Prolog

267 21 22
                                    

Pada zaman dahulu kala, ras Naga adalah penguasa atas segalanya.

Pada era itu, Manusia adalah yang terburuk dan sedangkan para Monster? Kemenanganlah yang menentukan semuanya.

Manusia hanyalah makhluk lemah yang bahkan bisa lebih rentan dari seranting kecil pohon, fisik mereka benar-benar rapuh. Walau tak semua dari mereka adalah kelemahan, sudah dipastikan seorang manusia tak akan bisa menang dari seekor monster kuat diluar sana.

Meski telah dikenal luas sebagai ras terlemah, faktanya mereka masih bisa bertahan hidup.

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung selalu berkelompok dan saling melengkapi. Dengan berbagai macam cara beradaptasi dan kepintaran yang tak dimiliki setiap makhluk di dunia, mereka sukses menjadi yang terbesar meski tak menjadi yang terkuat.

Tetapi tentu, jika dibandingkan dengan raja dari segala kekuatan, keberadaan mereka masihlah seperti sekecil debu.

Naga adalah ras terkuat diantara segala ras. Sihir yang luar biasa hebat dan fisik yang luar biasa kuat, menjadikan mereka sebagai yang tersempurna diantara lainnya. Mereka benar-benar berada di puncak.

Tapi ... Dunia harus terus berputar seperti roda.

Pada suatu masa yang dimana tak seorang pun dapat memprediksi kapan datangnya ... Perang antara para Naga dan para Manusia akhirnya pecah.

Ini bukan lagi peperangan antar kerajaan ataupun wilayah, melainkan antar ras. Kaum langit dan kaum bumi saling 'membakar' satu sama lain. Kematian mulai bertebaran dimana-mana.

Kecerdikan dan semangat bertahan hidup para manusia sungguh pantas diacungi jempol, mereka berhasil bertahan dalam sengitnya peperangan dengan ras puncak ini. Raja Naga sendiri bahkan mengakui kelebihan mereka itu.

Hingga tak terasa perang telah berlangsung selama lebih dari se-abad lamanya, tetapi hasil konkret dari hal ini masih sama seperti sebelumnya.

Rudra de Nasca, Kaisar kekaisaran Nasca sekaligus pemimpin ras Manusia mengatakan mereka memang benar-benar berhasil bertahan dari gempuran para ras terkuat itu, tetapi dia juga tahu bahwa mereka hanya bermain-main.

Setiap pasukan dari ras Naga yang selalu datang adalah pasukan yang benar-benar terlemah dari yang seharusnya mereka ketahui, sayangnya tetap saja itu adalah bencana bagi 'semut' seperti Manusia.

Tapi sesuatu yang aneh terjadi.

Diwaktu itu, seluruh pasukan ras Naga yang berada dalam peperangan seketika tumbang tanpa sebab.

Tidak, bukan hanya para Naga, pasukan Manusia juga mengalaminya.

Kematian instan yang bahkan mungkin kurang dari tiga detik terjadinya. Berbagai mayat berjatuhan di tanah, tapi sungguh bukan darah yang keluar darinya, melainkan cairan hitam kental yang mematikan.

Jutaan, tidak, puluhan juta mayat Manusia dan Naga bercampur dalam suasana yang amat mencekam.

Kegelapan mutlak menguasai langit, sungguh seperti malam dengan awan-awan badai bersamanya. Angin bertiup bagaikan sedang mengamuk, tanah terus bergemuruh dan hewan-hewan seperti lari terbirit-birit menjauh.

Jiwa-jiwa yang telah meninggalkan raganya bagaikan terhisap dalam kegelapan. Suatu makhluk yang disebut inkarnasi malapetaka telah keluar dari perut bumi yang paling dalam.

Wujudnya adalah sumber ketakutan.

Kekuatannya berkali-kali lipat jauh diatas mereka yang digadang-gadang menjadi yang terbaik.

Dialah leluhur dari para Naga, pembawa petaka mutlak yang tak mungkin bisa terelakkan.

Tahu sang leluhur datang untuk membawa penghakiman atas bencana yang dibuat mereka, Raja Naga dan Kaisar Nasca akhirnya bersatu untuk menghentikannya.

Mereka mati-matian melawan sang leluhur, hingga suatu waktu akhirnya pertengkaran mereka terhenti.

Bukan, mereka bukan menang, mereka berdua kalah ... Telak.

Tetapi karena menghargai perjuangan mereka berdua, akhirnya Naga hitam itu mengampuni mereka.

"Aku akan mengampuni kalian atas apa yang telah kalian lakukan."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Tapi, kalian harus menerima syarat dariku."

Beribu-ribu tahun telah berlalu pasca era kegelapan.

Telah lahir ke dunia sepasang bayi kembar identik dari sebuah kerajaan besar bernama Evanon.

"Oek, oek, oek!"

Tangis keras kedua bayi itu bergema lengking diantara ruangan temaram yang hanya dibantu oleh cahaya lilin.

Sang ibu yang telah berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan kedua bayinya ini, untuk sementara tidak sadarkan diri setelah melahirkan.

Kedua bayi kembar itu akhirnya diserahkan kepada ayah mereka.

"Yang Mulia, Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Putri telah lahir dengan selamat dan sehat." Ucap salah seorang bidan yang lalu memberikan kedua bayi tersebut ke gendongan ayah mereka.

Pria tua itu terus memandangi salah satu bayinya. Merasa ada hal yang aneh, sang ayah lantas menyipitkan matanya.

"Hm."

Matanya melirik sang istri yang sedang terkulai lemas sehabis melahirkan.

Dengan wajah tegas, ia memberikan sebuah titah kepada salah satu kesatria bawahannya.

"Albert, cepat panggil Uskup Agung kesini."

Mengikuti perintahnya, pria berbaju besi hitam lengkap menunduk singkat lantas segera berlari meninggalkan ruangan.

Dengan keadaan masih menggendong kedua bayinya yang baru terlahir ke dunia, tangannya samar-samar gemetar. Sebuah cerita lama terlintas dibenaknya.

Ia merasa apa yang dilakukannya merupakan jalan terbaik untuk menjaga kedamaian dunia.

"Maafkan aku, Licia. Tapi aku tidak bisa membiarkan malapetaka kembali menghancurkan dunia, sekalipun dia adalah anak kita." Gumamnya.

Alisnya berkerut dan urat-urat wajahnya menegang, tatapannya kini mencerminkan kepribadian tak kenal ampun.

Dia kembali menatap tajam salah satu bayinya.

"Kau... Harus mati, nak."





















TBC.

Chosen Dragon | Fanfic Tensei Shitara Slime Datta KenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang