𝐂hapter four

1.3K 69 0
                                    

Sebelum lanjut baca, jangan lupa vote & komen. thanks.

Happy reading!

°°°°

Aksa kembali duduk di kursi kerjanya. Ia berniat akan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda karna pikiran nya yang terus dipenuhi oleh Mikel.

"Saat ini Mikel sedang membahas apa dengan Helga dan Jack?" Jujur, Aksa penasaran sekali. Ia takut jika Mikel kini tengah membahas rencana untuk kabur.

Aksa menyalakan ponselnya, yang sudah tersambung dengan alat perekam suara yang berada di kamar Mikel, alias kamarnya juga.

Aksa menempelkan ponselnya ke telinga, volume nya pun sengaja difull kan.

"Nah, gitu ceritanya. Kira kira kalian bisa bantu gak?"

"Gimana kalau Lo tinggal dirumah gua?"

"Gua kurang setuju sih..."

"Kenapa?"

"Gini, lu yakin bisa atasin Om Aksa? Dia brutal bat, anying. Kaya pemain bokep yang di Twitter. nanti, semisalnya dia temuin Mikel di rumah Lo. apa kagak di bikin babak belur lo."

Aksa fokus mendengarkan perbincangan ketiga bocah itu. Ia masih tetap tenang, belum bertindak apapun.

Namun, saat mendengar obrolan selanjutnya. Aksa langsung bangkit dari kursi, tangan nya mengepal. Buru buru, Aksa mengambil jas serta kunci mobil. Ia harus cepat cepat pulang, sebelum terlambat.

Aksa tak mau Mikel sampai kabur!

Untung saja, jarak antara kantor dengan rumah nya lumayan dekat, jadi tak akan memakan waktu lama.

'I'm coming. wait for me. get ready, I'll kill you!"

°°°

Aksa menghempaskan tubuh mungil Mikel ke kasur, dengan sangat kasar. Aura yang terpancar begitu gelap. Tatapan nya pun begitu tajam, bak seekor elang. menandakan jika Aksa tengah diselimuti oleh amarah saat ini.

Mikel mengaduh sakit, meski dilempar ke kasur. tetap saja sakit! terutama pergelangan lengan nya.

"Apa maksud kamu tadi?! Ingin pergi meninggalkan saya?!"

Mikel tak menjawab, untuk sekedar menatap pun, ia tak berani. Aksa geram dibuatnya. Ia mencengkram pipi Mikel, kuat. dipaksa mendongak, agar mau menatap Aksa.

"Anak sialan! Jika ada yang bertanya, seharusnya kamu jawab! Saya selalu mengajari kamu tentang sopan santun."

Kapan? Selama Mikel tinggal disini, Carlina yang selalu mengajarinya.

Dasar orang gila!

Lagi pula, orang waras mana yang akan berperilaku sopan pada pelaku pelecehan.

"Untuk kali ini, saya maafkan kamu, dan memaklumi apa yang kamu lakukan. Namun, jika hal seperti tadi terulang kembali. Saya bisa saja bunuh kamu!"

Lebih baik begitu...

Mikel lebih baik mati daripada harus tinggal lebih lama bersama monster.

Feel the OpiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang