengambil ponselku, dan mendapati sebuah chat masuk darinya. Segera, ku buka chat tersebut.
Kim Chaewon: Kkura?
Miyawaki Sakura: hmm? Ada apa, Chaewon?
Kim Chaewon: besok.... Mau berangkat bersama?
Miyawaki Sakura: hmm? Bagaimana? Arah rumahmu kan, berlawanan dengan rumahku?
Kim Chaewon: hehe, aku sedang menginap di tempat Kazuha.
Miyawaki Sakura: dan kau tidak mau berangkat seorang diri? Begitu?
Kim Chaewon: tepat! Yasudah, besok aku tunggu di stasiun pukul setengah 8.
Aku menghela nafas, setelahnya meletakan ponselku di meja, lalu bangkit dan berjalan menuju kasur. Tidur.
***
"Chaewon.. A--aku menyukaimu."
Aku menundukan kepalaku, tak berani menatapnya yang kini tengah menatapku tajam. Aku mengepalkan kedua tanganku. Mencoba mengontrol emosi ku yang ingin meledak.
Beberapa kali, ku dengar ia menghela nafas. Perlahan, aku mengangkat kepalaku. Menatap tepat ke kedua matanya yang kini tengah menatapku tajam.
"Chaewon.."
"Kau tau kan, kalau ini salah?" lirihnya sambil menundukan kepala. "Kamu.... Kita... Itu tidak akan bisa, Sakura."
"Aku tau, Chaewon. Hanya---"
"CUKUP!" bentak Chaewon. "Aku... Kamu... Kita sama-sama perempuan, Kkura!!"
"Aku tau, Chaewon. Aku tau ini salah. Hanya--"
"CUKUP!" Bentak Chaewon lagi. "Buang perasaanmu jauh-jauh. Karna sampai kapanpun, kita tak mungkin bersama." ucap Chaewon lalu pergi, meninggalkanku sendiri di taman ini.
Perlahan, tubuhku merosot kebawah. Aku memeluk kedua lututku, lalu menenggelamkan wajahku disana. Mencoba meredam isakan yang keluar dari mulutku.
"Aku cuma perlu alasan untuk aku tetap disini, Chaewon." lirihku.
"Sakura, berhenti menangisi orang seperti itu," ucap seseorang. "Aku selalu ada disini untukmu. Kenapa kau tidak pernah mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Compilation
Fiksi PenggemarJust a bunch of Miyawaki Sakura-centric (and some of Le Sserafim) Short Story.