── .✦
Cassis meringis, wajahnya dipenuhi ketidakpercayaan saat kamu mendekat dengan senyum sinis. "Lucunya~ kau suka BDSM?" tanyamu dengan nada mengejek.
"Hmph! uh!" Cassis hanya mendengus, tidak percaya pada setiap kata yang keluar dari mulutmu.
Kau mengangkat bahu, menatap luka-luka di tubuh Cassis. "Aduh.... sayang sih tubuhnya luka, tapi mau bagaimana lagi?" Tanpa basa-basi, kau meninju ulu hati Cassis, membuatnya jatuh pingsan di pundakmu.
"Maafkan aku." bisikmu lembut saat tubuh Cassis lunglai.
Roxana, yang menyaksikan dari dekat, hanya mengangguk saat kau bertanya. "Ana, besok aku boleh ikut ke sini lagi, kan?"
"An— ya, kau boleh ikut dengan ku lagi besok." jawabnya singkat.
"Terima kasih!" serumu dengan semangat. Kau tak sabar untuk bertemu lagi dengan laki-laki tampan itu besok.
'Ana ya?'
⊹⊹
"(Name)." Sebuah suara lembut memanggilmu dari belakang cermin.
Kau berbalik dan melihat pantulan Oliver, berdiri di belakangmu dengan senyum yang tidak sepenuhnya sampai ke matanya. "Oliver~ apa kabarmu?" tanyamu, memalingkan wajah untuk menatapnya langsung.
"Bagaimana? apa hukumannya cukup untukmu, Oliver?" tanyamu lagi, nada suara penuh dengan ironi.
Selama empat hari ini, kau memang memberikan Oliver hukuman karena berani menyentuh wanita lain di hadapanmu.
"Kau menyuruhku membunuh semua karantul menjijikkan itu. Rasanya sudah sangat cukup untukku." jawab Oliver dengan ekspresi jijik.
"Oh, ayolah~ hukuman itu tidak buruk, bukan?" kau tertawa mendengar keluhan Oliver.
"Tidak buruk, matamu." Oliver terlihat jengkel dengan ejekanmu.
"Tapi kau tahu, aku bertemu dengan seseorang yang lucu." katamu dengan nada menggoda.
"Seseorang yang lucu? Apa maksudmu?" Oliver mengerenyitkan dahi, bingung dengan ucapanmu.
"Ya, seorang laki-laki berambut perak dengan mata emas berkilau yang dirantai dan penuh dengan luka. Plus, dia juga sangat seksi." jelasmu sambil tersenyum lebar.
"Seorang pria? pria mana yang kau bicarakan, (Name)?" emosi Oliver meningkat, cemburu merayapi suaranya.
"Oh, santailah. Kau terlihat sangat posesif terhadap diriku." candamu tanpa menanggapi kemarahannya dengan serius.
"Siapa nama pria itu, (Name)?" Oliver sudah siap untuk membunuh pria yang kau sebut lucu itu.
"Cassis Pedelian." jawabmu dengan santai.
"Apa- Pedelian?" Ekspresi terkejut Oliver tak bisa disembunyikan saat mendengar nama itu.
"Betul, Cassis Pedelian, ahli waris dari keluarga Pedelian." lanjutmu, membuat Oliver semakin terkejut.
"Ayahmu berhasil menangkapnya?!" tanyanya dengan terkejut.
"Ya, aku juga cukup terkejut karena ayah berhasil menangkapnya."
"Dimana anjing Pedelian itu sekarang?" tanyanya lagi.
"Hei, jangan sebut dia anjing. Sadarlah, kau juga anjingku, Oliver." katamu malas, menatapnya dengan tajam.
"Majikan seperti apa yang membicarakan anjing lain di depan anjingnya sendiri." gerutu Oliver marah.
"Oh, maafkan aku, Oliver. Aku akan berikan apapun yang kau mau malam ini jika kau mau memaafkanku." kau membelai pipinya dengan lembut.
"Apapun?" tanyanya, matanya mulai melunak.
"Apapun untukmu." kau menatap matanya, lalu memberikannya ciuman kecil.
"Aku menginginkanmu, (Name)." ucapnya dengan suara rendah.
