15

2.6K 227 13
                                    

_MINE_

Suara erangan kesakitan memenuhi ruangan pada pukul satu dini hari. Zee dan Shani yang masih berjaga dijam waktunya orang-orang tertidur. Mereka sedang berada di rumah sakit. Sudah seharian Shani mengeluh perutnya sakit, tapi itu bukan sakit biasa. Namun, itu adalah kontraksi yang mulai dia alami.

Karena Zee takut jika anaknya keluar di rumah tanpa adanya orang yang ahli dalan bidang persalinan, Zee memutuskan untuk membawa Shani pada sore hari ke rumah sakit. Orang tua mereka tentunya menemani mereka berdua. Sama-sama menanti cucu yang diidam-idamkan. Mereka duduk di sofa yang tersedia di dalam ruangan. Sedangkan Zee duduk di tepi ranjang sambil menggengam tangan Shani yang juga menggenggamnya sangat erat. Bahkan kuku-kuku Shani sampai menancap ke punggung tangan Zee.

"Eenghhhhh, sakit Zee," lirih Shani. Wajahnya kini sudah penuh dengan keringat padahal AC ruangan menyala. Tangan Zee satunya mengelus perut buncit Shani, yang terlihat kadang menunjukkan tanda-tanda pergerakan. "Tahan ya sayang, masih pembukaan tujuh," balas Zee sambil menghapus keringat Shani menggunkan tisu.

Waktu sudah hampir seharian, tapi pembukaan masih saja belum lengkap. Hal itu membuat Shani merasa kesakitan, Zee menjadi tak tega saat melihatnya. Dia ikut merasa mules saat melihat Shani seperti ini.
"Aku, mau duduk," pinta Shani. Zee dengan cekatan membantu Shani untuk duduk di atas kasur. Lalu posisi Zee berpindah duduk di belakang Shani, membantu menahan tubuh Shani. Tangan Zee memijat punggung Shani, dengan tangan satunya lagi yang mengelus perutnya.

"Udah, jangan nyiksa Mommy dong nak," lirih Zee dengan tangannya yang masih mengelus perut Shani. Tubuh Shani bersandar ditubuh Zee. Dia menikmati setiap elusan dan juga pijatan dari Zee. Rasa sakit pada perutnya mulai pudar, tapi tak menutup kemungkinan sakit itu akan kembali hadir sebelum anaknya ini keluar dari perutnya.

Perut Shani terus merasakan kontraksi sampai pukul dua dini hari. Dia di pindahkan ke ruang persalinan untuk segera melakukan persalinan pada anaknya sudah sudah akan keluar. Shani di dalam di temani oleh Zee tentunya. Shani sudah siap dengan posisi melahirkan, dia terus meringis merasakan seperti kepala anaknya yang terus menyundul ke bawah tak sabar ingin keluar. Dia meremas juga mengigit tangan Zee untuk menyamarkan rasa sakitnya. Zee sebenarnya ingin berteriak akibat gigitan istrinya itu, tapi dia menahannya. Dia berpikir bahwa rasa sakit ini tak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit yang Shani rasakan sekarang.

"Semua sudah siap. Baik bu, siap atur napas ya. Ikuti intruksi saya, jika saya, bilang dorong, ibu bisa mengejan sekuat-kuatnya," jelas Dokter dengan ramah.
Dokter sudah bersiap di depan kaki Shani yang mengangkang. "Ayo, bu dorong."

"Eenghhhhhhh!" Shani mengejan dengan sekuat tenaganya.

"Engghhh! AAAA..."

"Ayo sayang kamu pasti bisa, ayo," bisik Zee memberi semangat.

"Ayo bu terus bu."

"EENGHHHHH! Hah~ hah~ hah~" Shani mengatur napasnya. Ini cukup melelahkan bagi Shani, apa lagi seharian tenaganya hampir terkuras karna menahan rasa sakit saat kontraksi.

Sudah beberapa menit berlalu tapi tak ada tanda-tanda bayi keluar. Napas Shani tersenggal, dia sudah lemas rasanya dia ingin menyerah saat ini juga. "Sakit Zee, aku ga kuat," lirih Shani.

"Kamu kuat honey, kamu kuat. Sebentar lagi ya, aku yakin kamu bisa, demi anak kita. Kasihan dia kalau kelamaan di perut kamu," bisik Zee. Dia sesekali menyematkan sebuah ciuman di wajah Shani berharap menjadi penyemangat.

"Ayo, bu lagi, sebentar lagi." Shani berusaha mengumpulkan kembali tenaganya. Dia terus mengejan berharap bayinya cepat keluar. "EENGGHHHH~ AHHH!"

"Ayo bu lagi, kepala bayi sudah keluar."

"Ayo sayang sedikit lagi ayo." Mata Zee sudah berkaca-kaca mendengar bahwa bayinya sebentar lagi akan keluar sepenuhnya.

"Huh~ huh~ huh~ ENGG~ AAHHHH!"

Oweekkk!

Oweekk!

Owekk!

(Mon maap kagk tau knp gue ngakak bacanya😭)

Suara tangisan kencang memenuhi setiap sudut ruangan ini. Ucapan syukur terdengar. Zee terisak kecil sambil memeluk kepala Shani karena berhasil melahirkan anaknya. Dia sudah menjadi Daddy sekarang. Zee dan Shani sah berstatus menjadi orang tua.
"Makasih honey," Zee mencium beberapa kali wajah istrinya itu. Sedangkan Shani hanya bisa tersenyum, tubuhnya terasa lemas sekali.

"Bayi nya sangat tampan pak, bu." Dokter itu memberikan bayi laki-laki yang baru lahir pada Zee. Dengan gemetar Zee menerima bayi itu. Bayi itu adalah anaknya yang sudah dia tunggu-tunggu. Air matanya tak bisa di bendung, dia menangis bahagia. "Anak kita, hon. Sangat tampan," kata Zee sambil memperlihatkan bayi mungil itu pada Shani.

"Iyah, mirip kamu," balas Shani. Dia sangat bahagia tentunya. "Kamu mau ngasih nama apa?" Tanya Shani. Zee tersenyum. Dia sudah menyiapkan nama anaknya ini jauh-jauh hari. "Adya Ezar Arsenio Zeeshan. Panggilannya Ezar," jawab Zee.

"Artinya?"

"Adya, anak pertama. Arsenio gagah berani. Zeeshan? Tentunya singkatan kita berdua honey. Tak apakan?"

"Tidak apa. Itu bagus, aku, suka. Kalau Ezar artinya apa?"

"Tidak tau, aku hanya mengambil nama dari artis yang pernah kau tonton di tv, heheheh..." Shani hanya menggeleng mendengarnya. Namun, apa pun itu semoga anaknya tumbuh menjadi anak yang baik, berbakti dan bersifat positif.

 Namun, apa pun itu semoga anaknya tumbuh menjadi anak yang baik, berbakti dan bersifat positif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Dari pinterest)












Baby Ezar, ponakan online kita udah lahir ges, uhuy.

Maap klo kek akward part ini, karna gue baru pertama kali nulis tentang lahiran,cuy:v

Dahlah gitu aja, maap buat typo.

Mine! season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang