Dengan sedikit panik, Haechan menyeret dayang Ihm keluar lalu menutup pintu dengan cepat. Dayang Ihm sendiri kaget, tangannya dicengkram lembut namun tangan sang selir bergetar seperti ketakutan.
"Dimana dapurnya?"
"Ya?"
Dayang maupun pengawal yang sedang berdiri dengan menunduk langsung menatap majikan mereka heran. Begitupula dayang Ihm yang melongo.
Haechan berdecak pelan, "tadi dengar sendiri kan Raja ingin makan siang. Makanya aku tanya dapurnya dimana."
"Tapi Selir, saya bisa membawakannya untuk anda." Jawab dayang Ihm.
Haechan menggeleng, "tak apa, aku saja. Kalian diam disini tunggu Raja. Biar aku yang memasak. Jadi dimana dapurnya?"
Semuanya benar-benar melongo heran, mereka mengerutkan dahi dengan tatapan aneh pada sang majikan. Sejak kapan seorang bangsawan memasak sendiri? Dan lagi, itukan tugasnya dayang.
"Ish, kenapa kalian malah diam? Dimana dapurnya?" Haechan menghentakkan kakiknya sebal, raut mukanya merengut.
"A-ah, iya. Mari saya antar Selir Lee." Dayang Ihm yang pertama sadar, dia langsung menunjukkan jalan dengan Haechan yang mengekor di belakang.
Langkah kaki mereka tergesa seperti diburu waktu. Dayang Ihm bahkan sedikit berlari untuk sampai di dapur khusus untuk area tempat tinggal sang selir. Saat keduanya sampai Haechan lebih dulu masuk mengagetkan para pekerja disana. Mereka semua langsung membungkuk hormat.
Kepala koki segera menghampiri, "ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?"
Haechan sedikit terengah namun menggeleng "dimana bahan-bahan masakan?"
Kepala koki itu memandang heran, "jika boleh saya tahu untuk apa, Yang Mulia?"
"Aku ingin memasak, cepatlah tidak ada waktu."
Seketika itu semua orang langsung menatap Haechan dengan pandangan heran, selebihnya tentu saja terkejut.
"Anda yakin, Yang Mulia?" tanya kepala koki itu memastikan, takutnya ia salah dengar. Namun melihat Haechan mengangguk tegas akhirnya dia mempersilahkan.
"Semua bahan makanan disini sangat segar Yang Mulia, semua bahan maupun bumbu sudah kami pilih yang terbaik."
Haechan mengangguk beberapa kali, dia meraih sebuah keranjang anyam bambu dan memilih beberapa bahan makanan untuk ia masak. Untungnya dia memang bisa memasak jika di dunia asli.
"Kalian diam saja, biar aku yang mengerjakan. Dan kalau boleh nanti bantu aku sedikit-sedikit jika ada yang diperlukan."
Mereka semua mengangguk pekerja dapur maupun dayang Ihm berdiri berjejer menatap semua yang Haechan lakukan disebelah kiri.
"Mm, maaf Yang Mulia, anda butuh ini." Seorang pekerja dapur memberikannya sebuah apron berwarna putih polos.
Haechan mengangguk dan langsung memakainya setelah mengucapkan terima kasih. Mendengar itu yang lain hanya menatap satu sama lain, berbeda dengan si pekerja yang tadi menyodorkan. Dia tersenyum senang dengan sedikit berjingkrak. Kapan lagi diucapkan terima kasih oleh seorang bangsawan.
Setelah semua siap, Haechan memotong semua bahan masakan dengan ukuran yang sekiranya pas. Karena tidak ada kompor gas, Haechan sesekali memastikan api tungku tanah liat yang sedang menyala agar tidak padam.
"Apa ada kecap asin?"
Kepala koki mengagguk, "ada, Yang Mulia. Akan saya ambilkan."
Wajan tempat memasak sudah mengepul, Haechan menuangkan minyak jagung untuk menggoreng bawang bombai. Sebenarnya dia tidak tahu mau memasak apa, maksudnya masakan zaman ini dengan zaman modern kan berbeda, tapi melihat bahan-bahannya dia akan olah sendiri saja sesuai ide yang ada didalam otaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Lee
ФанфикSaat tiba-tiba Haechan menjadi Donghyuck. Seorang Selir disebuah kerajaan. Cerita yang gak bakal berchapter panjang. *semoga aja 🔞⚠️🔞 Bxb Boyxboy *** Ceritanya milik saya, namun karakter yang digunakan hanya meminjam. Aslinya mereka milik Tuhan...