YAW - 3

2.7K 621 73
                                    

Jennie menutup pintu ruangannya dengan Lisa dengan berhati-hati, ada dua tumpukan dokumen di tangannya, setelahnya, wanita bermarga Kim itu berjalan menuju meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya.

Sore ini, keduanya baru menyelesaikan rapat dengan klien baru mereka, padahal seharusnya mereka selesai bertepatan saat jam makan siang, namun pria tua yang menjadi klien keduanya hari ini ternyata terlambat, tidak profesional dan sejujurnya karena keterlambatan sang klien, suasana hati Jennie dan Lisa sudah sedikit memburuk.

"Jennie, sejujurnya kali ini kau keterlaluan." Ucapan Lisa membuat Jennie yang baru mendaratkan bokongnya pada kursi mengangkat kepalanya untuk menatap Lisa yang masih berdiri di hadapannya.

Jika status jabatan Jennie di perusahaan ini adalah asisten manajer, maka Lisa adalah manajernya, bisa dikatakan Lisa merupakan atasannya, tapi Jennie tidak pernah menganggap hal serupa, karena pekerjaan mereka yang sama, Jennie selalu menganggap kedudukan dan Lisa di perusahaan ini sama rata.

"Dimana letak kau bisa menganggapku keterlaluan, kau kemarin tidak keberatan saat mengatakan kau yang akan berbicara dengan klien, kau mengatakan dengan angkuh, no probs." Ucap Jennie yang mengikuti nada bicara Lisa kemarin saat Jennie meminta Lisa yang lebih banyak berhadapan dengan klien, tatapannya sudah tidak lagi fokus dengan sahabat sekaligus rekan kerjanya.

"Jennie, demi apapun aku tidak pernah mempermasalahkan kau yang hanya perlu duduk di sampingku dan aku yang akan menjelaskan semua kerja sama kita pada klien, tapi tadi, apa sikap yang kau berikan? Kau bahkan tidak mau berjabat tangan untuk menghormati klien kita."

Jennie yang tadinya sudah kembali menarik keyboard untuk melanjutkan pekerjaannya menghentikan gerakan tangannya, dia menatap Lisa sambil sedikit memiringkan kepalanya.

"Kita hampir kehilangan klien penting ini hanya karena kau tidak mau berjabat tangan dengannya." Dari nada bicaranya, Jennie jelas mengetahui Lisa merasa kesal sekarang, tidak ada nada bicara lembut disana seperti Lisa biasanya memperhatikannya.

"Lalu apa kerja sama itu batal hanya karena aku tidak mau berjabat tangan?" Tanya Jennie, Lisa menghembuskan nafasnya, kerja samanya memang tidak gagal, tapi Lisa harus memutar otak untuk menjelaskan kenapa Jennie tidak mau bersentuhan, mungkin di mata klien mereka, Jennie di nilai sebagai seseorang yang begitu angkuh sekarang.

"Ini bukan masalah kerja sama yang batal atau tidak, sikapmu sangat tidak terpuji, apa salahnya membuat kontak fisik dengan klien? Hanya berjabat tangan yang bahkan tidak akan sampai satu detik, seperti ini, lalu selesai." Lisa membalas lagi dengan nada frustasinya, dia bahkan menyatukan kedua tangannya sendiri seolah sedang bersalaman.

"Aku bertanya, apa dengan aku yang tidak ingin berjabat tangan, kerja samanya batal?" Jennie melipat kedua tangannya di dada, menantang Lisa dengan mata kucingnya.

"Kau keterlaluan Jennie, kita disini bekerja, ada aturan dan setidaknya sopan santun di dunia ini, tapi kau tidak mengerti." Lisa dengan kesal duduk di kursinya, dia tergesa-gesa menggulung lengan blazernya, wajahnya di tekuk sambil membuka sebuah map di atas mejanya.

Lisa tidak suka bertengkar dengan Jennie, bahkan perdebatan kecil seperti ini saja sudah membuat dadanya tidak enak, kepalanya seperti panas, jadi lebih baik untuk sekarang dia diam, meski menurutnya, perubahan Jennie yang sangat tidak tersentuh ini sangat tidak terpuji, apalagi saat mereka harus berhadapan dengan klien mereka.

"Lisa, harus ada batasan untuk semuanya." Jennie kembali bersuara dengan nada lembutnya, Lisa menjadikan punggung tangannya sebagai sandaran pipinya, dia menghela nafas sebelum kembali menatap Jennie.

"Aku tahu, semua ada batasnya, tapi Jennie, kau juga harus bisa menempatkan diri, kau harus tahu mana orang yang bisa kau beri batasan dan mana yang tidak, hanya berjabat tangan, itu bukan sesuatu yang sulit, kau membicarakan batasan? Okay, kau membatasi diri dengan pria-pria di kantor yang menyukaimu, itu hal yang benar, tapi dengan aku saja kau begitu membatasi diri, aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi denganmu." Ucap Lisa, tangannya ikut bergerak untuk mempertegas kalimatnya.

YOU ARE WORTH - JENLISA [G×G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang