Me and Anca

329 13 5
                                    

                Suara rintik-rintik hujan mulai terdengar dari arah jendela yang terbuka. Sudah kuduga. Malam ini hujan pasti akan turun. Sejak sore tadi awan mendung tak mau beranjak dari langit Jakarta. Tak bergeming membuat langit Jakarta gelap dan suram. Sesuai perkiraan, malam harinya angin kencang dan hujan turun membasahi bumi Jakarta yang hampir seluruhnya sudah ditutupi dengan aspal dan bangunan bertingkat.

                Kututup semua jendela agar angin kencang dan air hujan tidak masuk ke dalam rumah. Selain itu, suara hujan deras yang membentur atap dan jendela sangat berisik. Pasti Kevin tikda ingin ceritanya terganggu karena suara berisik di luar rumah.

                " Yah.. hujan deras. Papa pasti lama pulangnya," gerutu Kevin sambil memandangi jendela dengan ekspresi sedih.

                " Jangan sedih dong sayang. Papa pasti pulang kok. Gimana.. kalo kita lanjutin  lagi ceritanya?" ucapku sambil merangkulnya dan menghiburnya. Aku tahu Kevin sangat merindukan ayahnya. Sudah sebulan lebih dia tidak bertemu dengan ayahnya. Kami berdua sangat merindukan suamiku yang jarang pulang karena pekerjaannya.

                " Iya, Ma! Lanjutin lagi dong," serunya penuh antusias. " Selain om Anca sama om Ando, ada lagi nggak cowok yang lain?" tanya Kevin penasaran.

                " Mmh.. banyak sih,"  gumamku sambil berpura-pura berpikir. " Gini-gini Mama kan waktu muda cantik banget  makanya penggemarnya banyak. Jadi bingung, siapa lagi ya?"

                " Sampai sekarang Mama masih wanita paling cantik yang pernah Kevin liat kok," ucap Kevin sambil menatapku dengan tatapan dan senyuman tulus yang membuat hatiku meleleh. Entah dari mana asalnya, tapi putraku tulus mengatakan kalimat itu.

                My Baby. My precious baby.. Kupeluk putra tercintaku itu dan kukecup keningnya. " Thank you, Kevin. Siapa yang ngasih tahu kamu kata-kata itu, sayang?" tanyaku penasaran.

                " Papa. Papa pernah bilang, kalau Mama lagi sedih atau kesepian, Kevin harus hibur Mama karena Papa nggak bisa hibur Mama setiap hari. Kevin udah janji sama Papa kalau Kevin akan selalu bikin Mama bahagia," ucapnya malu-malu. Aku tidak tahan untuk mencubit pipinya yang menggemaskan. Merasa jengah karena dari tadi kucubiti, Kevin mulai mengganti topic pempicaraan. " Stop, Ma. Kapan mama mau lanjutin ceritanya kalau nyubitin Kevin melulu."

***###***###***

                Aku dan Anca kembali akrab seperti dulu. Menjadi duet maut yang tak terpisahkan. Bukan rahasia umum lagi. Dimana ada aku pasti ada Anca, begitu juga sebaliknya. Kami sama-sama mencetak prestasi dan aktif dalam organisasi. Mendapat akses khusus ke semua guru di sekolah dan menjadi duet yang paling disegani di sekolah. Mungkin terdengarnya agak berlebihan, tapi memang itulah kenyataannya. Tidak ada yang tidak mengenal kami di sekolah.

                Kebersamaan kami tidak berlangsung lama ketika kami menginjak kelas 2 SMA. Anca dan otak jeniusnya membuatnya sibuk dengan berbagai macam perlombaan dan seminar sebagai perwakilan dari sekolah. Awalnya aku kesal karena kami jadi jarang pulang bersama lagi. Tapi apa hakku untuk marah padanya? Anca bukan pacarku dan kami hanya sebatas teman dekat.

                " Hei, kok ngelamun aja?" tanya Anca membuyarkan lamunanku sambil mengunyah siomaynya.

                " Nggak kok," bantahku salah tingkah karena ketahuan melamun. " Lagi kepikiran aja. Enaknya dress code supporter sekolah kita buat lomba basket sabtu besok apa ya? Udah bosen nih, masa Cuma kaos hitam aja," ucapku mengganti topic.

My Beautiful RomanceWhere stories live. Discover now