Pelukan Andin

3.7K 492 54
                                    


4.

Mobil terparkir di halaman depan, sudah bersih dan siap mengantar Aldebaran, bapak-bapak modis yang sedang menggendong balita laki-laki di belakang punggungnya.

"Mau naik, sini atas pundak papa, mau?"

Aldebaran mendudukkan Arka di atas bahunya. Membawanya berkeliling. Seperti biasa, Al harus membawa anaknya bermain, sebelum meninggalkannya untuk berangkat ke kantor. Karena kalau tidak bermain terlebih dahulu, seharian Arka akan sangat cranky dan terus saja marah-marah pada semua orang.

"Yeeeyyyy!!! Terbaanggggg!!"

"Mobil sudah siap, pak. Mau berangkat sekarang?" tanya seorang driver yang hari itu bersiap mengantarkan Aldebaran

Pria itu menoleh ke atas, sedikit melirik Arka yang sedang menatapnya juga. Pria itu memberi kode pada laki-laki di hadapannya, dengan melirikkan matanya ke atas. Laki-laki itu langsung mengerti maksud bosnya, lalu mengangguk pelan kemudian berlalu.

Tak lama berkeliling, suara Andin terdengar sedikit melengking memanggil anak laki-lakinya.

"ARKAAAAAAAAAAAAAAA, COME TO MAMA!!" ucapnya dengan sedikit berteriak.

Arka terlihat agak kesal setiap kali waktu bermain dengan papanya terhenti. Dia merangsek turun dari bahu nasabah prioritas yang memanggulnya. Balita yang sudah memiliki tabungan sekitar 4 miliar di usia yang belum ada lima tahun itu menarik tangan papanya, untuk minta diantar menemui mamanya.

"Goooo mamaa, mamaaa" ucapnya

"Iya, iya ayo ke mama, ayoo"

Mereka bergandengan, menuju pada Andin yang terlihat baru saja mandi. Wanita itu berdiri tak jauh dari pintu utama, mungkin hanya berjarak beberapa meter dari daun pintu.

Arka sudah terbiasa disiplin, Andin mengajarkannya untuk mengerti batas waktu, bahkan setiap kali bermain, Arka tau kapan dia harus berhenti, dia bahkan selalu merapikan mainannya kembali setelah selesai memainkannya. Terkadang, Andin memberi perpanjangan waktu untuk anaknya. Dia akan menawari Arka untuk merapikan mainannya sekarang atau lima menit lagi.

Maka saat Andin datang kembali setelah tawaran lima menit itu, Arka tau bahwa mainannya harus segera kembali masuk ke dalam tempatnya, meski kadang, bukan benar-benar lima menit waktu yang Andin berikan, namun hal itu selalu menjadi pengingat Arka bahwa setiap mamanya datang, itu tandanya waktu main sudah selesai.




"Abang sarapan, papa go to work, okay?" ucap Andin dengan sedikit membungkukkan badannya.

"Papa go?" ucap Arka

"Papa ke kantor, kerja dulu, boleh ya?"

"Iyah"

"Iya, pinter. Sekarang abang sama mama, ya. Jadi anak baik yang nurut oke"

"Hug papanya dulu"

Arka memberi satu pelukan pada Aldebaran dan ditambah ekstra kiss di pipinya. Aldebaran kembali bangkit setelah memeluk Arka, kemudian mencium pipi Andin sekilas.

"Kamu semangat kerjanya ya, mau makan siang apa nanti aku kirimin" ucap Andin

"Gak usah, nanti saya ada meeting di hotel dekat kantor, sekalian makan siang disana, kamu gak usah repot-repot, di rumah aja, santai sama anak-anak, saya nitip ya"

"Iya mas, nanti kabarin aku ya kalau udah sampai"

"Iya, saya kabarin kamu terus. Jangan capek-capek di rumah ya, gak usah megang kerjaan rumah, awas kamu ya saya pantau dari CCTV" ucap Aldebaran sembari mencubit kecil hidung Andin

One Night : The Last JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang