"Kalingga, mau Mama kenalin sama ponakannya--"
Kalingga yang baru saja mencomot roti bakar nuttela buatan Mamanya Itu langsung berhenti mengunyah. "Mama lupa ya kalau aku punya pacar?"
Trisha menghela napas. "Ya terus kenapa? Emang bakal bikin kalian putus? Cuma kenalan doang kok,"
"Habis kenalan apa? Jadi mitra bisnis? Ngga kan? Ma, ayolah hargaiin posisi Runa, dia kurang apasih?"
Lagi - lagi Trisha menghela napasnya tidak suka. "Banyak kurangnya. Dari awal kamu pacaran sama dia aja Mama udah nggak suka."
Lalu Trisha menepuk bahu putranya dan meninggalkan dapur, meninggalkan Kalingga yang melamun dengan otak yang penuh dengan pikirannya sendiri.
-o0o-
"Runa kangen banget kita kumpul berempat kaya dulu lagi.." Ucapnya seorang diri sembari menatap bingkai foto keluarganya. "Runa butuh kalian disini sama Runa, Runa butuh temen cerita.." setetes air matanya tiba - tiba saja turun. Mendongakkan kepalanya.
"Hushh! Jangan nangis ah!" Ucapnya pada diri sendiri sambil mengusap air matanya. Lalu dirinya tertawa entah karena hal apa.
"Mahes juga kenapa sih jadi orang sibuk banget! Aku pacarnya atau bukan?" Ucapnya sambil menatap pantulan dirinya di cermin.
Baru saja selesai meratakan skincare pada wajahnya, tiba - tiba ponselnya berdering. Yang membuatnya cukup terkejut adalah ternyata panggilan itu dari Mahesa. Otomatis Runa langsung celingukan curiga melihat seisi kamarnya, takut diam - diam ada orang suruhan Mahes yang memasang cctv tersembunyi di dalam kamarnya.
Lalu dering ponsel bunyi ke dua kalinya, Runa langsung mengangkatnya. "Ada apa? Kok tumben telpon?"
"Lagi dimana?" Suara yang amat Runa rindukan itu memenuhi gendang telinganya.
"Lagi di kos, emang dimana lagi?" Jawabnya sarkas. Uh! Runa cuma pengen acting kaya cewek - cewek pada umumnya gitu yang kalau kangen ngajak ribut dulu.
"Mau jalan nggak, Run?"
Runa melotot. Mahesa lagi kesambet apaan sih, kok tumben ngajakin main. Biasanya juga sibuk ngurusin organisasi sampe lupa punya pacar.
"Nggak, aku lagi nggak mood keluar kos,"
"Oh, yaudah," He?! Apaan sih kok ngga dirayu - rayu. Runa berdecak sebal, bodo amat mau suara decakannya terdengar atau tidak, intinya dia kesal.
"Beneran nggak mau keluar, Run?"
"Nggak, Mahes. Aku capek.."
"Tapi aku udah di depan kos,"
"HA?!" Runa buru - buru bangkit dari tempat tidurnya dan membuka tirai. Melihat mobil Mahesa yang terparkir di depan gerbang kos. "KAMU TU BENERAN?"
Terdengar suara tawa renyah disana. "Iyalah, ayo turun! Aku tunggu sepuluh menit buat kamu siap - siap ya.." lalu panggilan terputus, detik itu Runa kelabakan mencari pakaian yang cocok untuknya jalan - jalan malam ini.
"Tapi muka aku ngga keliatan bengkak habis nangis kan? Nggak lah ya, kan nangisnya nggak lama tadi.." Lalu ia buru - buru keluar kamar dan berlarian menuruni anak tangga. Ketika sudah di depan gerbang ternyata Mahesa sudah menunggunya sambil bersandar pada badan mobil. Aach! Kenapa kekasihnya selalu tampan?!
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS
ChickLit[18+] Tidak ada yang boleh menyakiti hatinya. Ia sudah terlalu lelah jika harus merasa merana lagi. Perceraian kedua orang tuanya membuat ia menjadi anak yang tangguh sejak kecil. Kasih sayang yang diberikan bahkan hanya 0,1% Sampai dia bertemu de...