五 : Jadian?

436 74 12
                                    

"Kayaknya saya..."

"...?"

"Saya juga pengen bolos. Mau bolos sama-sama?"

━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━

(Name) menghela nafas berat. Rambutnya terlihat kusut, kantung matanya menghitam, dan wajahnya nampak kelelahan.

"Lo ga apa-apa?"

Athanasia menepuk pelan pundak (Name). Ia menaruh sekotak susu kesukaan (Name) diatas meja, kemudian duduk disampingnya. Ia tersenyum sendu.

"Udah.. Jangan inget itu lagi."

(Name) mengangguk, "Iya-iya.."

Kedua insan itu terdiam dalam keheningan masing-masing. (Name) sibuk meminum susu kesukaannya dengan tatapan kosong, sedangkan Athanasia diam memperhatikannya.

Brak!

Pintu kelas dibuka dengan kasar, Athanasia menoleh dan mendapati pacarnya a.k.a Lucas bersama kawan-kawan yang sepertinya baru kembali dari kantin.

"Kenapa?"

Lucas menghampiri keduanya dan mengelus surai pirang Athanasia dengan lembut seraya menatap (Name) yang kelihatan berantakan. Athanasia berucap pelan.

"Di PHP-in Izekiel." ucap Athanasia. Lucas mengernyit.

"Kok bisa? (Name) aja kali ketinggian ngarepin si uban itu." cibir Lucas. Ah, rasanya ada panah yang tertancap dihati (Name) sekarang.

"Bacot lo!" kesal (Name).

"Kenapa sih? Kan emang bener. Kalau suka ya bilang aja biar langsung sat set. Pake malu-malu segala. Gimana mau maju? Ngarepin satu sama lain ga baik tahu, mending lu ngaku aja. Soal di terima atau ga, ya itu nanti belakangan." Pemuda bermanik merah menyala itu mendongakkan kepalanya kemudian menghela nafas.

"Ntar pas udah sama yang lain, berabe lu. Ngerepotin Athy aja nanti." sambungnya enteng yang langsung mengundang tatapan maut dari Athanasia.

(Name) menatap sepasang kekasih itu bergantian.

"Kenapa? Fans lu sama gw?" ucap Lucas.

"Idih kege'eran lu syaiton." jijik (Name).

"Gimana (Name)? Kayaknya ga buruk juga kalau nyatain duluan.. Kan?" ucap Athanasia.

(Name) mengacungkan jempol, "Well, iya juga. Ntar gw bilang ke kak Ize deh." ucap (Name) bersedekap dada kemudian tersenyum.

"Makasih lu berdua."

━━━━━━ ◦ ❖ ◦ ━━━━━━

Teng! Teng! Teng!

Bunyi lonceng pulang menggema di seluruh penjuru sekolah. Para guru keluar dari kelas, dan para murid yang bersiap pulang ke rumah masing-masing.

(Name) mengemas alat tulisnya dengan cepat. Ia tak sabar untuk menyatakan perasaannya pada Izekiel. Yah, sekarang adalah waktu yang tepat. Karena kalau bukan sekarang, para pembaca akan kesal dan dia tak mau itu terjadi.

𝐊 𝐀 𝐊 𝐄 𝐋 || I. AlpheusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang