7. Zeven

2.1K 156 2
                                    

"Dia ganteng."

"Bokapnya tajir."

"Pinter."

"Tapi sayang ... anak haram."

"Katanya Ibunya dulu pelakor, perebut suami orang!"

Pernyataan tak suka sekaligus kebencian secara terang-terangan dilayangkan, mulut pedas para siswa mulai bertebaran, melihat Alen yang barusan melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah.

Semua berjalan sama seperti biasanya.
Bisa dikatakan Alen itu cukup terkenal.
Alen bak seorang superstar.

Banyak yang mengagumi ataupun mengidolakan Alen. Namun, disisi lain ada juga siswa yang tak menyukainya dan jika harus dibandingkan, memang kenyataannya akan lebih banyak mereka yang membencinya.

Sejak dulu yang Alen tahu, ia selalu diejek dan suka dijadikan bahan cemooh sejak mulai bersekolah di taman kanak-kanak, hingga sampai ke sekolah menengah atas seperti sekarang.

Entah darimana dan bagaimana bisa semua tentang informasinya dengan mudah tersebar disekolah, siapa yang membocorkannya?

Bahkan teman bisnis Abi sendiri pun tak tahu menahu tentang siapa sebenarnya Alen? Masa lalu mereka dan bagaimana hubungannya dengan sang Papa?

"Dia itu sih tipe gue banget. Bisa dikatakan sempurna, tapi sayang lahir dari rahim seorang jalang sialan!"

"Didunia ini ya, dimana mana pasti dilihat dari bibit bobotnya dulu. Kalau dari sononya udah tercoreng. Mau sempurna apa hidupnya, gak bakalan pernah bisa menutupi asal muasalnya!"

"Ck! Anak pelacur!"

Alen yang sedari tadi berjalan menyusuri kelas, diam tak berniat ingin membalas tiba tiba menghentikan langkah, dadanya memanas. Ia mencoba kembali bersabar, namun mendengar kata sensitif masuk di telinganya, ia rasa tak akan bisa diam saja.

Apa? Pelacur?

Segera Alen berbalik badan menghampiri seorang siswi dengan wajah sinis menatap ke arahnya. "Siapa yang lo bilang pelacur?" Tangan Alen terkepal erat, bahkan kuku-kukunya sampai memutih.

“Ibunya lo," jawabnya.

Brak!

Alen mendorong kasar bahu itu hingga menyentuh dinding depan kelas. Sama sekali tak memperdulikan kalau mereka mereka mulai dijadikan bahan perhatian.

"Lo gila?! Dia cewek!" Teman yang satunya mencoba menghentikan Alen.

"Kalau tahu dia juga wanita, seharusnya dia juga bisa mengerti bagaimana perasaan wanita lain," balas Alen, menatap nyalang.

"Gila lo ya!" Umpatnya, juga merasa gemetaran.

"Ck! Biarin aja, mungkin dia tersinggung karena Ibunya dihina, padahal jelas-jelas itu fakta," ujar gadis itu masih santai.

"Katakan sekali lagi!" Titah Alen.

Gadis itu kembali berdecak, melihat mata Alen mulai memerah, Alen sama sekali tak bisa mengontrolnya sekarang. "Gue denger Ibu lo itu pelacur! Pelakor yang hobinya merebut suami orang!"

"SIALAN!!!" Bentak Alen mengeluarkan suara dingin, darahnya mendidih.

Kepalan tangannya sudah terangkat ketika dengan santainya mulut itu berucap. Belum sempat tangan Alen mendarat mulus di wajah sinis gadis itu. Alen segera menyadari bahwa ini adalah cara yang salah. Mereka tak setara saat ini.

"Kenapa?! Emang benarkan ucapan gue!" Tantang gadis ini kembali, senyumannya tersungging meremehkan, "Ck! Kenapa lo mau tampar gue? Ayo tampar!"

"Udah, bro! Tenang!" Ikbal yang sedari tadi hanya melihat, mulai menengahi. Menarik badan Alen untuk ditenangkan. “Ga usah dimasukin di hati, tuh ucapan setan.” lanjutnya.

Alleen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang