5. Misi Penyelamatan di Bromo

1.4K 376 181
                                    

Haiii ... selamat malam. Apa kabar kalian semua?👋 Semoga kita sehat2 semuanya. Jangan lupa bahagia. Amin. 😇🤲

Kemana semua pembaca Mami? Masa chapter kemarin nggak sampe 1K? Kalian sibuk banget ya??? Nggak apa-apa deh, asalkan kalian jangan sakit ya. Semangat. 💪💖

3200 kata hanya untuk chapter ini ... Astaga ... 😍

Semoga kalian happy reading ...

🌹🌹🌹

Christo Benaiah Kurniawan: Jacob Elordi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Christo Benaiah Kurniawan: Jacob Elordi

Aku memacu mobilku menuju Pelabuhan Merak, Cilegon untuk masuk ke Jalan Tol Trans Jawa.

"Lo yakin kita lewat tol, Chris?" tanya Delano yang biasanya menjadi partnerku saat menyetir.

"Yakin, Del. Biar cepet," jawabku sambil melirik ke sebelah kiriku.

Audrey masih sibuk dengan iPadnya dan tidak banyak bicara.

"Ntar aja pas kita keluar di Malang, baru kita istirahat," lanjutku.

"Tadi kan gue udah isi cooler kita dengan aneka minuman, Bang," sahut Audrey sambil menoleh ke belakang. "Makanan juga banyak kok."

"Abang Chris laper nggak? Mau snack apa?" tanya Audrey.

"Ntar aja, Od. Gue belum terlalu laper. Ada yang mau mampir ke rest area nggak?"

"Gue, Bang." Audrey mengangkat tangannya. "Pengen pipis."

Kalau travelling dengan perempuan, memang seperti ini. Harus sering-sering ke toilet. Tapi kalau nggak ada perempuan yang satu ini, aku pasti memilih untuk tidak pergi.

Aku mengarahkan mobilku ke salah satu rest area tipe A di km 42 arah ke Merak. Aku sengaja mengambil tempat parkir di depan toilet lalu turun dari mobil dan mengekori Audrey menuju toilet. Aku sengaja menungguinya di depan toilet wanita dan membiarkan ketiga sahabatku yang lain bergantian ke toilet lebih dulu.

"Kayaknya gue nggak bakalan punya kesempatan naksir si Odri ya, Chris?" tanya Delano yang berdiri di sampingku.

Bukan hanya aku yang terkejut tapi juga Rifat dan Stephanus yang baru keluar dari dalam toilet. Aku menggeleng keras pada Delano.

"Emang lo naksir Odri, Del?"

"Kalo ada kesempatan." Delano nyengir lebar dan aku mendadak sebal melihat cengirannya.

"Nggak boleh, Del! Selamanya!" ucapku tegas.

"Kenapa?" tanya Rifat.

Sahabatku yang satu ini bisa sangat menyebalkan dengan segala pertanyaan 'kenapa' miliknya. Kami semua maklum karena Rifat memang yang paling pintar, jenius malah di antara kami berempat. Dia yang sering memenangkan lomba karya ilmiah apalah itu.

FriendLove (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang