Bukannya aku merindukanmu

14 5 0
                                    

Jika sudah tercebur ya berenang saja,kalau tidak bisa berenang? Ya sudah tenggelam dan pasrah saja sambil menanti malaikat maut datang dan bertanya,





"KAK SORAYA TUGAS!!"

"Tugas yang mana ya? Tugas kehidupan sehari-hari atau tugas pura pura bahagia?" Sudah sekitar 3 hari ini Soraya menyatu dengan alam perpustakaan,dia berharap dapat bertemu dosen baik yang suka membantu itu.

"Berharap apa kesini Mulu,Ray?"Jenia duduk mengatur posisi. Soraya menghela napas,sia sia rasanya semua harapan palsu ini.

Seperti pemandangan biasa Lastri tidak berhenti mengunyah dan Lilis yang selalu menjahilinya.

"Kenapa ya pak Diha tiba-tiba ghosting gini? Gue udah berharap bisa ketemu dan bantuin gue biar bisa cepet keluar dari semua ini."

"Dosen sibuk kali Ray,nggak melulu ke perpustakaan. Kalo bisa mah pake joki tugas,punya uang masalah mu tersalurkan" Jenia tersenyum puas. Tidak ada yang bisa mengalahkan anak tunggal kaya raya ini, apalagi ibunya yang gayanya sama seperti anak sendiri. Lastri anak seorang pengacara terkenal yang suka makan,Lisa anak seorang chef terkenal tapi tidak bisa memasak dan Soraya? Entahlah dia tidak tahu identitas keluarga sendiri.

"Kak Ray,kakak nggak takut apa 3 hari berturut-turut di perpus terus? Ada romur loh yang bilang perpus kampus kita angker?" Lastri menyimak,dia mengunyah permennya dalam tempo sedikit cepat. Jenia yang tampak tidak peduli itu sebenarnya penasaran.
"Jadi gini ceritanya,pada zaman dahulu...."

5 Tahun yang lalu....

Tidak hanya cinta yang manis diawal dan pahit diakhir, definisi itu juga cocok untuk mahasiswa yang memutuskan untuk kuliah apalagi tidak dengan jurusan yang ia pilih. Semua berawal ketika saat kuliah status bukan lagi siswa tapi maha. Status maha ini membuat kita takut tambah dewasa.

Tidak semua hal itu pahit tapi hal yang paling diingat manusia pasti yang pahit pahitnya saja, sama seperti orang yang hanya ia keburukan orang lain tanpa ia kebaikannya. Malam itu seorang mahasiswa menyerahkan diri bukan pada rumput yang bergoyang, tapi pada tali kekang dan tubuhnya melayang. Semua orang panik,perestiwa itu benar benar menggemparkan. Hingga sampai waktunya rahasia ini tertutup rapat.

Cerita Lilis selesai. Soraya menelan ludah,Lastri gelisah dan Jenia mulai menarik posisi sedikit mundur.

"Kok cerita tentang itu gue ngga tahu ya Lis?"

"Sama,gue juga nggak tahu. Lo ngarang ya Lis!" Jisoo menimpali.

"Enggaklah,gue nggak ngarang. Aku tahu dari gosip dosen dan kating lain."Lilis menggangguk mantap meyakinkan semuanya.

"T-tapi Lis,gue lebih percaya kalau kampus kita dulu bekas rumah sakit" Sahut Lastri polos.

"Kalo aku mah lebih percaya Tuhan ya" Jawab Soraya mantap.

"Sama dong!" Lilis dan Jenia dengan kompak.

"Tapi bener kok aku sering cium bau obat pas dikampus"

"Dimana emangnya?" Lilis mulai penasaran.

"Di fakultas kedokteran." Jawab Lastri mantap.  Soraya sudah menyiapkan telapak tangannya untuk menempeleng kepala Lastri berharap otaknya kembali normal.

"Sssttt..,udah ini perpustakaan. Jangan berisik." Jenia menyadarkan mereka,jika tidak perdebatan itu tidak akan berakhir dan berujung pada perang dunia ketiga.






Hening.






Diam..




Damai...

Jenia suka situasi ini,serasa ia sedang berada di ketenangan jiwa. Suasana indah ini membuatnya ingin pergi ke pantai lalu berkuda hanya dengan menggunakan bikini.

"Itu Pak Diha!"
Soraya yang sedang asyik memainkan laptop langsung mengalihkan perhatian."MANA!!"

"Dihatimu." Lilis terkekeh,dia puas mengerjai kakak tingkat kesayangannya itu.

Soraya langsung cemberut. Dia sangat berharap Pak Diha itu ada lagi,ada yang mau dia katakan. Tentang suatu hal dimana hanya Pak Diha yang dapat membantunya.

"Kalo nggak bisa bantu,lebih baik kalian pergi. Aku butuh kesendirian"

"Jangan marah dong kak,aku cuma bercanda. Kak Soraya cantik paling baik sejagat raya" Soraya malas menjawab,Lilis mengerti harusnya ia pergi. Dia dan Lastri seperti biasa akan nongkrong di kantin sedangkan Jena pergi pulang. Ia rasanya ingin berguling guling sampai berubah jadi babi guling,dia hanya berharap bisa bertemu Pak Diha sekali lagi.

"Ehem!"

"Maaf kursinya udah penuh!" Empat kursi kosong itu memang tidak bertuan,hanya saja Soraya malas jika ada orang numpang duduk disitu. Dia malas bicara,malas melakukan kontak sosial.

"Kalau begitu saya akan tetap berdiri begini sampai nanti ya,Soraya Larasati."

Deg!

Suara itu,suara yang ia kenal dan nantikan.
  

"Mang Udin? Saya kira itu,"

"Udah,saya mau tutup perpus. Ini udah mau sore,mau nginep disini kamu neng?"

"Cepet banget mang,baru jam 2 juga"

"Jam dua apanya? Udah mau jam 5 sore gini,lihat noh!" Mang Udin menunjuk jam dinding yang menunjukkan pukul 4.45 sore, perpustakaan sepi hanya ada dia dan mang Udin saja sekarang.

"Ini ini saya mau pulang, perasaan tadi baru jam 2 cepet banget waktu berjalan."

Soraya mulai mengambil charger hp dan mengambil tas diloker. Mang Udin mulai bersiap untuk mengunci pintu setelah selesai mengunci semua jendela dan mengecek sekali lagi.

"Udah semua mang?"

"Udah,cepet pulang kamu. Nggak baik anak perawan pulang malam hari"

Soraya hanya mengangguk. Dia berjalan menuju parkiran sambil sesekali melihat kearah perpustakaan. Kosong. Dari rentetan jendela terlihat tidak ada kehidupan,sepi dan sunyi seperti hatinya. Matanya tiba tiba melihat kehadiran entitas disudut kiri perpustakaan,itu Pak Diha. Dia jelas hafal dengan perawakan badan Pak Diha yang gagah. Soraya yakin tadi dia sama sekali tidak melihat keberadaan Pak Diha di perpustakaan, bagaimana caranya Pak Diha tiba tiba ada disitu.

"MANG UDIN!! PAK DIHA!!"Soraya berlari lari mengejar Mang Udin yang sudah jauh berjalan didepannya. Dia sedang asyik menari Lovesick Girls dengan begitu apik,ralat dia sedang menerangi sekitar dengan senternya.

"P-pak Diha itu,perpus mang Udin"

"Kenapa lagi neng,siapa pak Diha? Bapaknya Eneng?" Soraya masih mengatur napasnya sambil menunjuk arah perpustakaan.

"Ada orang yang masih di perpus itu mang Udin. Ada dosen saya,Pak Diha" Mang Udin mengernyitkan dahinya,jujur dia sudah berkeliling 2 kali perpustakaan dan sekitarnya walaupun biasanya 3 kali. Tidak ada orang  tadi selain dia dan Soraya.

"Tadi bener bener kosong perasaan. Perasaan bisa salah kali yak,yaudah kita lihat perpus lagi" Mang Udin berjalan dengan Soraya menuju perpustakaan. Seperti yang diprediksi dan benar tidak ada orang. Hanya ada rak rak buku yang berisi buku, tidak ada rak buku yang berisikan harapan palsu.

"Dosennya Eneng mana?"

"T-tadi ada di sini mang,dipaling ujung perpus. Saya lihat tadi,bener disini kok!" Soraya bersikeras,tapi memang benar tidak ada keberadaan Pak Diha. Semua sudut ruangan kosong. Apa mungkin tadi dia hanya halusinasi?

"Sudahlah neng,jangan suka ngeprank kaya gini saya Ultah aja belum. Seminggu lagi baru deh prank saya,saya tunggu loh"

Dia pulang dengan harapan kosong lagi,Soraya begitu ingin bertemu Pak Diha sekali saja.

Kali ini saja. Aku bukannya merindukanmu,tapi sekali ini saja aku harap bisa melihatmu sekali lagi.
"Pas banget nih kata katanya buat kak Ray." Lilis sedang asyik menonton drama Korea berusaha menggoda Soraya yang sedang melamun. Kejadian tadi membuat dia bertanya tanya.

"Pak Diha itu siapa sih sebenarnya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GHOST-INGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang