9

3.7K 257 22
                                    

_MINE_

Sudah seminggu Zee dengan Shani berlibur di Bali. Hari ini mereka memutuskan untuk pulang. Sebenarnya Zee ingin menunda kepulangan untuk sementara karena keadaan kesehatan Shani yang tiba-tiba menurun. Istrinya itu merasakan pusing dan mual-mual sedari kemarin. Zee ingin memeriksakan istrinya itu ke dokter, tapi Shani menolak, pikir dia; mungkin hanya masuk angin saja. Karena mereka berdua sering menikmati jalan-jalan di luar, terlalu lama kena angin malam juga mungkin itulah salah satu penyebab Shani masuk angin.

Mereka tetap pulang meski keadaan Shani yang tak enak badan. Shani menolak saran Zee yang ingin mengundur kepulangan mereka. Karena bagaimana pun suaminya itu harus bekerja. Dia tau kalau di kantor dokumen-dokumen sudah menumpuk menunggu Zee untuk dikerjakan. Dia tak ingin menjadi penghambat pekerjaan Zee. Toh juga mubazir tiket pulang sudah beli mahal-mahal jika akhirnya di cansel.

Pesawat mereka sudah kembali sampai di bandara Jakarta. Keadaan Shani sepertinya semakin menurun. Tubuh Shani merasa semakin lemas bahkan dirinya untuk berdiri saja ingin tumbang. Berkali-kali Shani mengalami muntah-muntah saat berada di dalam pesawat. Hal itu membuat Zee semakin khawatir, dia akan memeriksakan keadaan sang istri saat sampai di rumah nantinya. Dia tak tega jika lama-lama melihat keadaan Shani yang tak bertenaga seperti itu.

Zee menggendong istrinya di depan seperti koala. Shani sudah menyandarkan lemas kepalanya dipundak ternyaman suaminya. Pusing terus melanda kepala Shani, tidur adalah jalan terbaik saat ini untuk mengurangi rasa sakit.
Koper Zee dan Shani di bawa oleh supir yang menjemput mereka di bandara. Mereka berjalan buru-buru agar cepat sampai mobil. Selama perjalanan pulang Shani terus tertidur. Zee membiarkan hal itu, biarkan istrinya beristirahat. Dia mengusap punggung Shani agar lebih nyaman yang kini tertidur masih dengan berada di pangkuan Zee.

"Assalamuallaikum," salam Zee saat memasuki rumah kediaman orang tua Shani, "Biarin di sini aja Pak, nanti biar saya aja yang urus sendiri. Makasih ya," kata Zee pada sopirnya.

"Baik Pak, Saya permisi."

"Zee, udah sampai?" Mama Shani dan papinya baru pulang dari rumah sakit menjenguk temannya.

"Iya, Ma. Baru saja sampai," jawab Zee.

"Shani kenapa Zee?" Tanya Papa Shani.

"Kurang enak badan Pa, mungkin kecapean atau masuk angin. Rencana nanti mau Zee periksain, kasihan dari tadi muntah-muntah terus," jelas Zee.

"Oalah, nanti Papa panggilin dokter pribadi keluarga buat periksa keadaan Shani. Lebih baik kamu tidurin dulu Shani di kamar. Biar lebih nyaman," kata Papa Shani.

"Iya Pa. Zee bawa Shani ke atas dulu." Zee membawa Shani ke kamar. Sampai kamar dia berniat untuk merebahkan tubuh Istrinya di atas kasur, tapi sepertinya hal itu membuat Shani terusik dan terbangun dari tidurnya. Dia langsung merengek tak mau turun dari gendongan Zee. Tangannya masuk, mengalung di leher Zee meski tubuhnya sudah direbahkan di atas kasur. "Lepas honey, biar kamu tidurnya lebih nyaman di sini," kata Zee.

"Ga mauuuu, mau gendong aja," tolak Shani. Mata Shani terbuka, menampakkan warna merah. Hal itu membuat Zee benar-benar khawatir. "Aku mau bersih-bersih juga. Kamu juga harus bersih-bersih biar enak," kata Zee.

"Aku, ga mau. Gendong aku, Zee. Aku mau di gendong," rengek Shani. Memang istrinya akan bersifat lebih manja saat sedang sakit. Zee menghembuskan napas pelan. Dia menuruti keinginan istrinya, dengan kembali menggendong seperti koala. Dia menimang istrinya seperti bayi, berharap agar kembali tertidur. Tak apakan memanjakan istri sendiri?

Sepertinya Zee harus lebih meluangkan waktu untuk berolahraga, agar dirinya kuat saat sewaktu-waktu menghadapi sifat manja Shani seperti ini, ingin selalu di gendong. Rasa haus tiba-tiba Zee rasakan. Dia memutuskan ke dapur untuk mengambil minum.

Mine! season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang