" Bisakah Anda membantu saya, Anda tahu, ada orang yang menunggu."Leo mengangguk sebagai jawaban.
" Ya."
Senyumnya segera memudar dari wajahnya.
" Dengan kata lain, saya ingin Anda merahasiakan apa yang terjadi hari ini."
" Dengan kejadian hari ini, apakah yang Anda maksud adalah invasi para penyembah berhala ?"
" Ya. Sejujurnya, akan memalukan jika tersiar kabar bahwa salah satu pilar negaraku tidak dapat menangani sekelompok orang kafir dengan baik, dan melakukannya di depan tamuku..."
" Tentu saja itu tidak terdengar terhormat." Rosetta melanjutkan apa yang dikatakan Leo.
Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk pelan.
Dia tidak akan memberitahunya.
Tidak ada salahnya membiarkan mereka tahu apa yang terjadi hari ini.
Gosip masih mengikutiku kemanapun aku pergi, dan jika kejadian hari ini diketahui, para penggosip pasti akan menyalahkan penyusup hari ini pada Valentine.
Dia merasa curiga bahwa ada penyusup yang datang ke rumahnya pada hari ketika
sang putri sedang berada di luar kota.
Mungkin Leo juga memikirkan hal ini.
" Tentu saja, dan itu tidak
terlalu berlebihan."
" Terima kasih."
Jawaban dan ucapan terima kasih pun saling bertukar dalam waktu singkat.
Rosetta memalingkan muka. Ia melihat ke arah kereta.
" Kalau begitu, kurasa aku bisa pergi sekarang."
" Tentu saja. Maafkan aku karena membuatmu begitu lama.
" Tidak, Anda tidak."
Jawaban yang keluar secara refleks lebih dari sekadar seremonial.
Leo tersenyum pelan dan terus berjalan. Kakinya berhenti di sisi Rosetta.
Tatapan mereka bertemu, dan Rosetta perlahan-lahan mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Leo.
Tapi, wajah pria itu, yang membelakangi matahari, tertutup bayangan kaman yang baru.
Mata bulat dan merah itu berkedip-kedip terbuka, tapi bahkan terlihat kabur.
Satu hal yang menonjol
bagiku adalah rambutnya
yang berwarna merah cerah, basah oleh sinar matahari yang terbenam.
Sebuah wajah yang tidak terlihat mengulurkan tangan.
Tapi, alih-alih melihat tangan yang terulur, Rosetta masih menatap wajah pria itu.
Dengan bibirnya yang lurus menempel rapat
Ia tidak bisa melihat
bagaimana wajah pria itu di balik bayangan.
Yang bisa ku lihat hanyalah rambut merah itu, dan aku terus memikirkan wajah orang lain.
Yurian.
Seorang pria dengan rambut semerah mawar.
Aku mendekatinya, tanpa menyadari ada duri di sisinya.
Aku baru menyadari identitasnya setelah duri-duri tajam itu mencabik-cabik tubuhku. Kepalaku terasa dingin.
Sedingin panas tubuh di pergelangan tangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/339820052-288-k806530.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ DY.05- One² ] Kehidupan Melelahkan Ke-4 Rosetta
Romance_ Novel Terjemahan!! _ Mulai dari Eps 129.. chapter awal bisa dibaca di akun ( aureliaida ) dan lanjutannya bisa baca di web ini Tired of Living in Fiction. 📎🌐 https://novelnext.org/novelnext/the-exhausting-reality-of-novel-transmigration#tab-ch...