"Yang, aku gendutan nggak menurut kamu?" jari jemari Faleesha yang sebelumnya tengah berselancar di atas gawai mendadak berhenti. Kepalanya terangkat, menatap Ganendra yang tengah berdiri di depan cermin besar seraya mengembung-ngempiskan perutnya dengan alis yang tertaut.
Wanita itu terdiam, mengamati suaminya dari sudut ruangan, melepas kacamata yang menggantung di hidung, "Hmmm... Nggak sih." sahutnya cenderung main aman. Bagaimana tidak? Tingkat sensitivitas Ganendra semenjak usia pernikahan mereka menginjak tahun keempat seakan makin buat pusing kepala. Layaknya kejadian dua minggu lalu, saat pria itu merasa baju-baju semasa bujangannya dirasa makin mencekik tubuh.
"Mungkin emang udah beda kali size kamu. Coba ditambah ukurannya, kan emang beda badan pas masih bujangan sama udah jadi bapak-bapak." selancaran kalimat yang semestinya berakhir menjadi saran biasa berubah menjadi tak biasa kala Ganendra menatap Faleesha dengan tatapan dongkol serta matanya yang berapi-api.
"Jadi maksud kamu aku bagusan pas masih bujang?" sahut Ganendra merasa tersinggung.
Faleesha buru-buru mengangkat telapak tangannya, melambai-lambai sebagai isyarat menampik tuduhan Ganendra, "Bukan gitu sayang. Maksudnya tuh ya emang pasti ada perubahan, kan kamu bahagia, jadinya jadi lebih berisi gitu."
"Aku jelek gitu maksudnya kalau berisi?"
Wanita itu menggeleng, "Nggak, suwer! Cakep banget, kamu mau gimana aja tetep cakep kok. Kalau berisi apalagi, wuuu, makin-makin deh aku naksirnya." ucap Faleesha menambahkan.
"Daridulu kamu nggak naksir?"
Seulas senyum kokoh dipertahankan oleh Faleesha meski dalam hati ia bersiap tuk kapan saja melancarkan serangan pada Ganendra yang seakan terus memutarbalikkan kalimatnya. Sabar Fal sabar, mungkin dia lagi insecure, batinnya menggumam, memupuk kesabaran ekstra agar malam ini tak ada lagi drama rumah tangga.
"Aku cinta kamu segimana kamu mau diri kamu jadi apa, oke? Jangan terlalu dengerin pendapat orang, pentingin kamu dulu. Kalau dengan yang sekarang kamu ngerasa nggak nyaman, ya silakan kamu ubah. Atau kalau segini kamu nyaman tapi sekitaran kamu banyak yang komentar, yaudah nggak usah didengerin, ya sayang ya?" bujuk Faleesha meraih tangan besar Ganendra untuk digenggam.
Netra keduanya beradu. Kilatan sendu tersirat dari bola mata Ganendra yang biasanya memancarkan sinar.
"Kamu bakal tetep sayang nggak sama aku?"
"I love you in every possible way, Ganendra."
Lantas Ganendra bawa cintanya berlabuh dalam peluk, menenggelamkan separuh wajahnya di ceruk leher Faleesha, menghirup aroma tubuh wanitanya yang tak pernah berhenti barang sekejap buatnya melayang lagi merasa tenang, "Aku meluk karena aku salting." cicit lelaki itu dengan suara yang teredam.
Faleesha terkekeh, "Gapapa, gemes kok." sahutnya sambil mengelus punggung lebar Ganendra.
Kembali pada masa kini, tepat dimana Ganendra kini memutar balik tubuhnya demi mempersembahkan bagian depan dirinya pada Faleesha, "Coba diperhatiin baik-baik." titah lelaki itu mempersingkat jarak.
Bola mata Faleesha bergerak dari atas ke bawah perlahan, seakan meneliti dengan seksama penampilan Ganendra yang dibalut kaus hitam serta celana training abu-abunya. Ya kalau dia make kaos gelap mana keliatan sih bedanya, ucap Faleesha dalam hati berkomentar.
"Gimana yang? Gendutan nggak? Iya kan? Perut aku tuh udah kayak bola deh asli,"
"Hahahaha nggak sampe begitu juga kalii Pap, kamu tuh suka ngelebih-lebihin aja deh." celetuk Faleesha terkekeh sambil geleng-geleng kepala.
Sejak Zevanya menginjak umur empat bulan, keduanya sepakat tuk mulai membiasakan memanggil satu sama lain dengan panggilan 'Papa-Mama'. Ini dilakukan agar gadis kecil bermata bulat bersinar bak bulan purnama yang didapat dari sang Ayahanda itu mengenal kedua orangtuanya.
"Serius yaaang. Ih kamu mah aku bilangin malah bercanda terus," Ganendra mengerucutkan bibirnya, sebal.
"Yaudah, mana sini liat."
"Liat apanya?"
"Ya perutnya yang kayak bola."
"IH MALU LAH!" pekik pria itu buru-buru melilitkan tangannya di sekujur tubuh sendiri.
Faleesha mengerjap-ngerjap. Ini nggak salah dia masih malu?
"Malu apaan sih? I've seen more than just a belly. I knew you inside out, Ganendra."
Pipi Ganendra bersemu merah. Segera lelaki itu palingkan wajah tampannya ke sembarang arah.
"Ya intinya aku malu sekarang."
"Ih! Yaudah, menurut aku kamu masih sama aja, nggak gendutan, oke?"
"Kamu bohong ya?! Biar aku nggak nanya-nanya lagi kan?!" tuduh Ganendra memicingkan mata.
Faleesha memutar bola matanya malas, "Terserah kamu. Udah ah, aku mau ke kamar anakku, dia udah bangun kayaknya."
**
Faleesha baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi saat menangkap basah Ganendra tengah melapisi tubuh tegapnya dengan jaket putih bermerek yang punya logo mirip tanda ceklis tepat di pukul sembilan malam di hari Minggu yang akan segera usai. Dahinya mengkerut dalam, "Kamu mau kemana Pap?"
Ganendra yang sejak tadi sibuk sendiri pun lekas mengalihkan perhatiannya, "Eh, ini yang, aku mau olahraga malem dulu,"
"Olahraga? Apa?"
"Lari."
Rahang Faleesha terjatuh. Kenapa suaminya ini seakan tak pernah kehabisan akal tuk membuatnya takjub dengan tingkah lakunya setiap hari?
Perempuan itu lantas berjalan menyambahi Ganendra, "Kamu mau lari dimana? Udah malem loh ini." katanya mencengkram kedua bahu Ganendra.
Ganendra menarik sudut-sudut bibirnya membentuk senyum, "Di GBK."
"HAH?!"
"HEHEHEHEHE, nggaaaak, aku bercanda. Aku mau lari keliling komplek aja yang, biar perutku jadi ada kotak-kotaknya."
Faleesha masih terdiam, kehabisan kata.
"Aku rencananya tiap dua hari sekali mau lari begini pas malem. Soalnya kalau kita rutin lari, nanti perut kita bakal terbentuk dengan sendirinya tau."
"Ya tapi nggak harus pas malem juga kali?"
"Yang, kalau pagi ke sore kan aku kerja."
"Ini hari Minggu??????"
"Ya maksudnya kalau nanti di hari biasa."
Faleesha masih menutup rapat mulutnya bahkan setelah Ganendra tanpa aba-aba menghujani pelipisnya dengan kecupan kecil, "Biar aku larinya semangat, harus sun dulu. Sekarang aku mau ke anakku, minta semangat juga. Bye sayang,"
"GANENDRAA AWAS YAA KALAU NYIUM ANAKNYA GERASAK GERUSUK SAMPE BIKIN DIA BANGUN, AKU SURUH KAMU LARI KELILING GENDONG ZEVANYA."
Ganendra cengengesan, "HEHEHEHEHE, boleeh juga tuh idenya. Kan kalau ada Zeva, pasti ada Mama."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Akad [SIDE STORY]
RomanceKeseharian Faleesha sama Ganendra. Kadang-kadang suka flashback juga.