Haechan menghirup napasnya dalam-dalam, menghembuskan secara kasar dan keras. Terus berulang seperti itu sedari tadi. Mungkin sekitar satu jam yang lalu, atau dua jam?
Entahlah, yang jelas seingatnya setelah perkataan sang raja siang tadi Haechan sama sekali tidak bisa beristirahat bahkan sekedar memejamkan mata, jangankan duduk diam sambil melamun seperti biasanya, hanya berkedip saja selalu teringat terus menerus.
"Sial, masa pas pembobolan yang menanggungnya harus aku?" gumamnya kesal.
Kembali menghela napas dengan kasar lalu cemberut. Matanya melirik cermin kecil yang berada diatas meja bersejajar dengan wajahnya.
Wajah milik Donghyuck.
"Ini sih memang aku." Haechan berdecak kecil, benar-benar mirip dirinya ketika masih remaja.
Padahal seingatnya Donghyuck dalam manhwa sangat berbeda.
"Karena aku yang ada disini jadinya wajahku yang di pakai." Haechan mencebik, mengusak rambut panjang itu dengan kasar.
Tak lama suara pintu bergeser terdengar, ketika ia melihat ada Dayang Ihm datang secara terburu-buru dengan wajah yang sedikit panik.
"Ada apa?" tanya Haechan heran.
"Menteri Lee sedang dalam perjalanan menuju kemari, Selir." Lapor Dayang Ihm.
Haechan mengernyit, "Menteri Lee?"
"Iya, ayahanda anda, Selir Lee."
Mulut Haechan langsung menganga, matanya melotot tidak percaya dan dia langsung berdiri.
"Ayah? Ayahanda? M-maksudnya.."
Haechan rasanya ingin menangis, seketika dia teringat dengan perkataan pemuda—yang raja sebut sebagai pangeran Huang—jika Selir Lee digosipkan hilang ingatan. Itu pasti berpengaruh dan sudah sampai ke keluarga Donghyuck.
"Haish!" Haechan kesal, rasanya hidup dia sebagai Donghyuck tidak akan seenak yang semula ia pikirkan. Karena yang ia ingat selintas tentang ayah sang selir adalah orang yang tegas dengan tuntutan sebagai seorang menteri yang haus dengan kekuasaan.
"Sshh.. aku harus apa.." Haechan berjalan mondar-mandir didepan Dayang Ihm, dia menggigiti kuku jempol seraya berpikir harus bersikap bagaimana sedangkan dirinya saja tidak tahu menahu tentang seluk beluk Donghyuck.
"Kalau dia tahu aku bukan Donghyuck bagaimana.." gumamnya berbisik.
Dayang Ihm yang berada didekatnya tidak berani menyela walau mulutnya sudah ingin berucap.
"Eh, tapi kan memang dia tidak tahu. Kan Donghyuck di gosipkan hilang ingatan."
Haechan langsung berhenti mengagetkan Dayang Ihm. Senyumnya seketika mengembang lebar
"Ya udah, deh. Ngapain mesti repot, biarin ajalah. Kan emang hilang ingatan." Lalu terkikik geli.
Dayang Ihm yang melihat itu mengerjap heran, tapi sekali lagi, dia tidak berani untuk menyela. Hanya diam menunggu perintah.
"Oke, Dayang Ihm, kalau begitu kita siapkan jamuan yang paling enak untuk ayahanda. Aku akan—"
"Maaf, Selir Lee. Anda tidak perlu sampai repot memasak lagi. Saya diamanatkan oleh Yang Mulia jika anda tidak boleh terlalu lelah. Malam ini Yang Mulia akan datang berkunjung."
Senyum Haechan langsung luntur, melotot pada Dayang Ihm yang buru-buru menunduk ketakutan.
"Aish! Benar-benar!" seru Haechan kencang.
***
Suasana yang sangat canggung telah terjadi dan sedang berlangsung saat ini. Mata Haechan melirik dua dayang yang sedang mempersiapkan jamuan didalam kamarnya, tak lama mereka pamit undur diri meninggalkannya bersama dengan semua kecanggungan yang ada.
Haechan sendiri duduk agak jauh dari tempatnya sedangkan seorang pria paruh baya tengah duduk di alas tempatnya berdiam diri untuk melamun.
Seorang pria paruh baya yang mempunyai sorot pandang tajam, terkesan angkuh, galak serta otoriter. Tidak ada raut keramah tamahan di air mukanya. Tidak ada senyuman, sapaan, ataupun pertanyaan basa-basi tentang kabar.
Haechan menjadi gugup sendiri, dipandangi intens yang terkesan menilai seperti itu rasanya jauh lebih menakutkan dibanding sedang menunggu hasil review dari menager Kim tentang laporannya. Atau tentang pengawas ujian yang bisa tahu siapa yang tengah mencontek.
Walau rasanya berlebihan tapi Haechan rasa itu yang bisa ia gambarkan dari seorang paruh baya yang Dayang Ihm bilang ini adalah ayahnya Lee Donghyuck.
Seorang menteri dari klan Lee yang lumayan berkuasa. Mungkin yang ketiga entah yang keempat.
Haechan sama sekali tidak tahu, karena seingatnya diawal bab, Pov Donghyuck hanya bilang jika ayahnya itu menteri dan merupakan jajaran yang berkuasa dari klan Lee.
"Bagaimana bisa kau jatuh ke danau?"
Haechan tersentak kaget, dia menatap menteri Lee yang barusan bertanya dengan nada berat dan tegas.
"A-aaa.. emm.. m-maaf, s-saya, a-aku.. aku tidak tahu.." Haechan menunduk kala menjawab dengan terbata dan kaku.
Menteri Lee atau bisa dikatakan ayahnya Donghyuck menghela napas yang kentara sekali disengajakan untuk didengar. Memandangi anak keduanya yang sedang menunduk canggung memainkan kesepuluh jarinya.
"Mungkin gosip itu bukan hanya sekedar gosip. Kau sangat berbeda dari biasanya." Katanya, lalu melanjutkan, "dan juga payah."
Haechan mengerjap, perlahan kepalanya terangkat untuk memandang pria paruh baya didepannya.
"M-maksudnya?"
Menteri Lee memicing, "rasanya aku tidak membesarkan anakku untuk melakukan hal bodoh."
Haechan melipat bibirnya kedalam, sama sekali tidak paham konteks yang sedang dibicarakan oleh ayahnya Donghyuck.
"Kau sengaja melakukan hal ini untuk putera Menteri Na?"
Haechan mengerjap, Na? Menteri Na? Puteranya? Tunggu, tunggu, bukankah itu..
"Untuk apa kau melakukan hal ini? Hal bodoh yang bisa menghancurkan keluargamu sendiri, dan sekarang kau bahkan tidak ingat lagi dengan putera Menteri Na itu."
Mulut Haechan mengatup dan terbuka beberapa kali, tapi dia tidak tahu kata apa yang harus ia keluarkan.
"Tingkah bodohmu yang sengaja menceburkan diri ke danau sudah menyebar luas seantero negeri. Ramalan dan ritual yang harus kau lakukan kini menjadi bumerang tajam untuk keluarga kita. Dan karena tingkah bodohmu itu, kita semua akan dipenjara dalam akhir minggu ini. Keluarga kita sudah hancur dan kau akan dinyatakan sebagai pengkhianat paling dibenci."
Kali ini Haechan menganga dengan tampang bodoh, menatap ayahnya Donghyuck tidak percaya.
"Mungkin seharusnya aku tidak mempercayakan tugas ini padamu. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan bahkan kau mengacaukan semua yang sudah kususun selama bertahun-tahun lamanya."
Perkataan tegas itu membuat hati dalam diri Haechan tersentak kaget dengan rasa sakit yang teramat sangat. Haechan sendiri sampai harus menekannya dan dia sedikit membungkuk.
Napasnya terengah dengan mata meliar mencari jawaban.
Apa ini perasaan Le Donghyuck yang asli?
Mungkin, karena rasa kecewa yang teramat menyusul kemudian ketika dirinya menatap ekspresi pria paruh baya itu.
Tenang, tidak ada raut bersalah maupun menyesal. Hanya tatapan tajam, tegas, dan juga menyalahkan.
Donghyuck hanya alat, Haechan tau betul itu dengan pasti. Tapi dia tidak menyangka jika tujuan itu jelas diutarakan langsung dengan perkataan, didepan wajahnya, walaupun bukan lagi jiwa Donghyuck tapi perasaan dan tubuh Donghyuck merespon cepat.
Jika memang benar Donghyuck akan menjadi narapidana akhir minggu ini, berarti yang raja perintahkan nanti malam adalah keputusan akhir? Apa maksudnya si raja tampan itu sengaja memberikan Donghyuck kesempatan sebelum akhirnya diserahkan ke penjara sebagai pengkhianat?
Haechan menelan ludahnya dengan gugup, rasanya seperti tersangkut di tenggorokan. Sebab, pemikirannya malah tertuju pada 'jika Donghyuck mati, maka dirinya juga akan mati'.
Tapi,
Apa benar begitu?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Lee
FanfictionSaat tiba-tiba Haechan menjadi Donghyuck. Seorang Selir disebuah kerajaan. Cerita yang gak bakal berchapter panjang. *semoga aja 🔞⚠️🔞 Bxb Boyxboy *** Ceritanya milik saya, namun karakter yang digunakan hanya meminjam. Aslinya mereka milik Tuhan...