𝐃𝐢𝐬𝐚𝐩𝐩𝐨𝐢𝐧𝐭𝐞𝐝|05|

572 91 2
                                    

──

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

── .✦

"Kau ke sini bersama siapa, (Name)?" tanya Dion dengan alis terangkat, matanya tajam meneliti sekeliling ruangan seolah mencari sesuatu yang mencurigakan.

"Aku ke sini sendirian." jawabmu, berusaha terdengar meyakinkan meski sebenarnya berbohong. Hatimu berdebar, takut Dion bisa membaca kebohonganmu.

"Sendirian, ya? kau ingin aku temani?" tawarnya dengan senyum tipis yang hampir tak terlihat, matanya tetap menelisik.

"Sepertinya tidak perlu. Memangnya, kau ke sini untuk apa?" Kau menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. Dion jarang sekali keluar dari mansion kecuali ada hal yang sangat penting.

"Membawakan oleh-oleh untukmu, tapi ternyata kau sudah di sini." jawabnya santai, seolah hal itu bukanlah sesuatu yang aneh.

"Oleh-oleh untukku? Tumben sekali kau perhatian padaku." Katamu dengan nada curiga, mata menyipit menatapnya.

"Kita sudah dekat sejak kecil, (Name)."

"Tapi kau selalu cuek padaku jika kita berada di mansion Agriche." balasmu dengan nada yang semakin waspada. Perasaan tidak enak mulai menjalar di hatimu karena harus berurusan dengan Dion.

"Aku tidak ingin terlihat terlalu dekat denganmu, (Name). Aku tak mau ayah merencanakan sesuatu."

"Rencana seperti apa yang kau maksud, Dion?" tanyamu, semakin penasaran, rasa ingin tahumu mengalahkan ketidaknyamanan yang kau rasakan.

"Sepertinya kau tak perlu tahu, (Name)." jawabnya singkat, seolah ingin menutup topik pembicaraan.

Perasaan gelisah semakin menguasaimu. 'Perasaanku saja apa Luzak tidak kembali dari tadi?' pikirumu sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Luzak yang entah di mana sekarang.

"Ada apa, (Name)?" Dion menatapmu yang gelisah, sorot matanya penuh tanya.

"Ah, tidak ada. Hanya mencari pelayan yang mengantar makananku." bohongmu lagi, kali ini dengan senyum canggung yang berusaha menutupi kecemasanmu.

"Kau ingin pulang bersama aku?" tawarnya dengan nada lembut.

"Tapi pesananku belum diantar." katamu, mencoba mencari alasan untuk tetap tinggal.

"Kita bawa pulang saja pesananmu itu." ujarnya santai.

"Ugh... baiklah." jawabmu akhirnya menyerah.

"Aku akan bicara dengan pelayannya." katanya sambil berlalu menuju konter restoran.

"Iya." balasmu singkat. Setelah Dion pergi, kau masih mencari-cari keberadaan Luzak sampai akhirnya kau mendengar pintu restoran berbunyi dan seorang pria bertudung keluar.

'Apa itu Luzak?' pikirimu. Tapi kau tahu, menyusulnya sekarang hanya akan membuat Dion curiga.

"(Name)." panggil Dion tiba-tiba.

"Eh? Iya." kau tersadar dari lamunanku.

"Aku memanggilmu dari tadi dan kau hanya menatap jendela. Ada apa?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut, sedikit khawatir.

"Tidak ada apa-apa kok. Apa kau sudah selesai, Dion?"

"Sudah. Ayo kita pulang."

"Iya." jawabmu pasrah. Jujur saja, kau kesal karena Dion yang datang tiba-tiba, padahal kalau dia tidak datang, kau bisa menghabiskan waktu dengan Luzak.

"Padahal kami jarang sekali bertemu." gumammu pelan.

Kau dan Dion pun pergi pulang ke kediaman Agriche.

⊹⊹

"(Name)~" terdengar suara ceria yang familiar.

"Jeremy? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyamu terkejut melihatnya di pintu kamar.

"Aku ingin bertemu denganmu, tentu saja." jawabnya dengan nada bersemangat, senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Jika kau hanya ingin menggangguku, pergilah dari sini." ucapmu ketus, merasa kesal dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

Jeremy hanya mengerucutkan bibirnya dan tanpa aba-aba memeluk pinggangmu dari belakang, membuatmu semakin tidak nyaman.

"Ayolah, (Name). Kenapa kau tidak ingin menghabiskan waktu denganku?"

"Aku sedang tidak mood sekarang, Jeremy. Jangan ganggu aku." jawabmu dingin, berharap dia mengerti dan pergi.

Namun, Jeremy tampak tidak puas dengan jawabanmu. Dia langsung membalikkan tubuhmu agar berhadapan dengannya, matanya menatap tajam ke dalam matamu.

"Apa yang membuatmu sebal, hm, (Name)?" tanyanya dengan nada memaksa.

"Menyingkirlah, Jeremy. Aku muak denganmu—"

Mata mu membulat merasakan benda empuk menyentuh bibirmu. Jeremy mencium bibirmu sambil melumatnya pelan, seolah dunia hanya milik kalian berdua.

"(Name)..." Jeremy menatapmu dengan tatapan sayu, seolah ingin mengatakan sesuatu kepadamu.

Plakk!

Kau langsung menampar Jeremy tepat di pipinya dan pergi meninggalkannya sendirian di kamarmu, dadamu naik turun menahan emosi.

"Kenapa? memangnya aku salah mencintai seseorang yang kucintai?" gumamnya pelan, masih memegang pipinya yang memerah.

"Kuharap dia tidak membenciku setelah ini. Bukankah dia sering melakukan itu dengan banyak pria? Lalu kenapa aku ditampar?" Jeremy bergumam dengan nada penuh kebingungan, tatapannya kosong menatap pintu yang baru saja kau tutup.

𓂃 ࣪˖ ִֶָ𐀔

triple update hari ini, jadi update selanjutnya kapan-kapan saja ya (⁠๑⁠˙⁠❥⁠˙⁠๑⁠)

𝐋𝐢𝐯𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐚 𝐜𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲 ⊹Twtptflob⊹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang