"Ayah, izin kan aku ke ibukota besok! aku ingin melihat festival kembang api disana." rengek Jaemin pada sang Ayah.
Seo Johnny, Raja kerajaan Thelesa. Johnny mungkin terlihat dingin saat bertemu dengan para menteri atau pejabat lainnya, namun ketika sedang bersama sang istri dan anak putri nya ia akan menjadi seorang yang begitu lembut.
Johnny mengusap puncak kepala Jaemin lalu tersenyum, "kau boleh pergi sayang, tapi kau kesana dengan siapa?" tanya Johnny lembut.
"aku disana akan bertemu dengan injunie," jawab Jaemin.
Johnny dapat melihat jelas raut antusias Jaemin, "kau boleh pergi asalkan bersama dengan Jendral Min." ujar Johnny.
sejujurnya Jaemin ingin melayangkan protes nya namun ia urungkan karena jika dia menolak maka dia tidak akan mendapatkan izin.
"baiklah, terimakasih Ayah." ujar Jaemin lalu pamit untuk kembali ke kamar nya.
Jaemin kali ini berjalan dengan santai tidak seperti tadi, dayang dayang pun masih mengikuti Jaemin dibelakangnya.
"Putri!" panggil seseorang.
Jaemin menoleh ke arah sumber suara lalu mendapatkan sosok yang membuatnya jengah, "tidakkah seharusnya kau memberi salam pada ibu mu ini, Putri?" ujar wanita itu.
"salam hamba Selir Lee" ujar Jaemin lalu pergi meninggalkan rombongan Selir Ayah nya itu.
ya 1 minggu yang lalu Ayah nya menikah lagi dengan Lee Hena yang bahkan hanya berbeda 2 tahun dengan Jaemin. gadis bernama Lee Hena itu begitu angkuh dan sombong, bahkan sebelum dirinya menikah dengan Raja Seo dirinya sudah pamer kebeberapa penduduk jika dirinya adalah calon Selir raja Seo.
"apakah begini perlakuan tidak sopan seorang putri kesayangan Raja, ups..." Hena menutup mulutnya seolah-olah ia salah berbicara.
langkah Jaemin terhenti lalu menatap Hena, "lalu mau apa? kau ingin mengadu pada Ayah? silahkan aku tidak takut dengan ancaman mu itu." ucap Jaemin.
Hena yang kesal pun pergi meninggalkan rombongan Jaemin menuju kediamannya.
Jaemin tersenyum remeh, lalu melanjutkan jalan nya.
°°°
"kirimkan surat ini ke kerajaan Thelesa." perintahnya.
perlahan pintu ruangan itu terbuka menampilkan sosok wanita cantik, wanita itu berjalan mendekati laki-laki yang tengah duduk.
"kau sudah mengirim nya?" tanya wanita itu.
"tentu, mengirim surat dari kerajaan kita ke kerajaan Thelesa membutuhkan waktu satu hari. bersabarlah." jawab laki-laki itu.
"aku tidak sabar melihat pernikahan putri kita dengan putra kerajaan Thelesa."
"ya, aku pun."
"...satu..."
"...dua..."
"...tiga..."
"YAKK!" teriak seorang gadis yang tengah bersembunyi di balik pepohonan.
gadis itu adalah Renjun yang sedang bermain kejar-kejaran dengan sang kakak, di taman halaman belakang paviliun sang kakak.
"dapat, kau jaga injun-ya" ujar sang kakak lalu berlari menjauh dari Renjun.
"kakak! injun sudah lelah" ujar Renjun sambil ngos-ngosan.
dada nya terasa sesak, pandangan nya pun mulai kabur, dan... gelap.
Renjun jatuh pingsan di atas rumput yang di tutupi oleh bunga sakura yang berguguran, sang kakak yang melihat itupun berlari mendekati sang adik lalu mencoba untuk membangunkan nya.
"Renjun! bangun, dayang!" teriak laki-laki itu.
segerombolan dayang pun datang dari arah depan paviliun laki-laki itu, para dayang terhentak kaget saat melihat putri yang cantik itu pingsan.
"apa yang kalian lihat? cepat panggil tabib dan Ibu Selir Huang!" perintahnya.
laki-laki itu adalah Huang Lucas, kakak kandung Renjun. Lucas begitu menjaga Renjun layaknya seperti permata langka, Renjun adalah anak yang di dambakan oleh kedua orang tuanya karena Renjun lah anak perempuan satu satunya di keluarga Huang. Lucas dan Renjun hanyalah anak Selir Jendral Huang namun keduanya lebih menonjol daripada anak istri sang sang Ayah, Lucas terkenal karena kuasanya pada pedang dan busur panah dan Renjun terkenal karena kemurahan hatinya dalam menolong orang tidak peduli orang itu jahat atau baik, miskin atau kaya, bagi Renjun itu sudah menjadi tugasnya untuk memberi perawatan pada sesama manusia.
Lucas menggendong Renjun dan membawanya ke kasur nya, dibaringkan nya tubuh mungil Renjun perlahan.
"ada apa denganmu Renjun-na" lirih Lucas saat melihat adik nya jatuh pingsan.
tidak lama tabib pun datang lalu disusul kedatangan Ibu mereka.
"Lucas..." panggil sang Ibu saat melihat anak putri terbaring di atas kasur milik putranya.
Huang Winwin.
Winwin berdiri menatap putri nya dengan tangan yang memegang dadanya yang terasa sesak.
"Renjun tiba-tiba saja jatuh pingsan saat kita sedang bermain di taman belakang paviliun ku," cerita Lucas.
Lucas merangkul pundak sang ibu yang mulai khawatir dan mengusap nya lembut, "Renjun itu anak yang kuat, percayalah padaku bu. dia akan baik baik saja," ucap Lucas meyakinkan.
Winwin mengangguk.
tabib sudah selesai memeriksa Renjun lalu berjalan mendekati Lucas dan Winwin, "Renjun akan segera bangun, jika sudah bangun berikan obat ini padanya."
ucap tabib itu lalu memberikan kantung berwarna merah yang berisi obat, Winwin mengangguk.
"tabib Kun! kenapa Renjun bisa pingsan?" tanya Winwin.
"imun Renjun melemah, apa akhir akhir ini Renjun tidak makan dengan baik?" tanya tabib Kun.
"hanya dayang Chu yang tau apa saja yang sudah dimakan oleh Renjun, karena beberapa hari terakhir ini Renjun memilih makan di paviliun nya." jelas Winwin.
tabib Kun mengangguk anggukan kepala nya, lalu pamit undur diri.
Winwin mendudukkan dirinya di samping Renjun, lalu tangan nya terjulur untuk menyentuh tangan mulus nan susu, "kau ini! baru saja tadi pagi merengek padaku meminta di belikan tusuk rambut, lihat! sekarang kau malah jatuh pingsan." ucap Winwin.
segini dulu
bye bye
typo? anugrah
next or stop?
KAMU SEDANG MEMBACA
Amóre & Doménic
Fantasykisah sahabat dan cinta yang rumit. "injun berjanjilah padaku apapun yang terjadi jangan pernah menginjakkan kaki mu ke istana, aku tidak mau sesuatu terjadi padamu." → Na Jaemin. "Nana-ya! bertahanlah!" → Huang Renjun. "aku tidak bisa memilih.." →...