7 - Casualties [End]

202 24 13
                                    

Pukul tujuh pagi dan matahari baru naik, tapi Seungmin sudah sibuk mengemas baju-bajunya. Jooyeon yang masih bergelung nyaman di bawah selimut terbangun mendengar suara grasak-grusuk itu.

"Hngg." Dia membuat suara kecil sambil merenggangkan badan, membuat Seungmin menoleh.

"Bangun juga, niatnya tadi mau aku tinggalin aja kalau kamu nggak bangun-bangun," ucapnya.

"Selamat paginya mana?" Jooyeon bertanya dengan suara serak dan wajah cemberut.

Seungmin terkekeh pelan dan menghampiri Jooyeon, lalu mendaratkan kecupan di keningnya. "Good morning, Sleeping Beauty. Ayo beres-beres, kita harus check-out jam sembilan," ujarnya sambil mengusap rambut Jooyeon.

Lengkungan bibir Jooyeon makin kentara. "Males ah, kok udah check-out sih? Nggak bisa ya tambah sehari lagi?"

"Bisa. Tapi tidurnya di pantai, mau?"

"Mau-mau aja sih, nanti bikin tenda."

"Terus paginya diusir aparat." Seungmin menyentil pelan dahi Jooyeon, membuat yang disentil mengaduh.

"Kapan-kapan kita bisa ke sini lagi. Baju kamu nggak bakal masuk sendiri ke koper."

"Kenapa sih bajunya manja banget? Nggak bisa emangnya masuk sendiri."

Seungmin cuma tertawa gemas mendengar celotehan Jooyeon. Tapi akhirnya cowok itu turun dari ranjang dan kembali mengulet sebelum mulai merapikan baju-bajunya. Selagi Seungmin merapikan ranjang, tiba-tiba Jooyeon teringat sesuatu.

"Sebenernya aku bikin daftar kegiatan yang mau aku lakuin bareng kamu, aku bikinnya sebulan sebelum kita ke sini. Sayang nggak sempet ngelakuin satu pun."

Seungmin menghentikan kegiatannya begitu mendengar ucapan Jooyeon. Dia menghampiri Jooyeon yang sedang lesehan di depan koper dan duduk di sebelahnya. "Boleh lihat daftarnya?"

Jooyeon beranjak untuk mengambil gawainya yang diletakkan di meja samping ranjang. Dia kemudian menunjukkan pada Seungmin daftar yang telah dibuatnya. Seungmin memperhatikan daftar itu selama beberapa saat, lalu dia menoleh pada Jooyeon. Ekspresinya melembut.

"Kamu pasti udah berusaha banget bikin daftar ini, maaf ya."

"Kok minta maaf sih? Bukan salah kamu, emang daftarnya agak nggak realistis sih."

"What? No. Biasanya kalau kita jalan-jalan kamu nggak pernah bikin jadwal kegiatan sedetail ini. Jalan-jalan di pantai, minum kelapa sambil lihat sunset, bikin istana pasir, begadang nonton Netflix. Sounds really romantic to me. Dan kita masih bisa ngelakuin itu pas pulang nanti."

"Aku cuma seneng akhirnya bisa dapat kamar di sini, jadi rasanya pengen ngelakuin banyak hal sama kamu."

Seungmin tersenyum dan mengelus rambut Jooyeon. Dia menangkup wajahnya dan menggesekkan hidung mereka, membuat Jooyeon tertawa geli. Seungmin kemudian menarik wajahnya dan menatap Jooyeon dengan dalam. Di bawah tatapan itu, Jooyeon merasa akan meleleh. Tapi saat Seungmin mendekatkan kembali wajahnya, Jooyeon cepat-cepat mendorong wajah tampan itu dengan kedua tangannya.

"Aku belum sikat gigi!" jeritnya.

Namun Seungmin menyingkirkan tangan Jooyeon dari wajahnya dan menggenggam keduanya. "Nggak apa-apa. Kamu belum sikat gigi juga aku tetep cinta."

"Jorokkk. Aku mau sikat gigi duluuu."

Seungmin membiarkan Jooyeon berlari ke kamar mandi, tertawa melihat reaksinya yang berlebihan. Pandangannya mendarat pada gawai Jooyeon yang tergeletak di lantai, masih menampilkan catatan berisi jadwal kegiatan yang dibuat Jooyeon. Sedikit banyak dia merasa sedih. Sepertinya Jooyeon sangat menunggu-nunggu acara liburan ini. Tapi Jooyeon tetaplah Jooyeon, dia tidak akan terlalu memikirkannya. Seungmin tahu itu. Namun tetap saja dia merasa sedih.

Tak lama, Jooyeon keluar dari kamar mandi, sudah sikat gigi dan cuci muka. Dia menghampiri Seungmin dengan wajah sumringah.

"Aku udah sikat gigi hehe."

Seungmin terkekeh, dia kemudian merentangkan tangan. Jooyeon yang mengerti maksudnya segera duduk di pangkuan Seungmin dan melingkarkan lengan ke lehernya.

"Masih ada dua jam," ucap Seungmin sambil menyingkirkan rambut Jooyeon yang jatuh ke pipinya.

"Mau ngapain emangnya?" tanya Jooyeon dengan iseng. Kemudian dia tergelak saat Seungmin mengangkat dan membawanya ke ranjang.

Dua jam kemudian mereka sudah berdiri di depan meja resepsionis. Seungmin hanya celingak-celinguk sementara Jooyeon mengurus check-out.

"Kamu tuh kalau nggak ada aku biasanya gimana deh ngurus beginian?" tanya Jooyeon saat mereka sudah berjalan ke luar hotel.

"Nggak bisa, makanya aku butuh kamu."

"Cih, boong banget."

"Serius lho ini."

Suara mengaduh menyahut setelahnya. Puas memukul Seungmin, Jooyeon berjalan lebih dulu dengan langkah cepat sambil menyeret kopernya.

"Emang kamu inget mobilku parkirnya di mana?" tanya Seungmin. Jooyeon berhenti melangkah dan menoleh ke belakang dengan bibir tertekuk ke bawah.

"Makanya buruan."

Dengan tawa gemas, Seungmin menyusul Jooyeon.

Tidak ada yang tahu apa yang akan mereka hadapi begitu pulang. Jalan yang mereka lalui mungkin bukanlah jalan berbunga dan tidak akan selalu semulus yang dibayangkan. Tapi selama mereka masih bersama, masih mencintai satu sama lain sama besarnya, maka apapun yang terjadi tidak jadi masalah.

Finish

Ew, cheesy ㅡJooyeon.

Semoga kalian gak merasakan pergolakan di perut karena baca mini-series ini wkwk. Aku mencoba sebisa mungkin supaya ceritanya gak terlalu keju dan cringy, ternyata tetap agak-agak. Tapi gak papa, aku suka keju. Hidup keju!

Makasih udah baca sampai akhir. Intinya komunikasi adalah koentji [gak nyambung].

Sampai jumpa di lain cerita~ ♡

Menjadi Setawar dan Sedingin | OdeyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang