Dandy terlihat bahagia mendapat kejutan dari teman dan orang terdekatnya. Dia tidak menyangka ternyata banyak yang menyayanginya di daerah yang dia sendiri tidak memiliki siapa-siapa di sana.
"Makasih semuanya."
Senyum lebar terukir di wajah Dandy. Namun, sesaat kemudian wajahnya kembali sendu. Dia teringat akan adiknya. Cindai akan selalu menjadi orang pertama yang mengucapakan ulang tahun. Juga mereka berdua selalu meniup lilin bersama.
"Ci, maafkan Kakak."
Bu Anne tahu apa yang dipikirkan oleh Cakra Dandyaksa. Dia juga sering mengambil gambar atau video anak itu. Semua itu dia lakukan untuk diedit dan akan dia berikan kepada Cindai. Adik dari Cakra itu selalu menghubunginya melalui sosial media. Menanyakan di mana kakaknya. Akan tetapi, Bu Anne selalu mengatakan tidak tahu. Bukan tanpa alasan, dia tidak ingin mental Cakra Danadyaksa semakin rusak.
Merriam Alluna, dia bukan orang sembarangan. Dia seperti memiliki dua kepribadian. Dalam sedetik bisa baik dan bisa juga jahat melebih monster. Bu Anne sangat tahu karena dia merasakan kekejaman dari seorang Merriam Alluna.
Pemilik smile kafe mentraktir mereka semua di hari ulang tahun Dandy. Perempuan muda itu sangat sayang kepada Dandy. Karyawannya yang belum lama bekerja dengannya.
.
Bu Anne mengirimkan sebuah video kepada Cindai. Cindai yang memang hari ini enggan untuk sekolah membuka pesan yang masuk ke dalam media sosialnya. Matanya nanar ketika melihat foto apa yang Bu Anne kirimkan.
"Kakak!"
Air mata Cindai pun berderai. Rasa rindunya semakin bertambah dan dia pun menangis sesenggukan. Dia melihat perbedaan yang sangat signifikan dari kakaknya. Sang kakak memang tersenyum, tapi sorot matanya menunjukkan kesedihan luar biasa.
"Kembalikan senyum Kakakku!" Cindai menangis cukup keras melihat foto tersebut. Hatinya sangat sakit dan perih.
"Kakak di mana? Aku ingin ikut Kakak."
Tanpa Cindai sadari ada orang yang berada di ambang pintu yang menatapnya. Rasa nyeri dan sedih pin bersarang di hatinya.
"Ci!"
Cindai menoleh dan dia melihat Axel yang merupakan sahabat dari sang kakak. Air matanya semakin deras mengalir dan Axel segera menghampiri Cindai. Dia memeluk tubuh Cindai dengan begitu erat.
"Kak Cakra, Bang. Kak Cakra."
Axel tengah membayangkan jika ini terjadi pada adiknya, Acel.
"Kak Cakra pasti sedih dan kesepian. Ini adalah hari ulang tahunnya. Cici harus ada di samping Kakak."
Axel tak bisa berkata. Dia ke rumah Cakra malam ini karena dia tahu Cindai pasti sedih. Dugaannya benar.
"Bawa Cici pergi, Bang. Cici ingin bertemu dengan Kakak. Cici rindu Kakak."
Ingin rasanya Axel membawa Cindai ke tempat di mana dia bisa bertemu dengan sang kakak. Namun, Cakra melarangnya. Dia tidak ingin Cindai tahu kondisinya yang sesungguhnya.
"Gua mohon jangan kasih tahu Cici, Xel. Lu boleh nemuin gua, tapi jangan kasih tahu siapa-siapa di mana gua berada."
Axel tak bisa mengingkari janjinya pada Cakra. Dia tahu bagaimana pedihnya hati Cakra. Dia tahu bagaimana mental Cakra hancur. Di tengah malam yang diguyur hujan deras, di situlah seorang Cakra Danadyaksa bercerita tentang bagaimana hatinya. Tentang sakitnya difitnah oleh ibu kandungnya sendiri. Pada saat itu Axel hanya bisa memeluk tubuh Cakra yang sangat hancur.
"Gua gak peduli tentang berita lu. Seluruh manusia di dunia ini mau membenci lu dan menganggap lu jahat, bagi gua lu tetap sahabat gua yang berhati malaikat. Lu gak butuh dianggap baik oleh orang yang tak mengenal lu karena yang tahu sesungguhnya lu adalah orang yang benar-benar mengenal lu. Gua akan jadi sahabat lu selamanya."
Axel duduk di samping tempat tidur Cindai yang sudah terlelap karena lelah menangis. Dia membuka kunci layar ponselnya. Foto dia dan Cakra yang menghiasi layar segiempat itu.
"Ke mana senyum penuh ketulusan lu itu, Cakra? Gua rindu lu yang dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Tak Bersayap
Roman pour Adolescents"Aku tak pernah memiliki sedikit pun dendam kepada mereka yang sudah menyakitiku." -Cakra Danadyaksa- Pemuda yang bisa dibilang tak memiliki amarah dan selalu bersikap lembut, ramah dan hangat kepada semua orang. Termasuk kepada mereka yang sudah m...