"Kau menginginkanku? kemarilah." kau merentangkan kedua tanganmu untuk menyambutnya.
Oliver langsung menyerbu pelukanmu, erat dan penuh hasrat. "Jangan tolak aku malam ini." katanya sambil memelukmu semakin erat.
"Ya, aku janji."
Kau pun menghabiskan malam yang panjang ini bersama Oliver, tenggelam dalam keintiman.
⊹⊹
"K-KAU BAJINGAN APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN (NAME)!!!"
Kau terbangun mendengar teriakan seseorang. Matamu terbuka dan kamu melihat Jeremy berdiri di ambang pintu, berkelahi dengan Oliver.
"(Name)! apa yang pria ini lakukan bersamamu!?" Jeremy berteriak marah, menunjuk wajah Oliver.
"Bukankah kau sudah tahu apa yang kami lakukan, Jeremy."
"Tapi—"
"Sudahlah, Oliver keluarlah. Jeremy, kemarilah." kau mengusir Oliver keluar.
"Huft... aku juga tidak ingin lama-lama berurusan dengan bocah gila ini." Oliver mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar, melirik Jeremy dengan tatapan mengejek.
"(Name)..." Jeremy menatapmu dengan tatapan memelas.
"Kemarilah, Jeremy." Kau mengulurkan tangan, menyuruhnya mendekat.
"Ugh- (Name), kenapa kau melakukan itu dengannya?" tanya Jeremy dengan wajah sedih.
"Aku juga manusia, Jeremy. Aku butuh belaian." kau mengelus kepala dengan lembut, sebenarnya kau sangat lelah untuk meladeninya.
"Apa-apaan! aku tahu itu! tapi kenapa harus pria itu yang melakukannya denganmu?" Jeremy terlihat kesal.
"Dia mainanku, Jeremy. Aku bisa melakukan apapun yang ku mau padanya."
"Tapi pria itu—"
"Kau cemburu, ya?" tanyamu tiba-tiba.
"Apa?"
"Kau ingin melakukannya denganku juga, Jeremy?"
"A-aku mau..."
"Sudah kuduga, tapi kau masih kecil, Jeremy. Tunggu sampai kau cukup umur, ya." Kau mendorong Jeremy sedikit menjauh.
"Tapi (Name)!"
Cup, kau tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya mencium keningnya pelan.
"Apa kau sadar aku masih telanjang, Jeremy?" tanyamu sambil tersenyum.
"Hah!? m-maaf!" Jeremy berlari keluar kamar dengan wajah merah padam.
"Lucunya~" Kau tertawa kecil melihat tingkahnya.
𓂃 ࣪˖ ִֶָ𐀔
Shik shak shock (;ŏ﹏ŏ)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐯𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐚 𝐜𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲 ⊹Twtptflob⊹
Fantasy⋆˚࿔ 𝐓𝐰𝐭𝐩𝐭𝐟𝐥𝐨𝐩 𝜗𝜚˚⋆ ⋆──────── ⋆⋅☆⋅⋆ ────────⋆ 𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬 ೀ ˢᵉᵒʳᵃⁿᵍ ᵍᵃᵈⁱˢ ᵗᵘᵐᵇᵘʰ ᵇᵉʳˢᵃᵐᵃ ⁱᵇᵘⁿʸᵃ ᵈⁱ ᵈᵉˢᵃ ᵏᵉᶜⁱˡ ʸᵃⁿᵍ ᵗᵉⁿᵃⁿᵍ, ʰⁱⁿᵍᵍᵃ ᵏᵉᵈᵃᵐᵃⁱᵃⁿ ᵐᵉʳᵉᵏᵃ ᵗᵉʳᵍᵃⁿᵍᵍᵘ ᵒˡᵉʰ ᵏᵉᵈᵃᵗᵃⁿᵍᵃⁿ ᵃʸᵃʰ ʸᵃⁿᵍ ˢᵉᵇᵉˡᵘᵐⁿʸᵃ ᵗⁱᵈᵃᵏ ᵖᵉʳⁿᵃʰ ᵈⁱᵏᵉⁿᵃˡ. ᴹᵉʳᵉᵏᵃ ᵇᵉʳᵍᵃᵇᵘⁿᵍ ᵈ...