Sosok Misterius

86 14 5
                                    

Iqbal terus mencari keberadaan Binar, dia berlari mengelilingi pantai namun sosok Binar masih belum terlihat batang hidungnya.

Kalina terus mencoba mencari dengan berteriak dan menanyakan ke beberapa pengunjung, namun tak ada satupun yang melihat seorang gadis dengan apa yang Kalina deskripsikan.

Kalina menangis, perasaan bersalahnya semakin besar.

Setelah mencampakkan putri nya, dia juga harus kehilangan putrinya tepat di depan matanya sendiri.

Sungguh dia bukan ibu yang baik.

"Gimana? Binar udah ketemu?" Satu pertanyaan lolos di mulut Kalina begitu Iqbal baru saja datang dengan peluh yang membasahi wajah dan punggungnya.

Gelengan Iqbal berhasil membuat tangisan Kalina semakin pecah.

Iqbal buru-buru menarik Kalina kedalam pelukan nya dan berjanji akan segera menemukan Binar.

Awalnya Iqbal tidak ingin berita kehilangan Binar sampai terdengar pada telinga Gaya, Devano, Julian dan juga Rama. Tapi Kalina bersikeras.

Kata Kalina semakin banyak orang yang membantu maka akan semakin baik.

Binar akan cepat di temukan jika banyak orang yang membantu.

Namun Kalina tidak tahu, bahwa Rama akan membawa gadis pilihan orang tua Rama, gadis cantik dengan mata tajam, berkulit putih dan hidung mancung itu memeluk tubuh Kalina dengan erat dan memberikan sebuah ucapan semangat.

Kalina bisa menebak bahwa Rama sudah menceritakan apa yang terjadi kepada Aya, termasuk siapa itu Binar.

Aya terlihat mempercayai, dia bahkan mengatakan bahwa dia ingin segera bertemu dengan sosok Binar.

Anak dari masa depannya.

Hampir 2 jam mereka mencari keberadaan Binar, namun selama itu mereka masih belum menemukan Binar.

Hingga malam semakin larut, lantunan adzan isya mulai terdengar, langit semakin gelap dan udara juga semakin dingin.

"Kita istirahat sebentar, lagian lagi adzan juga." Kata Gaya sembari menjatuhkan tubuhnya ke arah pasir.

Satu persatu mulai duduk, begitu pula dengan Kalina dan juga Iqbal.

Kalina tidak banyak berbicara, dia hanya ingin segera menemukan Binar.

Begitu pula dengan Iqbal yang terlihat begitu frustasi.

"Kalau sampai jam 10 kita masih belum menemukan Binar, mau gak mau kita lapor polisi." Usul Rama.

"Gak bisa, kita gak bisa lapor polisi. Lo inget siapa itu Binar. Polisi gak akan bisa menemukan Binar." Ucap Iqbal.

Terdengar helaan nafas panjang dari Rama.

"Kenapa bisa Binar hilang? Emang selama itu kalian dimana?" Tanya Devano penuh kekesalan.

Gaya langsung menepuk pelan lengan Devano yang terdengar memanasi suasana.

"Gue gak tahu, gue sama Iqbal lagi duduk disini. Dan Binar lagi main gelembung sabun di depan, saat kita lihat ke depan Binar udah gak ada." Kalina menjelaskan.

Devano menghela nafasnya pelan. "Gue tahu ini mungkin terdengar gila, tapi entah kenapa tiap lihat Binar hati gue ngerasa ada ikatan sama dia. Padahal gue baru kenal dia gak lama, tapi gue bisa sesayang itu sama dia." Keluh Devano. "Saat lo bilang Binar hilang, dada gue." Devano menunjuk ke arah dadanya. "Rasanya sakit banget." Lanjut nya.

"Bukan cuma lo, tapi gue juga." Aku Gaya. "Apalagi selama 3 hari terakhir, dia sering ngintilin gue sambil manggil mama, mama." Ucap Gaya di iringi helaan nafas panjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mission - 60 days back to 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang