六 : Date 1

316 60 3
                                    

(Name) bisa merasakan jantungnya berdebar tak karuan. Melihat baju-baju yang berserakan ditempat tidur dengan tatapan cemas karena tak satu pun yang cocok ditubuhnya.

"Bundaaaaa..." gadis itu merengek keluar dari kamarnya. Mencari sang ibu di dapur untuk meminta bantuan.

"Ayah, bunda mana? Kok nggak ada di dapur?" gadis itu terduduk disofa ruang tamu. Berhadapan dengan sang ayah yang sedang membaca koran ditemani secangkir teh.

Ah, ibunya ternyata nggak ada di dapur.

Sang ayah, Loid, menaruh korannya diatas meja.

"Lagi keluar." ucap Loid singkat. (Name) berdeham sejenak dan berpikir.

"Ayah.." panggilnya.

"Hm?"

"Aku itu... I-Itu.. Aku.."

"Bicara yang jelas."

"AKU MINTA TOLONG!"

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

"J-Jadi kamu minta tolong buat ini?" Loid terkejut, melihat tumpukan baju milik (Name) yang berserakan dikamarnya.

(Name) mengangguk pelan, "Ayah kan laki-laki.. jadi bisa bantu aku pilihin baju." ucapnya

Loid menghela nafas, "Kamu pake baju apa aja tetap cantik. Lagian biasanya kamu nggak pilih-pilih baju tuh kalo keluar." ucap Loid.

(Name) melempar salah satu bajunya ke sembarang arah dan menangis dramatis.

"TAPI INI BEDA AYAAAAHH!" tangisnya. ((Fek kray))

"Beda gimana?" tanya Loid.

(Name) tersenyum kikuk, "Eh.. I-Itu.. Aku mau ketemuan sama kak Izekiel.. hehe.." katanya.

"APAAA?!!"

Loid terkejut (2) setengah mati. Apa katanya? Mau ketemuan? Maksudnya kencan gitu?! KENCAN?!?!!!!? pikir Loid tidak terima.

Melihat itu pun (Name) langsung panik. Takut jikalau tidak mendapat izin dari sang ayah untuk berkencan dengan Izekiel. (Name) menenangkan sang ayah dan menjelaskannya dengan sedikit bumbu kebohongan.

"Cuma mau ke-kerja kelompok.. iya! Kerja kelompok kok.." ucapnya bohong.

Loid mengepalkan tangannya dengan tanda perempatan merah imajiner didahinya kemudian keluar tiba-tiba dari kamar sang putri. (Name) keheranan dan juga masih panik. Apa ayahnya marah?

Samar-samar (Name) bisa mendengar suara Loid yang menelpon seseorang. Dia penasaran namun yah bodo amat lah ya.

꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

"Izekiel yang rambutnya putih?" Loid duduk bersedekap dada. Memandangi sang putri yang sudah rapi dengan setelan outfit pilihannya. Dalam hati Loid berpikir apa benar cuma kerja kelompok? Kenapa putrinya dandan cantik sekali?

(Name) mengangguk pelan, "Iya, Izekiel yang itu." ucapnya.

Loid mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya, sebuah dompet tebal berwarna coklat gelap terlihat digenggamannya.

"500."

"Hah?"

"500rb, cukup?"

"K-KEBANYAKAN!"

Apa-apaan Ayahnya itu. 500rb katanya.. HEY?!?!! Sungguh nggak ngotak.

(Name) menggeleng, "Kerja kelompok nggak perlu uang sebanyak itu, ayah."

"Sudah. Ambil aja."

"Hm, iya deh. Rezeki nggak boleh ditolak."

Ding Dong!

Suara bel rumah mereka tiba-tiba berbunyi. Mengalihkan atensi anak dan ayah itu bersamaan.

'Kak Ize!' teriak (Name) dalam hati.

Sang ayah baru saja ingin ke depan dan membuka pintu namun (Name) sudah lebih dulu berdiri dan berlari ke depan.

"Biar aku aja, yah." ucap (Name).

Sebelum membuka pintu, gadis itu menghela nafas. Ia tidak dapat membayangkan ketampanan Izekiel sekarang. Aduhai, jantungnya sudah mau copot saking semangatnya.

Ceklek!

Pintu terbuka. Menampilkan sosok Izekiel yang berdiri memakai kemeja lengan panjang senada dengan warna rambutnya dan celana panjang berwarna krem, tersenyum lembut. (Name) terpana, melihat ketampanan Izekiel yang benar-benar membuat hatinya meleleh.

"Selamat pagi, cantik." Izekiel tersenyum sangat manis. Menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki sang dara dengan kagum.

"S-Selamat pagi, kak. Masuk dulu." (Name) membalas sapaan Izekiel dengan tersenyum juga. Hatinya semakin jedag-jedug kala mencium aroma parfum Izekiel yang menyeruak.

Izekiel mengikuti (Name) dibelakangnya. Melepas sepatu dan akhirnya bertemu dengan Loid di ruang tamu.

"Selamat pagi, om." sapa Izekiel.

Loid berdeham, "Pagi. Silakan duduk."

Loid dan Izekiel duduk berhadapan. Aura tak mengenakkan keluar dari Loid berbeda dengan Izekiel yang auranya begitu cerah.

"Saya Loid Forger." ucap Loid, maksud memperkenalkan dirinya pada Izekiel.

Izekiel tersenyum tipis, "Saya Izekiel Alpheus, om."

"Kau anaknya Roger?" tanya Loid.

Izekiel mengangguk, "Iya om. Saya anaknya Roger."

"Oh.. Kerja kelompok dimana kalian?" tanya Loid lagi.

Izekiel mengangkat sebelah alisnya dan melirik kearah (Name).

"Ah, kerja kelompoknya dirumah saya, om." ucap Izekiel.

Loid tertawa pelan namun masih dengan aura mengerikannya.

"Saya tahu kamu anak baik. Kalau kalian mau kencan, bilang aja. Saya nggak suka anak yang bawa putri orang dengan alibi kerja kelompok aslinya mau nge-date." kata Loid yang menohok Izekiel dan (Name).

"Saya datang kesini memang mau minta izin sama om. Saya nggak beralasan buat bawa anak om kerja kelompok karena memang (Name) dapat tugas dari sekolah dan saya yang jadi mentornya. Kebetulan hari ini juga weekend jadi saya sekalian ngajak dia buat jalan-jalan." jelas Izekiel.

Loid menghela nafas, "Kalo gitu, jaga dia baik-baik. Cuma kamu yang saya kasih izin buat jalan-jalan sama anak saya." ucap Loid.

"Baik om. Saya janji nggak bakal ngerusak kepercayaan om." kata Izekiel.

Loid pun menoleh kearah putrinya, "Sana, udah mau siang."

"Ng? E-Eh iya ayah. Kalo gitu, kita pergi dulu." ucap (Name).

"Iya. Hati-hati."

"Permisi om."

"Nyetir yang pelan. Jangan ngebut."

"Siap om."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐊 𝐀 𝐊 𝐄 𝐋 || I. AlpheusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang