Chapter 8

1.3K 92 1
                                    


Hari-hari berikutnya, Yusaku, Yukiko dan Ran bergantian membacakan novel sambil menggenggam tangan Shinichi, namun tidak ada apapun yang terjadi. Tangannya tidak lagi bergerak apalagi menggenggam. Hanya sesekali saja Shinichi terdengar mengigau. Kadang ia mengigau tak jelas, hanya berupa gumaman saja, namun lebih sering ia mengigau menyebut nama Shiho. Hal itu sudah tertangkap juga oleh telinga para perawat yang datang memeriksa secara rutin. Mulai ada gossip di kalangan perawat mengenai hubungan misterius antara Shinichi dengan dokter favorite mereka.

"Ohayo Shiho," sapa Ran pagi hari itu saat Shiho baru sampai rumah sakit. Ran tampaknya menunggunya sejak tadi di depan ruangannya.

"Ohayo Ran-San," balas Shiho.

"Anooo... Apa kau ada waktu sebentar?"

Shiho melirik arlojinya, "setengah jam. Kenapa?"

"Aku mau mengajak Shiho sarapan bersama. Kalau dipikir-pikir sejak tiba di sini, kita belum ngobrol-ngobrol padahal kita sudah 7 tahun tidak bertemu,"

"Baiklah, ayo,"

Mereka akhirnya sarapan di kantin bersama.

"Bagaimana kabar Hakase?" tanya Shiho.

"Baik, masih lucu seperti biasa,"

"Dan gendut?"

"Eh," Ran mengangguk serba salah.

"Padahal sudah kususun jadwal diet sebelum pergi," gerutu Shiho.

Ran terkekeh, "ya, kau tahu sendiri dia suka makan,"

Ran agak insecure. Selama ini ia berhadapan dengan Haibara Ai yang kecil dan imut, bukan seseorang yang ternyata wanita dewasa dan cerdas seperti Miyano Shiho.

"Bagaimana dengan detektif cilik? Seharusnya mereka sudah SMP kan?" tanya Shiho lagi.

"Eh, mereka masih suka main ke rumah Hakase. Masih suka memecahkan misteri,"

"Aku lega mendengarnya, paling tidak Hakase tidak kesepian setelah aku pergi,"

Pesanan mereka datang. Ran memesan omlet dan orange juice, sementara Shiho memesan kopi hitam dan lemon cake. Mau tak mau Ran jadi memerhatikan, semua yang dipesan Shiho adalah kesukaan Shinichi saat sarapan sebelum berubah menjadi sandwich blueberry-kacang dengan black tea selama tujuh tahun ini.

"Seingatku dulu sebagai Ai-Chan, kau suka minum black tea," Ran mengingat-ingat.

"Ah ya, sejak tujuh tahun lalu aku mengganti dengan kopi hitam, lebih manjur untuk segudang kegiatanku dalam sehari," ujar Shiho sembari menyeruput kopinya.

"Oh begitu,"

"Kau bahagia di sini Shiho?"

"Eh, aku bahagia mengejar mimpiku," ujar Shiho sambil mengunyah lemon cakenya sebelum mengernyit tak nyaman.

"Kenapa Shiho?"

Shiho mengambil tisu dan melepehkan sesuatu dari mulutnya, "tidak apa-apa. Hanya kismis, sejak kapan mereka menaruh kismis di lemon cake? Biasanya tidak."

"Kau tak suka kismis?"

"Tadinya suka, tapi sekarang tak suka," jawab Shiho sambil membongkar lemon cake yang masih utuh di piringnya dan mengeluarkan kismisnya.

Ran terpana, Shinichi juga tak suka kismis. Kenapa ia merasa Shinichi dan Shiho seperti tertukar saja roh nya? Kebiasaan Shinichi menjadi kebiasaan Shiho dan kebiasaan Shiho menjadi kebiasaan Shinichi.

"Ngomong-ngomong kau tak punya pacar Shiho-Chan?" tanya Ran penasaran.

"Pacar? Mana aku ada waktu!" Shiho nyaris tertawa menjawabnya.

"Hakuba-Kun sepertinya naksir padamu,"

Shiho mendesah, "dia tukang flirty, dia tidak benar-benar suka hanya penasaran saja dalam mengejar wanita. Contohnya aku dianggap sebagai tantangan menarik,"

"Atau ada seseorang yang sudah kau sukai?"

