𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐛𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐦𝐞!|01|

1.1K 166 15
                                    

──

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

── .✦

"Jangan ganggu aku, Jeremy!" teriakmu sambil berlari menjauh dari anak laki-laki berambut hitam yang terus mengejarmu. Nafasmu terengah-engah, dan kau merasa lelah dengan permainan kejar-kejaran ini.

“Ayolah, (Name), mainlah bersamaku.” katanya dengan suara memelas, matanya berbinar-binar penuh harap.

"Ugh... baiklah, kau mau main apa, Jeremy?" akhirnya kau menyerah karena sudah lelah dikejar-kejar olehnya sepanjang hari. Matamu menatapnya dengan rasa pasrah.

"Bermain kuda-kudaan dengan tarantulaku!" jawab Jeremy dengan semangat yang tak wajar, matanya bersinar-sinar seakan ide itu sangat menyenangkan.

"Hah? kau gila ya? aku tidak mau." kau menolak mentah-mentah permintaan aneh itu. Tarantula? Serius? Jantungmu berdetak lebih cepat hanya membayangkan serangga berbulu itu.

"Kalau kau tak mau bermain bersamaku, setidaknya tidurlah denganku." katanya sambil tersenyum nakal, matanya menyipit licik.

"Tidur denganmu?" tanyamu bingung, heran dengan permintaannya. Apa yang dipikirkan anak ini?

"Oh ayolah!" Jeremy langsung menarik tanganmu menuju kamarnya. Tangannya yang kuat tak memberikanmu pilihan untuk menolak.

"Aissh, Jeremy! Lepaskan!" kau memprotes, tapi anak itu terus menarikmu, seakan dia tidak mendengar.

“Kau tidak mau main kan? Ya sudah, tidurlah bersamaku.” ujarnya seolah itu hal paling wajar di dunia. Senyumnya tak pudar, membuatmu semakin bingung.

Jeremy menarikmu sampai kau terbaring di kasurnya yang empuk. Tanpa basa-basi, dia langsung memelukmu dari belakang, menempelkan tubuhnya dengan erat.

"Hm... ayo tidur, (Name)." ucap Jeremy dengan mata tertutup, seakan ini rutinitas harian.

'Anak ini kenapa? aneh sekali.' pikirmu tapi akhirnya, kau menyerah dan memutuskan untuk tidur. Tubuhmu yang lelah akhirnya mengalah pada rasa kantuk.

⊹⊹

"Lihatlah, dua anak ini. Apa mereka akan terus tidur sambil berpelukan?" bisik seorang pelayan kepada rekannya. Suaranya penuh tawa yang ditahan.

Beberapa pelayan berdiri di depan pintu kamar, melihat tuan dan nona mereka tidur berpelukan dengan senyum geli di wajah mereka.

"Huh?" Kau terbangun dan melihat beberapa pelayan berdiri di depanmu dengan senyum geli. Wajahmu langsung memerah.

"Bagaimana tidurnya, nona?" tanya seorang pelayan dengan nada menggoda.

"A-ah, tidurku baik-baik saja!" jawabmu dengan wajah merah padam. Para pelayan tertawa kecil, membuatmu semakin malu.

'Oh Tuhan, kenapa mereka ada di sini?' pikirmu panik, jantungmu berdetak lebih cepat.

"Ugh... (Nama), ada apa?" Jeremy membuka matanya perlahan, melihatmu dan para pelayan.

"APA-APAAN KALIAN!! KELUAR!" teriak Jeremy dengan suara menggelegar. Para pelayan langsung kabur seperti dikejar hantu, meninggalkan kalian berdua.

"Jeremy... tenanglah." kau mencoba menenangkannya, mengelus lengannya yang tegang.

"Cih, bagaimana aku bisa tenang jika mereka menganggu tidur kita?" katanya dengan cemberut, matanya masih menunjukkan kemarahan.

"Sudahlah, kau mau lanjut tidur?" tanyamu sambil mengelus kepalanya lembut, mencoba membuatnya lebih rileks.

"Tidak! aku tidak mau tidur lagi." ujarnya sambil duduk bersila di sampingmu, wajahnya masih sedikit marah.

"Kau marah ya? maafkan aku, Jeremy." tanyamu khawatir, takut telah membuatnya marah.

"Aku tak marah denganmu, tapi dengan mereka." jawab Jeremy sambil melirik ke pintu, memastikan para pelayan sudah pergi.

"Sudahlah, kemarilah. Kau mau pelukan lagi?" Kau membuka lengan, mempersilakannya untuk memelukmu.

"Aku mau!" Jeremy langsung memelukmu erat, seakan mencari kenyamanan.

"Kau empuk banget, (Nama)." Jeremy mengusel-duselkan wajahnya ke dadamu, membuatmu tertawa kecil.

"Jeremy, jangan usel-usel kepalamu ke dadaku." protesmu sambil tertawa kecil, merasa geli.

"Aku suka dadamu, (Nama)." ujar Jeremy sambil tetap mendusel-duselkan kepalanya.

"Kau ini kenapa sih, Jeremy? kau selalu bermanja padaku." tanyamu penasaran, senyum kecil tersungging di bibirmu.

"Kalau tidak denganmu, aku harus bermanja dengan siapa? Kak Roxana? tidak mungkin ia mau melakukan hal seperti ini." ujarnya sedih, matanya sedikit murung.

"Apalagi ibu..." tambahnya dengan wajah murung, suaranya bergetar.

"Huft... sudahlah, ini waktunya makan siang. Ayo keluar, Jeremy." kau melepaskan pelukannya dan turun dari ranjang, berusaha mengalihkan suasana.

"Iya, ayo." Jeremy menjawab sambil mengikuti gerakanmu, kalian bersama keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan.

'Ternyata mereka sudah datang.' pikirmu saat melihat tiga orang sudah berada di meja makan menunggu kalian.

Kau melihat ayahmu, Dion, dan Roxana sudah menunggu di meja makan, tatapan mereka mengarah padamu dan Jeremy.

"Kalian telat." ucap ayahmu dengan nada tegas, matanya tajam.

"Maafkan kami, Ayah." ujar kalian bersamaan, menundukkan kepala.

"Sudahlah, cepat duduk." perintah ayahmu, suaranya masih kaku.

"Baik, Ayah." Kau dan Jeremy cepat-cepat duduk di bangku masing-masing.

'Jadi, (Nama), apa yang kalian lakukan sampai terlambat?' bisik Roxana padamu, matanya penasaran.

'Ah, tidak ada. Jeremy tadi bermalas-malasan.' jawabmu sambil berbisik, mencoba menghindari perhatian.

"Begitu ya, kuharap kalian tidak melakukan hal aneh." katanya sambil tersenyum kecil, memberikan tatapan penuh arti.

𓂃 ࣪˖ ִֶָ𐀔

Please jangan shock baca chapter ini, aku juga bingung kenapa dulu aku buat chapter ini kayaknya aku salah minum obat (⁠T⁠T⁠)

𝐋𝐢𝐯𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐚 𝐜𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲 ⊹Twtptflob⊹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang