🌹Happy Reading 🌹
Menitip Benih di rahim pembantuku
Niar mengucapkan salam sebelum masuk kedalam kamar Arvitha pembantunya, gadis belia yang masih berumur delapan belas tahunan.Kemudian Niar pun duduk di kasur kecil milik Arvitha dan meminta Arvitha duduk disamping nya.
" Ada apa nyonya?," tanya Arvitha membuka suara saat melihat wajah sendu Niar majikannya.
Niar menggurat kan senyum tipis di bibirnya lalu menggemgam tangan Arvitha, dengan tatapan berbinar penuh rasa sedih.Tentu saja Arvitha bisa merasakan sedih yang dirasakan majikannya itu.Sekali lagi Arvitha menanyakan kembali ada apa yang terjadi pada majikannya.
" Ar, maaf sebelumnya tapi bolehkah aku meminta tolong padamu?," ucap Niar dengan harapan Arvitha akan menyetujui.
" Tentu saja nyonya,selagi Ar masih mampu bantu, apa itu?," lanjut Arvitha bertanya seraya mengulas senyum.
" Kamu butuh uang kan?,aku dan Mas Arham membutuhkan mu Arvitha. " ujar Niar semakin mengeratkan genggamannya, dan hal itu berhasil membuat Arvitha semakin penasaran.
" Arvitha, kamu tahu kan mertuaku sangat ingin mempunyai cucu, sedang aku adalah wanita mandul yang tak bisa memberikan keturunan untuk Mas Arham"Niar kemudian menghela nafasnya panjang sebelum melanjutkan ucapannya.
Sedangkan Arvitha semakin dibuat bingung plus penasaran ada maksud apa dibalik cerita majikannya itu.
" Arvitha, aku minta tolong sebesar besarnya tolong wujudkan keinginan Mas Arham, tolong lahirkan anak untuk Mas Arham,"lanjut Niar kini berurai air mata yang kian deras membasahi pipinya.
Shok, tentu saja Arvitha shok mendengar hal itu, sampai ia menarik paksa tangan nya dari gemgaman Niar.
" Ta ta ta tapi..." ucap Arvitha terbata, seketika suasana hatinya jadi keruh,Arvitha seakan merasa sesak didadanya yang seakan sedang di timpa masalah besar.Ia bingung dengan cara apa dia menjawab sang majikan.Sementara Niar masih terus memohon dan menangis sendu.
" Aku mohon Arvitha, aku hanya bisa mempercayai kamu.Tolong kamu wujudkan keinginan ini," pinta Niar penuh harap sampai sampai ia berlutut di hadapan Arvitha yang tentu saja hal itu membuat Arvitha tak merasa enak.
" Jangan begitu nyonya," ucap Arvitha membantu Niar berdiri dan membawa Niar kembali duduk di kasurnya.
" Nyonya maafin Ar tapi...Ar belum bisa membuat keputusan,jujur Ar takut nyonya maaf Ar gak bisa membantu nyonya" ucap Arvitha meminta maaf dengan tulus.
Benar.Harusnya Niar tidak meminta tolong pada Arvitha, Arvitha hanyalah seorang gadis polos yang tidak faham dengan hal hal seperti itu dan Arvitha adalah gadis baik baik yang tidak mungkin melakukan hal hal yang tidak senonoh.
Akhirnya Niar memberikan waktu selama tiga hari buat Arvitha untuk memikirkan hal itu, tidak lupa Niar mengiming imingi Arvitha dengan bayaran yang sangat tinggi.
" Arvitha, aku akan membayar seberapa pun yang kamu mau, apapun itu, semuanya,asal kamu mau mewujudkan mimpi ini, kamu lagi buyuh uang untuk biaya kemoterapi ayah kamu kan, pikirkan tentang ini Ar, aku memberikan waktumu selama tiga hari.Sebelumnya aku minta maaf tolong kamu ngerti yah," ucap Niar kemudian mengelus lembut rambut Arvitha.Sedang Arvitha kini diam mematung dilanda ketakutan dan kebingungan.
" Kamu takut ya?," tanya Niar yang melihat Arvitha terus memilin jarinya dan menghela nafasnya panjang.Arvitha pun mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan majikannya.
" Gak usah takut, Mas Arham gak akan pernah menyentuh kamu, kamu hanya perlu menyetujui nya dan ikut aku ke rumah sakit.Tapi sebelum itu,aku ingin setelah kamu setuju kamu menikah dulu sama Mas Arham"sontak hal itu semakin membuat Arvitha shok.
" Menikah? dengan tuan?,"
"Tenang Ar, hanya sebuah status, tidak akan ada hal lain yang berubah selain kamu mengandung anak kami,"ucap Niar kemudian berdiri dari duduknya ia pun menghela nafasnya panjang kemudian melangkah ingin keluar kamar itu.
" Hum aku harap kamu menyetujui nya Arvitha. "ucapnya penuh harap sebelum ia benar benar pergi dari sana.
***
" Arvitha, kok kamu gak ikut makan?," tanya Arham menatap Arvitha yang terus menunduk sedari tadi." Gak papa tuan," jawab Arvitha singkat dan segera berlalu dari ruang makan.
" Arvitha kenapa yank? sakit dia?," tanya Arham sembari mengambilkan lauknya.
" Mungkin Ar lagi kesal sama aku mas," jawab Niar seadanya, tentu hal itu membuat Arham mengernyitkan kening nya dan ia pun menatap istrinya itu.
" Kenapa sayang? kalian ada masalah apa? atau kamu belum kasih gaji Ar bulan ini ya?" tebak Arham mengira ngira.
" Aduh sayang..kalau soal itu mah, Arvitha akan kesal, kamu kan tahu sendiri dia butuh uang tiap saat untuk ayah nya, terlebih Arvitha juga masih labil jadi suka ngambekan." ujar Arham melanjutkan ucapannya.
" Bukan soal itu mas," ucap Niar terlihat serius, Arham yang melihat keseriusan di wajah sang istri kemudian menghentikan acara makannya.
" Terus? soal apa?," tanya Arham kembali menatap sang istri.
" Aku sudah ngomong sama Arvitha soal yang aku omongin sama kamu kemaren malam mas," jawab Niar tho the point, sontak hal itu membuat Arham terkejut.
" Astaqfirullohalazim..."
" Aku capek Mas, aku capek diteror terus sama mama kamu, cuma itu kan jalannya, apa ada cara lain? enggak kan mas, mama kamu itu pengen cucu mas, dia pengen kamu punya anak," ujar Niar menjelaskan.
" Iya.Tapi gak gini caranya Niar," jawab Arham lembut.
" Kamu gak tahu gimana sakitnya Mas,"ucap Niar kemudian berdiri dari duduknya dan melenggang dengan tangisan nya.
" Niar, maksud aku bukan gitu," ucap Arham segera mengejar Niar istrinya.
" Terus gimana mas? kamu setuju kan? hanya dengan cara ini Mas kecuali cara satu lagi yang Mas mau, cerai," ucap Niar berurai air mata, hal itu terjadi tepat di hadapan Arvitha yang sedang mengelap meja di ruangan itu.
" Dan kamu Arvitha, kamu hanya perlu menyetujui nya, begitu juga dengan kamu Mas.Kalian sayang sama aku kan? tolong lakukan hal itu agar semua kembali baik baik saja," ucap Niar masih dengan tangisan dan menatap wajah suaminya kemudian menatap Arvitha penuh harap. Setelahnya ia pun pergi berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Arvitha hanya bisa diam seribu bahasa ia bahkan ia tidak mengira begitu besarnya harapan Niar padanya.
Arham menghampiri Arvitha.
" Arvitha, maafkan istri saya, dia terlalu ditekan sama mama sampai berbuat hal ini, tolong kamu mengerti ya dan tolong kamu lupakan semuanya, apapun yang diucapkan istri saya pada kamu tolong kamu maafkan," ucap Arham meminta maaf dengan tulus kemudian ia mengulas senyum, kemudian ia pun pergi menaiki anak tangga.
" Bagaimana jika Ar setuju tuan?," tanya Arvitha menghentikan langkah Arham kemudian Arham pun menghampiri Arvitha.
Bersambung.
Hayo gimana jadinya itu???
KAMU SEDANG MEMBACA
Menitip Benih di Rahim Pembantuku
Storie breviIstri mana yang mau suaminya menduakannya bahkan menjadikan pernikahan nya dalam poligami (memadukannya)berbeda halnya dengan Niar Syafutri yang justru memilihkan calon istri untuk suaminya Arham Adryand karena ia tak kunjung dikaruniai anak saat r...