9. Keberlaluan Empat Minggu

10 2 0
                                    

"Bodoh sekali," umpat Edda secara tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bodoh sekali," umpat Edda secara tiba-tiba. Matanya menyeruak kasar ke langit biru yang berada jauh di atasnya.

Edda mengayunkan kembali kedua kaki, memerintah tali agar dapat membawa tubuhnya yang terduduk di papan supaya maju dan mundur, membuat angin besar lumayan menerpa tubuhnya. Sang gadis terpaku pada songsongan burung yang beterbangan secara bersama, mengikuti kaptennya yang memimpin di depan disertai sebuah instruksi.

"Benarkah aku sudah menjalani hubungan ini selama satu bulan? Bersama dia yang berasal dari bangsa yang bahkan kubenci, sangat aku benci." Edda mengembuskan napas resah.

Bagaimana tidak. Sejauh ini hubungan Edda dan Guera berjalan dengan lancar, namun bersembunyi dari seluruh mata orang lain. Kemesraan ini hanya terjadi di bukit yang berisikan ayunan berukir indah, kebetulan tidak ada yang menyinggahi atau sekadar melewati pohon besar itu, maka bisa dikatakan mereka akan aman dari mata tentara Belanda.

Satu sisi lain, Edda merasa bersalah karena berkhianat kepada janjinya; untuk tidak memiliki hubungan asmara dengan orang Belanda. Guera selalu melontarkan janji-janji manis kepadanya, kebetulan lelaki itu tidak pernah mengingkari. Sepele hal yang biasanya dianggap tidak penting; Guera berjanji akan membawa beberapa novel dari negeri asalnya, dan itu ditepati; Guera berjanji ingin melukiskan rumah tinggal yang sekarang, tentu ditepati. Bahkan hal besar pun Guera tepati, selayaknya Edda berpesan untuk membuat beberapa pasukan tentara Belanda meninggalkan daerah rumah Edda, hebatnya itu pun dikabulkan oleh Guera! Mungkin saja kelicikan Guera dalam membujuk sang ayah dikerahkan.

Sejauh ini yang Edda tahu, nama ayah Guera adalah Anterm Herniques, seorang pengusaha susu perah yang ternama di Eropa sana. Guera bilang bahwa tujuan sebenarnya dari Anterm pindah ke Indonesia ialah mengenalkan dan juga menjual susu perah, bukan ingin ikut menjajah. Tapi apa maksudnya? Secara Guera bilang ayahnya mengambil beberapa orang pribumi, dipekerjakan secara paksa serta tidak digaji, rendahan sekali.

"Halo, Edda."

Wajah Edda lantas berubah berseri. Gadis itu menyambut kekasihnya secara mesra, memberi pelukan hangat sembari meluapkan sejuta rindu. Mungkin mereka bertemu setiap hari, namun rasa rindu itu akan selalu tiba karena posisi hubungan mereka yang dirahasiakan. Entah mengapa, terasa lelah bila harus bersembunyi seperti ini. Kadangkala mereka iri melihat hubungan resmi dari kedua orang tua, mereka tidak peduli ada berapa mata yang menatap ke arah mereka.

"Seperti biasa, aku membawakan makan untukmu." Edda mengulurkan pelukannya, menarik Guera ke arah alas yang sudah biasa dibentangkan.

"Setelah makan ini, kita melukis bersama, ya?" ajak Guera, memang sedari awal lelaki itu membawa perlengkapan untuk melukis.

Sesuai janji, kanvas bawaan Guera sudah terpenuhi oleh lukisan-lukisan yang abstrak tidk berbentuk. Tapi lama kelamaan, berkat cinta yang mereka torehkan itu membuat dua orang remaja hidup di dalam sana, meski hanya berkelebat hitam tak jelas bentuknya.

Pengkhianatan di Atas Kehormatan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang