My Ex [02]

739 101 5
                                    


MAKAN malam hari ini tak membuatnya berselera, bahkan sudah berapa kali Hinata hanya bermain-main dengan sendok beserta sumpitnya, sup miso tak tersentuh begitu juga dengan tempura yang biasanya membuat Hinata berselera makan. Di lain pihak, Hyuuga Hikari mengerutkan dahinya, bingung dengan apa yang terjadi pada putri bungsunya, lebih tepatnya khawatir dengan kesehatan Hinata, di sisi gadis itu ada Hyuuga Neji, sulung Hyuuga yang selalu makan dengan tenang dan menghabiskan semuanya. Mendapati tatapan Ibunya, Neji mendongak, tentu mengikuti arah pandang Ibunya yang perhatian, ia bisa melihat bagaimana Hinata yang terlihat menyedihkan.

"Apakah lukanya masih sakit?" Neji bertanya, Hikari yang masih mengingat bagaimana Kiba tadi mengantarkan putrinya pulang, kini ikut memandang Hinata penuh kekhawatiran, sementara gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Apakah sebaiknya kita pergi ke Rumah Sakit, hm?" Sekarang Hiashi Hyuuga, Ayah Hinata memberikan tawaran lagi, ia merasa bersalah karena tak langsung memaksa Hinata untuk ditangani oleh medis yang lebih terpercaya, sebab putrinya itu menolak sejak sore tadi, mengatakan bahwa semua luka dan memarnya akan baik-baik saja dengannya pergi beristirahat.

"Apakah Ibu perlu membantumu?" Hikari bertanya lagi. "Bagaimana dengan makan di kamar saja, kau ingin Ibu menyuapimu, sayang?" Hinata menggeleng, tetapi jelas terlihat bahwa ia benar-benar sedang tidak ingin diganggu.

"Tidak perlu, Ibu." Hinata menjawabnya dengan memberi senyuman tipis. "Ayah," Hinata tiba-tiba memanggil Hyuuga Hiashi, kemudian beralih pada Ibunya lagi. "Ibu, aku akan beristirahat lebih awal." Hanya kalimat itu dan Hinata memilih bangkit, meninggalkan makan malamnya yang masih tersisa dengan hatinya yang terasa membingungkan, hari ini benar-benar berat untuknya dan ia tak pernah bisa untuk berpura-pura baik-baik saja, Hinata tentu membutuhkan waktu. Sebab yang Hinata tahu, obat dari patah hati adalah dari dirinya sendiri, hal-hal seperti itu akan datang dari pikirannya, jadi ia percaya bahwa perlahan waktu yang akan membantunya untuk baik-baik saja, kendati ia tidak tahu kapan.


-ˋˏ✦✦✦ˎˊ-


Awalnya Hyuuga Hinata kira semua hanyalah gurauan yang Uchiha Sasuke berikan padanya, tapi mendapati bahwa tak ada pesan maupun panggilan di ponsel, Hinata tahu bahwa ia harus menerima semuanya, menerima bahwa hubungannya telah berakhir di sini. Janji Sasuke tentang kampus baru dan apartemen bersama di masa depan sudah dihapus dengan cepat, entah dari ingatan maupun kenyataan. Hinata berbaring di ranjang, akan tertidur sebenarnya, tetapi hatinya masih sakit, sekujur tubuhnya juga mati rasa, mungkin ini efek dari kecelakaan ringan yang menimpanya, lututnya bahkan harus diperban, luka-luka ringan lainnya masih terasa perih dan cukup membuatnya tak ingin melakukan apapun.

Tanpa sadar, air matanya kembali jatuh ke pipi sesaat ia memandangi langit-langit kamar, susah sekali mengenyahkan luka yang datang bertubi-tubi, bahkan lebih sakit karena sekarang tidak hanya hatinya, fisiknya juga lelah bukan main, Hinata benar-benar lelah dengan semuanya. Ia mencoba menghirup udara kemudian mengembuskan napasnya keluar, tanpa sadar Hinata melakukan aktivitas itu berulang-ulang, seperti buku yang pernah ia baca di perpusatakaan, peneliti membuktikan bahwa menarik napas dalam kemudian mengeluarkannya, sangat ampuh membuat seseorang lebih tenang dan rileks, sekaligus bisa mengatasi stres dan Hinata mencoba yang terbaik untuk mengatasi semuanya sendirian. Tangannya dengan ribut mengusap air matanya yang sejak tadi berjatuhan, tentu tak ingin menangis, rasanya sia-sia ia menangisi Sasuke ketika lelaki itu saja sudah tidak peduli padanya.

Hinata menggelengkan kepalanya, mencoba untuk kembali tenang dan menghirup napas dalam-dalam, sekali lagi, mencoba yang terbaik untuk menenangkan dirinya. Sambil mengingat-ingat hari yang baru saja berlalu, sebelum beranjak ke tempat tidur, tadi Ibunya memberitahu tentang besok ia harus ke Rumah Sakit dan mengikuti sedikit pemeriksaan, Hinata tak keberatan, toh ia memang ingin cepat sembuh dan mengisi liburan sekolahnya dengan banyak aktivitas.

You and Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang