Seorang Gadis manis kira-kira berusia 16 tahun menatap ke arah sebuah lembar photo yang menggambarkan sepasang suami istri dengan seorang bayi laki-laki tampan tengah tersenyum lebar menatap ke arah kamera.
Gadis itu menengadahkan kepalanya ke langit berharap agar air matanya kembali tidak turun.
Dia terlalu lelah menangis, dia hanya ingin tersenyum seperti mereka bertiga dan bahagia.
Itu yang sangat dia inginkan.
"BINAR! BINAR! SAYANG KAMU DIMANA?!" sebuah panggilan dengan suara yang begitu dia kenal membuat sang gadis buru-buru bersembunyi dan masuk ke dalam sebuah perosotan yang gelap.
Gadis itu menahan nafasnya saat mendengar suara yang dia kenal.
"Binar udah ketemu?" Sebuah suara lain yang juga begitu gadis itu kenali.
"Belum." Jawabnya dengan helaan nafas panjang. "Binar kemana sih? Udah malem gini masih belum pulang? Gaya nangis-nangis takut Binar gak mau pulang setelah tahu semuanya." Lanjutnya dengan nada suara yang terdengar begitu frustasi.
"Lo udah coba tanya sama temen-temen Binar?"
"Udah tapi mereka gak ada yang tahu."
"Gue baru dapat info kalau ada yang liat Binar." Sebuah suara lain tiba-tiba terdengar dari arah kejauhan.
Tak lama terdengar langkah kaki yang mulai menjauh, Binar gadis yang selama ini tengah di cari keberadaan nya bisa bernafas dengan lega saat langkah kaki itu semakin menjauh dari area taman.
"Maafkan Binar, Mama, Papa, Ayah, Daddy. Binar udah jadi anak nakal." Ucapnya sembari menelungkupkan kepalanya di antara kedua kakinya dan mulai menangis.
Setelah puas menangis, Binar memilih keluar dari perosotan dan berniat untuk pergi ke sebuah pemakaman umum.
Walaupun tidak bisa memungkiri bahwa saat ini dia sangat takut jika harus pergi ke makam dalam malam hari, tapi perasaan rindu ingin bertemu membuat dia memberanikan diri.
Angin malam yang dingin membuat tubuhnya sedikit menggigil, dia melupakan untuk membawa jaket karena niat awalnya bukan untuk melarikan diri dari rumah tapi hanya untuk menenangkan diri.
Dia merasa malu dan tidak berani untuk tinggal bersama dengan kedua orang tuanya yang sudah merawatnya selama ini, dia juga tidak berani menatap wajah saudaranya yang selalu bersikap sangat baik padanya.
"Hai.. Aku kembali lagi." Ucap Binar sembari menatap sebuah nisan yang masih baru dengan banyaknya bunga yang masih segar di sepanjang makam.
"Maafin Binar, baru tahu sekarang kebenarannya. Andai saja Binar tahu dari dulu, mungkin Binar akan bersikap lebih baik lagi. Maafin Binar." Ucapnya sembari menunduk kan kepalanya dalam-dalam.
Tangan Binar menggenggam erat tanah kuburan, air matanya semakin turun dengan deras.
"Andai saja Binar bisa memutar kembali waktu, Binar akan bilang bahwa Binar bangga lahir dari rahim Mami. Binar sayang sekali sama Mami." Lagi-lagi sebuah ucapan penyesalan ke luar dari mulut Binar.
Binar terus menangis dan meratapi penyesalan nya, dia sangat berharap bisa mengatakan semua yang selama ini ada di kepalanya kepada sosok ibu kandungnya yang baru saja dia ketahui bahwa ibu kandungnya itu ternyata sahabat dari ibu nya yang lain.
Dia menyesal, andai saja dia tahu dari dulu mungkin dia akan bersikap jauh lebih baik dari sekarang.
"Aish berisik!" Sebuah umpatan terdengar dari gelapnya malam.
Binar tersentak saat mendengar sebuah suara asing.
Dengan takut-takut dia menatap ke arah belakang tubuhnya, dia takut dia akan bertemu dengan seorang hantu apa lagi saat ini dia tengah duduk seorang diri di sebuah pemakaman umum yang sepi dan gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission - 60 days back to 2023
FantasiaBagaimana jadinya jika kamu terjebak dalam sebuah pilihan harus memilih di antara 4 orang sekaligus. mantan kekasih yang sangat sulit kamu lupakan, kekasih mu saat ini yang berhasil membuat mu bangkit dari keterpurukan, sahabat sekaligus cinta perta...