Shiho terdiam sejenak sebelum berkata, "ada,"

"Eh? Lalu?"

"Ya tidak bagaimana-bagaimana, cuma suka saja,"

"Kenapa? Kau tidak mengungkapkannya? Atau dia tidak suka padamu?"

Shiho tersenyum misterius, "tidak semua hal harus diungkapkan,"

"Kenapa?"

"Karena belum tentu berdampak baik," karena yang kusukai juga kau sukai...

"Oh," Ran hanya mengerjap saja tidak bertanya lagi.

"Aku ke ruanganku dulu, sampai nanti," Shiho bangkit berdiri.

"Sampai nanti," balas Ran menatap kepergian Shiho. Ia telah melihat sepintas dari tas tangan Shiho yang terbuka sedikit, Ran melihat ada suatu benda yang juga selalu dibawa Shinichi. Ran mengeluarkan benda itu dari sakunya. Lencana detektif. Anak-anak detektif cilik yang sudah besar sudah memiliki lencana baru versi upgrade. Tapi Shinichi dan Shiho masih menyimpan lencana lama mereka. Untuk apa mereka menyimpan benda yang sudah tidak mungkin dipakai lagi karena beda negara?

***

Malam itu Ran kembali membacakan novel sambil menggenggam tangan Shinichi. Namun sudah satu jam lebih dan Shinichi belum ada reaksi sama sekali. Ran menarik napas sejenak untuk mengistirahatkan dirinya dan merapikan tangan Shinichi lagi di atas selimut.

Shiho mendadak masuk ruangan untuk memeriksa seperti biasa.

"Ah Shiho..."

"Ran-San. Ada reaksi?"

Ran menggeleng, "tak pernah terjadi lagi seperti yang kemarin. Paling-paling mengigau tak jelas saja" ia tak memberitahu Shinichi mengigau menyebut nama Shiho.

"Oh," kali ini Shiho mengecek perut Shinichi, menekan-nekannya sedikit. "Oh ya..." Shiho merapikan kembali piyama dan selimut, "jadwal operasi berikutnya sudah ditetapkan,"

"Eh? Kapan?"

"Tiga hari lagi,"

"Baiklah, aku akan memberi tahu Yusaku-San dan Yukiko-San,"

"Eh, setelah penumpukannya hilang sama sekali, seharusnya Kudo-Kun bisa sadar," Shiho kembali melakukan pencocokan denyut nadi di arloji.

"Semoga saja," ucap Ran penuh harap.

Shiho mengembalikan tangan Shinichi pada lipatannya dan hal itu terjadi lagi.

"Shiho..." tangan Shinichi menggenggam tangan Shiho.

Shiho dan Ran mengerjap.

"Shinichi?" Ran ragu-ragu memanggil.

"Sepertinya dia mengigau lagi," Shiho mulai tak enak hati dan berusaha meletakkan tangan Shinichi lagi namun jari-jari Shinichi malah mengatup lebih kencang sampai Shiho sendiri yang dokter tak habis pikir.

"Shiho..."

"Kudo-Kun?" Shiho memanggilnya.

Shinichi tidak mengigau lagi. Genggaman itu terus bertahan di sana. Ran tak mengerti, dirinya, Yusaku dan Yukiko sudah sampai kering membaca sambil menggenggam tangan Shinichi dan tak pernah ada reaksi. Namun Shinichi bereaksi ketika Shiho yang menyentuhnya. Bahkan hingga detik ini hanya nama Shiho saja yang disebut Shinichi dalam tidurnya.

Pelan-pelan genggaman itu akhirnya mengendur dan tangan Shinichi menjadi lemas lagi. Shiho meletakkannya di atas selimut.

"Aku tinggal dulu Ran-San. Sampai bertemu besok,"

"Eh," Ran mengangguk.

Shiho buru-buru ke ruangannya dan menghenyakkan dirinya di kursi kerjanya. Napasnya terengah-engah, ia memeluk tangan yang bekas digenggam Shinichi. Ini sudah kedua kalinya Shinichi bereaksi memegang tangannya dan mengigau menyebut namanya. Reaksi Shinichi itu bagai merealisasikan ikatan mereka dan rasa kekosongan yang sudah ditanggung selama tujuh tahun ini.

Apa artinya ini Kudo-Kun?

A Relationship That No One Can EnterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang