YAW - 1

8.4K 750 82
                                    

"Eomma, bisakah setiap Eomma menghubungiku jangan membahas tentang pasangan, pernikahan, jodoh, atau semacamnya?"

Dengan ponsel yang menempel pada telinganya, wanita berusia dua puluh delapan tahun itu menggerutu sebal dengan ibu kandungnya, Kim Jennie, rasanya dia lelah karena setiap ibunya menelfon, pembahasan tentang pasangan tidak pernah absen di sebutkan oleh ibunya.

"Usiaku juga belum memasuki kepala tiga Eomma, kenapa Eomma begitu khawatir?"

Sambil memperhatikan wanita lain yang duduk di hadapannya sambil memisahkan daun bawang ke mangkuk ramen miliknya, Jennie semakin menekuk wajahnya, jelas dia merasa kesal karena sahabatnya terlihat tengah meledeknya.

"Aku sedang makan malam, Lisa datang, kami memakan rabokki untuk malam ini."

Jawab Jennie lagi begitu akhirnya ibu kandungnya mengubah topik pembicaraan dengan bertanya apa yang sedang dia lakukan sekarang.

"Hem, aku mengerti Eomma. Aku hidup dengan baik disini, aku akan meminum vitamin setiap hari."

Jennie kemudian menurunkan ponselnya dan menguncinya, dia meletakkan benda pipih berwarna hitam itu tepat di samping piringnya, kini, semua daun bawang yang tadinya ada di piring Lisa sudah pindah ke piringnya.

"Sudah?" Tanya Jennie, lawan bicaranya mengangguk-anggukkan kepala sambil menarik kedua sudut bibirnya, Lisa yang membenci daun bawang sedangkan Jennie sangat menyukai daun bawang, sebagai sepasang sahabat, mereka cukup saling melengkapi bukan?

"Tidak baik makan makanan lezat dengan wajah yang menekuk seperti itu." Tegur Lisa karena kening sahabatnya yang masih bertaut, masih menandakan betapa ketidaksukaannya Jennie dengan ucapan ibu kandungnya barusan.

"Aku hanya merasa kesal karena Eomma terus-terusan menyuruhku mencari pasangan." Dengan sumpitnya, Jennie mengambil satu potong tteok dan memakannya.

"Wajar saja, usiamu dua puluh delapan tahun dan kau tidak pernah terlihat mengencani siapapun, jika aku menjadi orang tuamu, aku juga khawatir." Balas Lisa, dia yang berusia satu tahun di bawah Jennie menggunakan sumpitnya untuk memakan menu makan malam yang sama.

"Kau berada di pihak Eomma sekarang?" Balas Jennie yang semakin kesal, mereka berdua berada di unit apartemen Jennie yang gadis bermarga Kim itu huni sendiri.

"Bukan begitu, kita tahu jika Eomma mu bahkan menikah di usia dua puluh tahunan dulu, itu kenapa dia merasa putrinya harus mengikuti jejaknya." Jennie berdecih dan dengan ikonik memutar bola matanya, dia paling tidak suka jika sudah dituntut untuk memiliki pasangan, rasanya dia seperti dikejar-kejar oleh hutang, padahal dia tidak pernah berhutang seumur hidupnya.

"Tutup saja mulutmu, kau hanya anak kecil yang tidak mengetahui apapun." Lisa tidak berani membantah karena tahu perubahan suasana hati Jennie yang memburuk, dia langsung menutup mulutnya rapat-rapat, bahkan jarinya bergerak seolah mengunci mulutnya.

Lisa bergerak untuk mengambil dua minuman kaleng rasa melon yang mereka dapatkan di restoran rapokki tadi, membuka keduanya bergantian, dan memberikan satu untuk Jennie.

"Sudah, jangan marah-marah." Ucap Lisa setelahnya, Jennie kemudian melepaskan bahunya, setidaknya ucapan ibu kandungnya tidak terlalu membuat suasana hatinya menjadi sangat buruk, dia masih merasa makanan di hadapannya sangat menggugah selera.

"Aku tidak marah, hanya merasa kesal, kenapa aku harus memiliki pasangan.. jika aku mengatakan aku tidak akan mau menikah, mungkin Eomma akan langsung terbang kembali ke Korea untuk memarahiku, atau membawaku ke kuil untuk di doakan." Lisa tertawa puas mendengarnya, bukankah ucapan Jennie terlalu berlebihan?

YOU ARE WORTH - JENLISA [G×G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang