Me and Anca 2

8 1 0
                                    


Mata bulat Kevin yang indah dan menggemaskan menatapku dengan penuh antusias mendengar ceritaku sedari tadi. Sepertinya dia sudah mulai lupa kalau dia baru saja bersedih karena ayahnya akan lebih lama pulangnya karena hujan deras sedari tadi mengguyur. Dari ekspresinya, dapat kutebak ada banyak pertanyaan ajaib di dalam otak cerdasnya itu. " Ceritain dong waktu Mama sama om Anca pacaran," pintanya penuh semangat.

" Eeh.. tau apa kamu soal pacaran?" tanyaku pura-pura kaget. Walaupun aku tahu cepat atau lambat anakku akan menanyakan soal hal ini. Tapi nggak secepet ini juga sih. Secara dia masih SD.

" Nggak tau. Makanya Kevin nanya," jawabnya polos.

DOR! Kenapa sih anak ini sungguh cerdik. Entah ini tipu muslihat anak umur 8 tahun atau memang anakku yang cerdas banget. Kali ini aku tidak bisa berkelit. Lama aku berpikir untuk memilih kata-kata yang tepat untuk menjelaskan masalah dewasa ini.

" Pacaran itu..," aku berhenti sejenak masih mempertimbangkan apakah akan kujelaskan secara singkat atau Panjang lebar essay 5 kertas folio. " Mama kasih tau dulu ya. Pacaran itu proses pengenalan cewe sama cowo lebih jauh. Tau sifat baik buruknya, membangun memory bersama, selain itu juga kenal keluarga, saudara dan temannya," terangku sesederhana mungkin.

Sesaat dia terdiam sambil berpikir mencoba mencerna penjelasanku. " Jadi kalau misal Kevin kenal dekat sama Sandra. Tau baik buruknya Sandra. Kenal mama sama adeknya Sandra. Berarti Kevin pacarana sama Sandra dong?" Masha Allah siapa lagi ini Sandra. Pusing juga punya anak yang supel kayak begini. Kayaknya aku harus absenin siapa aja temen sekelasnya.

" Nggak gitu juga sih. Perasaan si cewe sama si cowo juga harus sama. Sama-sama suka, sama-sama sayang, dan sama-sama pengen saling kenal. Beda ya temenan sama pacaran. Kalau Kevin sama Tika dan Cindy di kelas itu berarti temanan. Sama Sandra juga," jawabku berusaha tidak menggurui.

Sesaat Kevin terdiam, sepertinya mencoba memproses maksud penjelasanku. Wajar jika anak sekecil Kevin masih belum paham dengan dunia percintaan. " Kevin nggak ngerti," ucapnya sambil mengerutkan kening.

Aku tertawa kecil mendengar responnya. Akhirnya dia kehabisan pertanyaan dan kata-kata juga. Nampaknya Kevin lebih suka sesuatu yang pasti seperti SAINS dan sejarah Dinosaurus. " Nggak apa-apa sayang. Nanti kalau udah gede juga kamu bakal ngerti kok," jawabku sambil mengedipkan mata. Lagipula aku juga sudah kehabisan ide untuk menjawab pertanyaannya.

" Tapi Kevin masih pengen denger cerita Mama sama om Anca. Kan bisa aja om Anca ini Papanya Kevin," serunya penuh semangat dengan mata berbinar.


Benar juga apa kata Kevin. Aku kan lagi bikin tebak-tebakan yang mana Papa nya Kevin. Aku tersenyum simpul sambil mengingat kembali kenangan manis dengan cinta pertamaku.



Hari ini hari terakhir Ujian Akhir Sekolah. Mata pelajaran yang terakhir tidak begitu sulit, jadi bisa agak lebih santai. Bukannya aku meremehkan mata pelajaran tertentu ya. Aku tetap belajar semaksimal mungkin, system kebut semalem sih, tapi yang penting aku masih tetap usaha untuk belajar supaya nilainya nggak jelek-jelek amet. Setelah menyerahkan jawabanku ke guru pengawas, aku bergegas mengambil ransel yang dikumpulkan di depan kelas dengan penuh semangat.

Dengan langkah riang aku berjalan menuju kantin, tidak sabar untuk jajan atau sekedar nongkrong dengan teman-teman yang lain sambil membahas ujian hari ini. Walaupun hari ini mata pelajaran yang diuji adalah olahraga dan agama, tetapi membahas jawaban setelah ujian entah kenapa menjadi tradisi. Belum juga sampai ke kantin, dari kejauhan kulihat kantin sudah penuh sesak dengan beberapa teman sekelasku dan juga kelas lain. Ternyata hari ini banyak yang keluar lebih cepat dan berkerumun di kantin kayak semut lagi ngantri sembako gula raskin. Ramai dan rusuh.

My Beautiful RomanceWhere stories live. Discover now