Mereka sampai ke tujuan ketika matahari hampir terbenam. Jooyeon tidak sabar untuk segera pergi ke kamarnya dan melihat pemandangan dari jendela. Tapi sebelum itu, dia harus check-in terlebih dulu. Karena tentu saja, Tuan Muda Oh Seungmin tidak pernah mau repot-repot mengurus administrasi. Sejak awal pacaran, semua urusan pesan-memesan selalu dibebankan pada Jooyeon. Padahal Jooyeon tergolong kudet, dia tidak terlalu bisa memakai teknologi digital. Ujung-ujungnya dia akan bertanya pada Seungmin bagaimana caranya memesan tiket atau memesan layanan kamar.
Tapi untuk urusan administrasi yang mengharuskan mereka untuk berhadapan dengan resepsionis, atau orang lain secara umum, Jooyeon memang lebih ahli. Dia bekerja sebagai bartender sejak lulus SMA, jadi bicara pada orang asing memang sudah jadi makanan sehari-hari baginya.
Sementara Jooyeon mengurus administrasi, Seungmin bersantai di kursi lobi dengan kaki menyilang sambil membuka-buka majalah yang disediakan di meja. Jooyeon mendengus begitu meliriknya.
Begitu selesai, mereka pergi ke kamar dengan diantar lobby boy. Mereka dapat kamar di lantai tiga, dan ketika melangkah memasuki lift, rahang Jooyeon terasa akan jatuh. Lift itu tembus pandang, mereka bisa melihat pemandangan di luar yang mengarah langsung ke pantai. Matahari berada sejajar dengan garis pantai. Di sepanjang pantai ada banyak orang yang bersantai menikmati matahari terbenam.
Saat asyik menempelkan wajah di kaca sebagai upaya melihat pemandangan di luar dengan lebih jelas, kerah baju Jooyeon ditarik. Pelakunya tentu saja Oh Seungmin. Dia menjauhkan Jooyeon dari kaca dan menariknya agar mereka berdiri lebih dekat.
"Bahaya." Hanya itu yang diucapkannya. Jooyeon mendengus dan merapikan kerahnya. Kendati begitu, dia tetap berdiri dekat dengan Seungmin dan lanjut mengangumi pemandangan di luar.
Karena langit sudah hampir gelap, Jooyeon dapat melihat pantulan mereka dari kaca lift. Awalnya dia mengira Seungmin juga memandangi pemandangan di luar, tapi tatapannya tidak menuju ke luar. Matanya yang serupa rubah itu menatap pada Jooyeon, terlihat jelas dari pantulan kaca lift. Jooyeon baru menoleh dan berniat bertanya, tapi pintu lift lebih dulu terbuka. Mereka telah sampai di lantai tiga.
Jooyeon mengurungkan niatnya untuk bertanya dan mengikuti lobby boy yang mengarahkan mereka pada kamar yang akan mereka tempati sampai besok lusa. Dengan tak sabar dia menunggu lobby boy membukakan pintu, lalu bergegas masuk. Dia segera menuju balkon.
"Uwahh."
Semilir angin berembus dari arah pantai, membawa udara segar dan menghilangkan seluruh penat yang dirasakannya akibat bekerja tanpa istirahat seminggu ini.
Seungmin yang baru selesai bicara dengan lobby boy berjalan menghampiri Jooyeon. Dia berdiri di sebelah Jooyeon. Untuk sesaat mereka saling diam dan menikmati pemandangan.
"Ranjangnya cuma ada satu," ucap Seungmin memecah keheningan.
Jooyeon menoleh. "Gunting, batu, kertas!" ucapnya tiba-tiba sambil mengeluarkan jarinya.
Seungmin yang belum siap mengepalkan tangan, sementara Jooyeon melebarkan tangannya.
"Oke, ranjangnya punya gue," ucapnya dengan senyum menyebalkan. Lalu dia masuk ke dalam untuk membuka koper dan mengklaim ranjang.
"Oy!" Seungmin berusaha menyuarakan protes, tapi Jooyeon malah menjulurkan lidah padanya. Dengan dongkol Seungmin ikut masuk ke dalam, pasrah karena yakin mendebat Jooyeon tidak ada gunanya.
Lima tahun mengenal Jooyeon membuat Seungmin hapal betul dengan sifat keras kepalanya. Cowok yang lebih muda beberapa bulan darinya itu adalah orang paling keras kepala yang pernah Seungmin kenal. Dia tidak mudah mengubah pendirian, dan akan memperjuangkan hal yang menurutnya benar. Meski itu bertentangan dengan pilihan Seungmin. Mungkin itu juga alasan mereka putus. Entahlah, Seungmin sendiri tidak yakin. Yang jelas malam ini, ㅡdan mungkin juga sampai besok malamㅡ dia akan tidur di sofa. Untungnya sofa itu ternyata sangat empuk. Meski tentu saja, dia akan bangun dengan keadaan badan sakit keesokan harinya.
"Gue mandi duluan, lo mandinya lama," ucap Jooyeon yang baru selesai mengambil baju dari dalam koper.
"Sesuka lo aja lah," sahut Seungmin.
Sementara Jooyeon mandi, Seungmin memesan layanan kamar untuk makan malam. Dia memesankan juga untuk Jooyeon agar mantannya itu tidak ribut protes.
Seungmin menghela napas. Entah apa yang diharapkannya di akhir liburan ini.
ೃ⁀➷ bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Setawar dan Sedingin | Odeyeon
Fanfiction[bxb; o.de x jooyeon; drama, romance, hurt/comfort; mini-series] Jalan yang mereka lalui mungkin bukanlah jalan berbunga dan tidak akan selalu semulus yang dibayangkan. Tapi selama mereka masih bersama, masih mencintai satu sama lain sama besarnya...