tiga

372 101 5
                                    

"Rumah sakit?" gumam Tania pada dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rumah sakit?" gumam Tania pada dirinya.

"Iya, rumah sakit," jawab pria yang diketahui Tania bernama Eric Rivaldo Mandjojo dari kartu nama yang dikirim Sarah padanya.

Mereka berdua turun dari mobil ketika mobil berhasil diparkirkan dengan sempurna di basement rumah sakit. Eric menuntun Tania masuk ke dalam lift kemudian menekan salah satu tombol di antara sekian banyak tombol yang ada. Ketika bunyi dentingan halus terdengar, saat itu juga Eric kembali menggenggam tangannya, namun kali ini jauh lebih lembut daripada sebelumnya. Tania juga bisa merasakan dinginnya tangan yang begitu besar itu.

"Please, don't let go of my hand."

Ketika pintu kamar rumah sakit tempat langkah Eric berhenti perlahan terbuka, Tania akhirnya menyadari alasan di balik begitu banyak kata please yang terucap dari bibir pria di depannya ini.

Ketika pintu kamar rumah sakit tempat langkah Eric berhenti perlahan terbuka, Tania akhirnya menyadari alasan di balik begitu banyak kata please yang terucap dari bibir pria di depannya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tiga

Eric Rivaldo Mandjojo membalas sapaan salah satu pelayan di klub malam miliknya. Setelah itu dirinya duduk di kursi tinggi tepat di depan bar sambil memberi tanda kepada bartender untuk menyuguhkannya minuman. Ia butuh alkohol untuk menenangkan pikirannya yang tidak bisa diam sejak beberapa terakhir ini. Ia juga tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bagaimana dirinya bisa tidur jika nenek yang paling disayanginya terbaring tidak sadarkan diri di rumah sakit?

Ini saja dirinya dipaksa, lebih tepatnya diusir pulang untuk beristirahat. Namun, jujur saja, dirinya tidak bisa tenang jika tidak berada di samping neneknya untuk melihat langsung keadaan orang yang paling disayanginya itu. Bagaimana jika sesuatu terjadi ketika dirinya tidak ada?!

Ketika kemungkinan buruk itu melewati pikirannya, Eric langsung beranjak dari tempat duduknya kemudian melangkah cepat hendak keluar dari ruangan. Langkah kakinya terhenti ketika ponselnya berdering cukup nyaring dari kantung celana pendeknya. Ia memang sengaja mengatur volume paling keras agar tidak melewatkan pesan atau panggilan apa pun.

Deg. Dari ibunya.

"Halo," jawab Eric cepat, "ada apa? Sesuatu terjadi? Aku akan segera kembali ke rumah sakit."

MARRY..., ME?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang