|1| BAGIAN SATU

29 2 0
                                    


Lintania Anara Putri gadis cantik yang memiliki paras indah, Lintania merupakan sosok wanita yang sangat pintar. Selain pintar Lintania juga merupakan pendengar yang baik untuk temannya.

Tidak ada yang bisa di deskripsikan oleh orang-orang sekitar nya, Lintania gadis aneh dan memiliki mood yang selalu berubah-ubah. Terkadang dia merasa sedih, bahkan merasa senang, kapasitas mood nya sangat membuat orang disekitarnya dibuat bingung.

Lintania kini duduk di bangku SMP kelas 9, tahun ini merupakan tahun terakhir bagi dirinya berada di SMP 1 Tarsia. Lintania memiliki rambut hitam dengan panjang sebahu, matanya berwarna hitam serta gingsul yang manis di bagian gigi bawah nya. Tapi hal itu membuat Lintania kesal karna gingsulnya berada di bagian bawah dan Lintania juga mempunyai kedua lesung di dekat bibir.

Lintania menenggelamkan wajahnya di lekukan kedua tangan yang berada di atas meja, rasa malas menyerang dirinya ditambah lagi sekarang sedang jam kosong. Lintania memilih untuk tidur sebentar.

“Lintania, jangan tidur.” Suara seorang pria berhasil membuat tubuh Lintania kembali tegap.

Raditya Yohannes, seorang pria yang sudah di anggap sahabat oleh Lintania sejak dirinya duduk di bangku kelas 7, tapi apakah Raditya menganggap Lintania sahabatnya juga? Hanya perasaan Lintania saja mungkin.

“Ya Allah, kenapa si Dit? Gue lagi tidur, lagian juga belum ada guru.” Lintania menyelipkan rambutnya di belakang telinga.

Raditya mengambil bangku yang berada di sebrang Lintania, kemudian menarik bangku tersebut dan mensejajarkan nya dengan Lintania.

Raditya tersenyum, memandang Lintania membuat pipi Lintania tersenyum malu. Aneh, mengapa dirinya merasakan sosok seperti ini? Apalagi kepada seorang Raditya yang dikenal dengan playboy?

“Bisa ajarin gue matematika? Bentar lagi ulangan, karna lu murid kesayangannya Pak Agus. Jadi gue minta ajarin sama lo,” ucap Raditya membuat Lintania mendengus.

Lintania mengambil catatan matematika yang Ia taruh di kolong meja, kemudian mulai membuka nya secara perlahan. Lintania memberitahu Raditya bagian mana yang harus pria itu hafalkan, dan beruntungnya Raditya paham ketika Lintania memberitahu nya cara cepat tersebut.

“Thanks Tan, gue paham. Eh iya nanti katanya kelas kita mau ada lomba kebersihan. Terus juga kan kita pulang sekolah nanti di suruh kerkom, lu ikut?”

“Ikutlah Dit, kalo gue ga ikut bisa habis gue sama KM lo!” Lintania tertawa sambil menutup mulutnya agar tidak terdengar terlalu keras.

“Mau gue samper? Perumahan kita kan sebelahan.” Raditya menawarkan dan Lintania langsung menggelengkan kepalanya.

“Eh ga usah kok Dit, paling gue sama temen.” Lintania mengalihkan pandangan dari pria di hadapannya, Sial, sekali kenapa Raditya selalu membuatnya merasakan seperti ini.

“Gue tidur sebentar ya disini, ngantuk jangan di bangunin.” Raditya kemudian mengambil posisi tidur terbaiknya dengan buku matematika sebagai alas tidur nya.

Aneh sekali, padahal baru beberapa menit Raditya menyuruh Lintania jangan tertidur. Tapi lihatlah, malahan pria itu yang kini tertidur.

Tolol, gausa tidur disini juga co!- Lintania berusaha tidak peduli karna Raditya keras kepala.

“CIEEEE, BERDUAAN TERUS DARI TADI. UDAH JADIAN AJA SONO LO BERDUA!”

“Berisik banget lo toa masjid, siapa lagi yang mau jadian.” Lintania kesal, sahabat nya yang satu ini datang sambil membuat teriakan tidak jelas. Membuat seisi kelas menyorot nya dengan tatapan penasaran dan Raditya yang saat itu masih asik tertidur dengan tenang.

IYANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang