Ganendra bergerak dengan kikuk, dibuat salah tingkah lantaran Faleesha yang menatapnya tanpa henti sejak lima detik yang lalu keluar dari kamar selepas bermain game online bersama teman-teman kuliahnya. Pria itu mengelus tengkuknya, membasahi bibir serta tenggorokan yang kering kerontang meskipun tak jarang ia menelan ludah. Ini gue salah apalagi ya... batinnya berbisik, memulai kerja sama dengan memori mengingat kesalahan apa yang telah dilakukannya selama enam jam kebelakang.
"Kamu mau—"
Belum sempat lelaki itu menuntaskan kalimatnya, Faleesha angkat kaki dari ruang televisi menuju tangga, menjejal undakan menuju dapur yang berada di lantai satu kediaman mereka yang tengah sunyi lantaran putri mereka yang sejak pagi telah dibawa orangtua Ganendra ke rumahnya. Ganendra mengekor bak itik dengan induknya.
Wanita itu masih membisu, menimbulkan beragam pertanyaan di benak Ganendra yang dihantam kebingungan. Lelaki itu semestinya bertanya, namun lidahnya terlampau kelu tuk sekadar melambungkan kalimat 'kamu kenapa?'. Nyalinya dibuat ciut lepas tatapan setajam belati yang baru diasah itu menusuk ke dalam dirinya.
"Kamu udah nggak sayang ya sama aku?" Faleesha memecah sepi.
Ganendra mengerjap, mulutnya menganga membentuk huruf O, masih dengan rasa bingung yang setia di sisinya, "Hah?"
Faleesha berdecak, "Ck! Udah lah, kamu emang udah nggak sayang sama aku."
"Ya Tuhan... Sayang kok, sayang banget. Kenapa sih emangnya? Uang bulanan kamu kurang, sayang? Atau apa? Kamu mau beli hp baru? Tas baru? Kalau butuh barang yang baru bilang aja, kalau kamu nggak bilang kan aku nggak tau kamu lagi butuh apa. Aku nggak beliin kamu barang baru bukan karena nggak sayang lagi, tapi—"
"Udah ah, sebel aku denger kamu ngomong." Faleesha menyela ucapan Ganendra, segera bergerak menuju meja makan selepas pizza dinginnya masuk microwave agar dapat dimakan hangat.
Ganendra mengikuti jejak cintanya. Ditariknya kursi tepat di samping Faleesha yang tengah duduk menunggu pizza miliknya hangat. Kepala Ganendra tertoleh, menatap wanitanya yang masih setia dengan wajah datar yang Ganendra hapal betul diluar kepala bahwa raut itu merupakan tanda kemarahan Faleesha yang terpendam.
Tangan Ganendra terangkat, membelai ringan rambut gelap Faleesha yang mulai memanjang, "Kenapa sayang? Aku minta maaf ya kalau ada salah." ujarnya berucap lembut, mencoba meluluhkan keras hati cintanya.
Bukan malah mencair, Faleesha justru memberi Ganendra tatapan tak suka, "Emang kamu tau salahnya dimana?"
Aduh mampus gue....
"Ya belum tau aku salahnya dimana, tapi aku minta maaf—"
"Yaudah, nggak usah minta maaf kalau emang nggak tau salahnya dimana." tutup Faleesha yang mengambil langkah besar menuju microwave usai benda itu berdenting keras menandakan waktu yang diaturnya tadi telah berlalu.
Faleesha pergi melewati Ganendra tanpa permisi, membawa piring putihnya ke ruang tamu demi menyantap sambil ditemani serial netflix yang belum sempat dituntaskannya karena sibuk bekerja.
Ganendra memejamkan matanya sejenak, mencoba memberi stok lebih banyak pada kesabarannya. Kekalahannya berturut-turut tadi sudah cukup membuatnya pening, jangan lagi ditambah perilaku Faleesha yang sulit diajak komunikasi hari ini.
Ganendra menarik nafas dalam, memasang senyum terbaiknya dengan hati yang dibuat selapang-lapangnya tuk menghadapi Faleesha yang nampak asyik dengan dunianya sendiri disana. Berhati-hati, diposisikan dirinya di samping kanan Faleesha yang menempatkan dirinya di atas karpet, "Sayang... Jangan marah dong," bujuk Ganendra menusuk-nusuk lengan atas Faleesha dengan intonasi memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Akad [SIDE STORY]
RomanceKeseharian Faleesha sama Ganendra. Kadang-kadang suka flashback juga.