153.Hadiah rahasia

8 1 0
                                    

Menyeka wajahnya yang berkeringat seperti biasa, Elisa bersandar di tempat tidur dan menatap ke luar jendela.

Di luar jendela ada kegelapan. Bulan tampak terang.

Malam musim dingin yang panjang terus berlanjut.

Dia teringat bahwa beberapa hari lagi aku akan berulang tahun dan menghela napas yang terdengar seperti cekikikan.

Biasanya, ia akan bersukacita membayangkan menghabiskan hari ulang tahunnya bersama seluruh keluarganya, tetapi sejak ia mulai bermimpi, hari ulang tahun tidak lebih dari sekadar kesenangan yang tidak menyenangkan.

Mimpi buruk yang terasa terlalu jelas untuk menjadi sekadar mimpi.

Perlahan-lahan ia menyadari bahwa itu bukanlah mimpi belaka.

Mungkin, mungkin saja, para dewa menghukumnya untuk memperbaiki kesalahan.

Namun, bukan berarti ia bisa memberitahu keluarganya. Ketika mimpi itu berulang, suara-suara kebencian yang ia dengar dari mereka semakin jelas terdengar di benaknya.

" Hari ini kita akan bicara."

Meski begitu, ketika dia melihat wajah keluarganya, dia merasa seolah-olah dia bisa mendengar suara-suara dalam mimpinya.

Meskipun aku telah mengambil keputusan, ketika aku melihat wajah keluargaku, aku merasa seperti bisa mendengar kebencian dalam mimpiku.

Pada saat-saat seperti itu,

 aku mendapati diri ku mengatupkan bibir  rapat-rapat.

Ketika aku ditanya apakah aku merasa tidak nyaman, aku mengangkat sudut mulutku dan menggelengkan kepala. 

Sekarang, hal ini sangat 
alami sehingga aku bisa berpura-pura bahwa ini bukan masalah.

Semakin rapat rahasianya, semakin tebal rasa bersalahnya.

Bagaimana jika dia dan kakaknya benar-benar tertukar?

Dan jika dia telah mengambil nyawanya, dia harus mengatakan yang sebenarnya dan meminta maaf.

Dia juga harus mengatakan yang sebenarnya kepada ayah dan saudara laki-laki nya ........

Jika dia tidak memberi tahu mereka, itu bukan karena dia takut, itu karena dia menolak untuk memberi tahu mereka sejak awal.

Rasa bersalah menjadi mimpi buruk yang mencekik nya.

Dia merasa seperti terjebak di jalan buntu, tidak dapat melarikan diri, tidak dapat bergerak maju.

Setiap hari menjadi mimpi buruk sejak dia mulai bermimpi.

Merasa terjebak di jalan buntu yang tidak dapat di hindari, tetapi di juga tidak dapat bergerak maju.

Setiap hari terasa seperti neraka sejak dia mulai bermimpi.

Neraka saat tidur, neraka saat bangun tidur.

Tidak ada fokus di matanya saat dia menatap kosong ke langit-langit, dan segera, air mata menggenang di dasar pupil keemasannya yang tidak berwarna.

Setetes air mata yang menggantung di bulu matanya mengalir di pipinya.

Sepanjang air mata itu mengalir, Elisa tidak bergeming. Seolah-olah hanya air mata yang bisa bergerak dalam waktu yang membeku.

Itu adalah pemandangan yang sangat menyedihkan dan sangat indah.

Kemudian, dalam keheningan kegelapan, seberkas cahaya mulai berkilauan.

"Cahaya?"

Mata Elisa kembali fokus pada cahaya itu, yang tidak berasal dari luar jendela, melainkan dari dalam ruangan.

[ DY.05- One² ] Kehidupan Melelahkan Ke-4 Rosetta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang