12

2.4K 201 10
                                    

_MINE_

Matahari telah menampakkan cahaya sedari tadi. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Zee bangun terlebih dulu ketimbang Shani. Shani masih tertidur dengan lelapnya, mungkin efek dari permainan cukup panas semalam membuat Shani cukup kelelahan. Namun, Zee membiarkan hal itu. Biarkan Shani beristirahat.

Dia yang sudah mandi, sekarang sedang berkutat di dapur membuat sarapan untuk mereka berdua. Zee memang belum mempekerjakan pembantu di rumahnya. Kata Shani; nanti saja, karena dia ingin menjadi istri yang baik, yang akan melayani apa keinginan suaminya tanpa bantuan orang lain. Namun, di sisi lain Zee tentunya memberi pengertian, jika dia tak ingin istrinya kelelahan karena mengurus rumah sebesar ini. Dia akan terap mempekerjakan pembantu, tapi nanti jika Shani sudah mengizinkan juga.

Pagi ini Zee ingin membuat waffle untuk sarapan dia bersama Shani. Dia hanya membuat sarapan simpel saja. Strawberry sisa istrinya kemarin Zee ambil untuk pelengkap membuat waffle. Semoga saja Shani nanti tak mencari strawberry itu. "Semoga Shani suka," gumam Zee. Zee sedang manaburkan gula halus di atas waffle yang dibuat. Sampai dirinya merasakan sebuah pelukan di perutnya. Dia sudah langsung mengetahui siapa pelakunya. Tentu saja istrinya. Memang siapa lagi yang tinggal di dalam rumah ini selain dia dan istrinya?

"Sudah bangun honey?" tanya Zee.

"Belum sayang," gumam Shani.
Zee terkekeh mendengar jawaban dari Shani. Lagi pula Shani sudah berada di sini. Bisa-bisanya Zee bertanya sudah bangun atau belum. "Aku, bikin waffle buat sarapan kita." Zee berbalik memeluk tubuh Shani. Ciuman singkat Zee tinggalkan pada kening Shani, sebelum tubuh istrinya itu dia angkat dan di dudukkan dia atas meja.

"Cobain deh." Zee memotong kecil waffle buatannya, disuapkan lah pada Shani. Shani dengan senang hati menerima suapan dari suaminya. "Enak?" Tanya Zee saat Shani sedang mengunyah.

"Heemm, enak. Pinter kamu buatnya," puji Shani. Zee membalas dengan senyuman. "Habisin nih." Zee menyerahkan porsi untuk Shani.

"Mau kemana?" tanya Shani saat Zee menjauh.

"Bikinin susu buat kamu." Zee kembali berkutat untuk membuatkan susu khusus ibu hamil untuk istrinya. Zee menuangkan bubuk susu rasa vanila sesuai takaran pembuatan pada gelas. "Abis makan di minum ya, susunya." Zee meletakkan segelas susu yang sudah jadi di atas meja.

"Kamu ga sarapan?" Tanya Shani.

"Sarapan kok. Nih, jatah aku," jawab Zee.

"Sayang," panggil Shani.

"Hem?"

"Aku pengen nambah," ujar Shani dengan ekspresi lucu.

"Mau nambah?" Jika tau istrinya akan nambah lebih baik dia tadi buat banyak, tapi kali ini Zee hanya membuat dua porsi saja. Karena dia pikir setelah dari dokter kandungan mereka akan pergi ke rumah orang tuanya. Pasti di sana sudah banyak tersedia makanan.

"Nih, makan aja punya aku, kalau kamu mau nambah."

"Tapi nanti kamu makan sama apa?" Tanya Shani.

"Soal aku mah gampang. Yang paling penting kamu sama adek bayi kenyang," jelas Zee sambil mengusap perut buncit Shani.

"Turunin aku," pinta Shani. Zee membantu Shani untuk turun dari atas meja. Shani berganti duduk di kursi.

"Kita makan berdua, sini aku suapin. Buka mulut kamu," perintah Shani. Zee menurut. Dia membuka mulutnya lebar-lebar siap menerima suapan dari Shani. Pada akhirnya mereka menghabiskan sarapan mereka bersama. Walaupun Zee mendapatkan porsi yang lebih sedikit karena jatahnya dikorupsi oleh istrinya. Namun, tak apa, apa pun yang dapat membuat Shani senang Zee akan lakukan.

_MINE_

"Bisa kalian lihat, selamat Pak, Bu calon anak kalian laki-laki," ungkap dokter kandungan.

"Alhamdulillah," serempak Zee dan Shani mengucap syukur. Zee tersenyum menatap Shani, tangannya menggenggam tangan istrinya itu dengan erat. Zee tak menyangka jika harapannya terkabul ingin mempunyai anak pertama laki-laki.

"Bayi kalian juga sehat, bagus. Tetap jaga kesehatan ya Bu, makan teratur dan sehat. Hindari kegiatan yang berat-berat."

"Iya dok," jawab Shani.

Mereka keluar dari ruang periksa kandungan saat sudah selesai dengan kegiatan mereka. "Denger kan apa kata dokter lagi? Kamu jangan terlalu cape. Jadi gimana mau aku cariin pembantu di rumah? Biat bisa bantu-bantu kamu," tanya Zee.

"Jangan dulu deh. Aku, masih bisa ngatasin sendiri. Kalau aku, cape langsung istirahat kok. Kamu jangan khwatir ya sayang," jawab Shani.

"Hufft, ya susah terserah kamu. Tapi kalau bener-bener butuh, langsung ngomong sama aku aja."

"Iya sayang," jawab Shani lalu mengecup dagu Zee. Tak memeperdulikan keadaan lorong rumah sakit yang bisa dikatakan cukup ramai. "Banyak orang lho sayang di sini," kata Zee.

"Ga papa, sengaja sih aku sebenernya biar mereka tau kalau kamu ini cuma punya aku. Terutama mbak-mbak yang duduk pakek baju bentol-bentol kayak macan tutul itu," sindir Shani. Zee melirik perempuan yang Shani maksud. Memang sedari tadi dia sepertinya sering curi-curi pandang pada Zee.

"Lebih baik kita pergi hon," saran Zee.

"Iya ayo, sebelum muncul niatan aku buat jambak rambut dia," setuju Shani. Zee merangkul pinggang belakang Shani. Membawanya pergi dari sana, sebelum terjadi hal-hal yang tak terduga.

























Yang mau jadi pembantu di rumah Zeeshan yok. Pesiapan siapa tau ketrima wkwkwk.

Udah, maao buat typo.

Mine! season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang