Sembilan

272 146 1.5K
                                    

Saat ini ketiga cowok yang berasal dari kelas 12 IPA -1 itu tengah berada di kantin. Bel masuk sebentar lagi akan berbunyi namun belum ada dari mereka yang ingin pergi dari sana. Kantin pun sudah tidak terlalu ramai, hanya ada segelintir siswa yang memang malas untuk kembali ke kelas.

Ketiga cowok itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Seperti Ersa yang sibuk menghabiskan sosis bakarnya, Septian yang sibuk bermain ponsel dan Kenan yang sibuk melamun dengan gitar yang berada di pangkuannya. Sesekali jarinya itu memetik senar gitar dengan acak.

Memang benar, Kenan mempunyai hobi bermain gitar sejak ia memasuki sekolah menengah pertama. Ayahnya yang mengajarkan bermain gitar. Sebenarnya dulu hobi Kenan itu membaca, namun seiring bertambahnya usia, membaca jadi sangat membosankan bagi cowok itu.

Tapi jangan salah. Walaupun Kenan sudah jarang membaca, memori tentang semua pelajaran di otaknya itu tidak berkurang sedikitpun. Malahan semakin dewasa ia bertambah pintar.

"Kalian udah ngobrol sama Mika?" Tanya Kenan di tengah keheningan mereka.

Si ketua OSIS itu melirik Kenan sekilas. "Ngobrol sih belom. Tapi kalo ketemu udah,"

"Kapan?"

"Tadi pagi." Kenan hanya menanggapinya dengan anggukan singkat.

Sudah terhitung lima hari sejak kejadian di sungai dekat rumah Fano, Mereka belum sempat mengobrol dengan Mika. Mungkin saja Mika sengaja menghindar dari mereka bertiga.

Dan tadi pagi Kenan sengaja berangkat melewati jalan rumah Mika, Ia bisa lihat Mika masuk ke dalam mobil taxi untuk berangkat ke sekolah.

Apa Mika sengaja menghindar hanya kerena mereka sudah tau bahwa gadis itu terkena selfharm?

Berbicara tentang selfharm Kenan jadi teringat kalimat yang keluar dari mulut Mika. "Orang gila emang butuh alasan?"

Kenan tak habis pikir dengan gadis itu. Jari tangannya kembali memetik senar gitar dengan acak sehingga menghasilkan suara yang tidak mengenakan sama sekali.

Ersa yang mendengar itu berdecak kesal. "Lo kalo gak niat main mending gak usah main! gak enak banget di denger kuping."

Kenan tertawa kecil untuk menanggapi kekesalan Ersa. Ah, iya Kenan lupa belum menanyakan sesuatu pada cowok itu.

"Kalo lo udah ngobrol sama Mika belom?"

"Kalo sama Mika belom, tapi kalo sama temennya itu udah. Siapa namanya? yang sama kaya Rosé Blackpink itu lho, siapa sih?" Ersa menggaruk dahinya dengan jari telunjuknya, mencoba mengingat siapa nama teman Mika.

Septian hanya diam sambil mengamati gerak-gerik Ersa. Tapi sungguh, di balik diamnya Septian ada rasa ingin meninju wajah bodoh cowok itu.

"Iya Rose, namanya!" Ucap Kenan Kesal.

Mereka berdua harus ekstra sabar mempunyai teman yang rada-rada seperti Ersa. Percuma wajah tampan jika otak minus.

"Yaudah santai! gitu aja ngegas." Ersa berucap sinis pada Kenan. Ia kembali memasukkan satu tusuk sosis kedalam mulutnya.

"Temuin aja ntar pulang sekolah."

Luka Mika (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang