03

3.6K 401 11
                                    

Suasana canggung sangat terasa, Haechan menatap kearah lain sedang si raja didepannya mengunyah dengan pandangan intens memandang kearahnya sedari tadi. Selesai dengan tali apron, Haechan langsung ribut duduk dan mengambil jagung rebus disalah satu piring untuk ia makan.

"Ada yang ingin kau sampaikan padaku?"

Haechan menoleh sebentar, lalu menggeleng seraya menunduk.

"Tidak ada, Yang Mulia."

Si raja mengangguk dia menelan kunyahannya dan mengambil air berwarna kuning pudar yang selirnya buatkan, membauinya terlebih dahulu sebelum meneguknya dengan perlahan. Mendadak dia terdiam, rasa manis yang bersamaan dengan segar dari minuman itu melingkupi rongga mulutnya.

Darimana selirnya ini belajar memasak serta membuat minuman yang baru kali ini ia rasakan? Sungguh berbeda dari makanan yang biasa juru masak istana hidangkan. Tidak ada teh pahit yang sering menjadi obat untuknya, tidak ada masakan yang berdaging hingga membuatnya mual.

Hanya sayuran sederhana yang di masak dengan rasa yang enak. Juga beberapa rebusan yang dipotong untuk memudahkan dalam ia memakannya.

Minuman itu ia habiskan hingga tandas tanpa ada yang tersisa sedikitpun. Kembali pandangannya ia arahkan pada si selir yang masih menunduk dengan kunyahan yang memelan

"Kenapa baru sekarang kau memasak untukku? Salahkah aku jika berpikir kalau kau memiliki keinginan tertentu?"

Haechan meletakkan jagung yang setengahnya dia kunyah, berdehem pelan lalu membenarkan duduknya karena benar-benar merasa canggung. Dia canggung sebab teringat tugas seorang selir dan jadwal yang tadi raja ini bilang. Bukan karena aura ataupun tatapan intens itu. Justru si raja ini punya aura yang menenangkan dan berwibawa.

"Bukan seperti itu Yang Mulia, saya menghidangkan ini untuk anda yang mengunjungi saya." Jawab Haechan, pandangannya tetap tertunduk.

"Rasanya kau akan bilang aku ini tamu."

Memang, tapi Haechan langsung berdehem pelan. "Tidak, Yang Mulia."

Si raja mengangguk, "aku suka masakanmu, jika aku meminta kau membuatkannya lagi untukku apa kau tidak akan keberatan?"

"O-oh tentu, Yang Mulia. Itu tentu tidak."

"Kalau begitu bisa kau tatap aku seperti biasa?"

Mendadak tubuh Haechan tegap serta menatap sang raja dengan kaku. Bisa Haechan lihat raja itu menyunggingkan senyum geli melihat kelakuannya barusan.

"Sepertinya setelah tenggelam sifatmu berubah."

Haechan mengangguk, "mm, kurasa iya Yang Mulia. Dayang Ihm juga sering melihat saya dengan tatapan aneh."

"Ya, kau memang aneh. Tidak ada tatapan dingin dan bahasa yang kaku, kau juga tidak mengusirku seperti dulu."

Mulut Haechan setengah menganga, Lee Donghyuck punya sikap kurang ajar seperti itu? Bukankah anak ini masih terhitung belia untuk bersikap berani pada seorang raja?

"A-ah, saya pikir saya ingin memperbaiki kelakuan berani saya itu, Yang Mulia."

Si raja mengangguk beberapa kali, "kalau begitu bagus, aku suka dan lebih baik kau bersikap lembut seperti ini."

Haechan menatap heran pada lelaki didepannya, keningnya sedikit berkerut. Padahal sikapnya biasa saja.

"Membuatmu semakin manis."

Kepalanya langsung menunduk, sekujur tubuhnya tiba-tiba merinding. Haechan mati-matian menahan dengusan juga geli yang menjalar hingga pipinya. Tenggorokannya berdehem berkali-kali.

Selir LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang