satu

522 100 5
                                    

satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

satu

"Tunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu... tunggu. Jadi, selama ini aku menunggu pria tampan dan kaya raya di tempat yang salah?"

Suara penuh kekecewaan itu membuat Tania sedikit mengalihkan perhatiannya dari layar komputer yang menampilkan angka-angka fantastis yang bahkan tidak pernah singgah di rekeningnya. Sedari tadi, saat dirinya sibuk bekerja, rekan-rekan kerja yang lain malah tengah sibuk membicarakan hal yang amat menarik. Sungguh godaan yang teramat besar.

"Ckck." Suara decakan terdengar, sebelum kalimat penuh nasihat keluar dari bibir Hendra. "Tidak ada pria tampan maupun wanita cantik kaya raya yang akan terlihat di pusat perbelanjaan. Berbeda dengan orang kaya baru yang memang sedang berniat untuk menunjukkan kekayaannya. Kamu akan jatuh dalam perangkap mereka jika kamu lengah. Kamu mungkin berpikir jika mereka sudah cukup kaya, tapi kamu belum menemukan yang jauh lebih kaya karena mereka...," Hendra memicingkan matanya sebelum melanjutkan kalimatnya dengan nada yang teramat misterius, "tidak terlihat di permukaan."

Semua orang terdiam. Tidak ada satupun yang bersuara, bahkan desahan napas juga tidak terdengar. Hingga Hendra sendiri yang memecahkan keheningan itu, "Baiklah, aku menyerah. Sarah tidak mengerti dengan ucapanku tadi."

Sarah hanya bisa tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya, sedangkan yang lain tertawa keras... menertawakan kepolosan Sarah.

Hendra kembali berdecak kecewa.

Kali ini, perhatian Tania sudah penuh kepada sekelompok rekan kerja yang memang duduk tidak jauh dari dirinya. Namun, tetap saja ia enggan untuk bergabung. Lebih tepatnya, Tania enggan menunjukkan ketertarikannya.

Pandangan Hendra dan Tania bertemu. "Kak, bisa tolong jelaskan pada Sarah? Aku yang punya kesabaran setipis tisu dibagi tiga, tidak mampu untuk bicara terlalu lama dengannya. Hanya kakak yang bisa."

Tania menunjuk dirinya sebelum tertawa ringan. "Aku?"

Hendra dan Sarah mengangguk secara bersamaan.

"Aku tidak mendengar apa pun yang sedang kalian bicarakan, sedari tadi aku sibuk bekerja," dusta Tania sambil menujuk layar komputernya.

MARRY..., ME?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang