𝐂hapter three

1.5K 92 0
                                    

Note: sebelum baca, jangan lupa tinggalin jejak berupa komen sm vote, thanks.

°°°

"Ini hari pertama kamu homeschooling. Jadi, jangan cari masalah. jangan coba untuk kabur dari rumah ini. Bodyguard selalu standby depan pintu kamar kamu. kalau ada apa apa atau butuh sesuatu, tinggal tekan bel itu. nanti mereka bakal dateng."

Kata Aksa, sembari bercermin. Memastikan pakaian yang ia kenakan. Sudah rapi atau belum.

Sedangkan Mikel, remaja malang itu masih terduduk di atas ranjang. dengan pikiran yang berkecamuk. Mikel ingin pergi dari tempat ini, bebas dari Aksa. Dan memulai kehidupan baru. tapi, sayang nya. tak semudah itu.

Aksa pasti akan mencarinya, ia bahkan berani menghamburkan uang sampai menginjak ratusan juta, atau sampai milyaran. Hanya karna ingin mendapatkan sesuatu yang dirinya mau. Benar benar pria gila.

"Jika ingin bertemu teman teman kamu, kamu bisa memanggil mereka ke sini. Tetapi, hanya untuk Jackson dan Helga saja. Selebihnya, tak boleh."

Berisik! Mikel tak suka jika kehidupan nya di atur seperti ini. Ia juga ingin bebas seperti remaja seusia nya.

Namun apa daya? Ia hanya bisa pasrah dan mengikuti alur yang dibuat oleh Aksa. Tetapi nanti, jika ada celah untuk kabur. Mikel tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

"Iya."

"Saya berangkat dulu. see you later, bubbie."

Aksa mencuri satu ciuman, tepat di kening Mikel, lalu pergi sembari menenteng tas kerja nya.

Mikel segera menghapus bekas ciuman dari bibir Aksa, didahinya.

Ah, sekarang tak ada siapa siapa kecuali para bodyguard dan pembantu. Mikel harus melakukan apa untuk mengisi waktu luang nya. Guru yang akan mengajari nya pun nanti akan datang pada pukul 12:00. Dan kini, baru saja pukul 09:00.

Mikel memandang ke arah jendela. Langit begitu cerah hari ini. Berbeda dengan suasana hatinya. mendung, bak awan yang akan turun hujan.

"Telpon Jackson sama Helga aja, ya?"

"Tapi kan jam segini mereka lagi KBM. Coba chat dulu aja, ya." Mikel meraih ponsel nya, yang terletak di atas meja kecil, tepat di samping ranjang.

Mikel membuka ponselnya, dan mencari grup yang berisikan dirinya, Jackson serta Helga.

Mikel mengetik beberapa huruf, lalu memencet tombol send. untuk meluncurkan pesan nya.

Mikel meletakkan ponselnya, kembali. menunggu pesan nya dibalas oleh teman teman nya. tak berselang lama, ada notif pesan masuk. Mikel segera mengeceknya.

"Ternyata mereka bolos....aku suruh ke sini aja ya?"

Kini, Mikel tak mengirimkan pesan lagi. Ia langsung menelpon kedua teman nya secara bersamaan, agar tak memakan banyak waktu.

°°°

"Bagaimana keadaan Mikel? Apa dia baik baik saja? dia tak mencoba untuk kabur?" Tanya Aksa, satu tangan nya sengaja dimasukan ke saku celana. Aksa berdiri didepan jendela, yang menghadap langsung ke arah jalanan kota serta bangunan bangunan yang menjulang tinggi. Aksa sedang berada didalam ruang kerja nya. Namun, Mikel mengambil alih konsentrasi Aksa.

Aksa takut Mikel akan kabur. Lalu, pergi jauh entah kemana. Memang tak sulit untuk menemukan Mikel, terlebih uang Aksa sangat berlimpah. Aksa hanya takut ada yang menyakiti barang berharga nya.

"Maksut kamu Jack sama Helga? Mereka boleh masuk. Tapi, tetap saja harus di awasi, mengerti?"

Aksa menyeringai, puas mendengar jawaban dari sebrang telpon. Lalu, menutup telpon nya secara sepihak saja. Aksa merasa lumayan lebih tenang, ketika sudah mengetahui kabar Mikel. Ia bisa kembali fokus bekerja.

Feel the OpiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang