happy raeding
"Bunda jadi ke acara teman arisannya bunda?" Vanya bertanya sembari duduk ditepi kasur kamar bunda tercintanya
"Iya sayang, kamu juga ikut kan?" tanya Rania selaku bunda angkat Vanya lembut.
"Ikut dong, Vanya bosen kalau dirumah terus" tuturnya
"Ayo, sebelum itu rambut kamu bunda ikatin sini" tawar Rania sembari menyuruh Vanya untuk duduk di depan meja hias bundanya.
"Yang simpel aja bunda, yang kayak princess gitu" jelasnya senang sambil menatap dirinya dan bunda di kaca. Rania mengangguk dan mulai mengatur rambut panjang dan halus putrinya.
Begitu cantik dan manis sudah tampilan Vanya saat ini, Rambutnya kini tertata rapi, terdapat dua kepangan kecil yang melingkar dikepalanya, serta hiasan pita putih yang sangat ia sukai. Rambutnya tetap dibiarkan tergerai, namun bagian bawahnya dibuat curly.
Tibalah Vanya dan Bundanya ke acara. Saat ini sudah menunjukan pukul 8 malam, suasana pinggir pantai dimalam hari tidak begitu kentara, hanya pesisir pantai dihiasi lampu serta terdapat beberapa gazebo yang dihiasi lampu-lampu cantik.
Pada bagian tengah dari halaman tempat tersebut terdapat restoran yang cukup mewah, dikarenakan tempat ini disewa untuk sebuah acara jadi tidak begitu ramai, yang berdatangan hanya tamu undangan saja.
Vanya dan bunda Rania masuk kedalam restoran guna menemui pemilik acara, Vanya begitu senang karena banyak makanan disekitarnya, mana lagi ini di pantai, ia sangat menyukai pantai.
"Wah selamat ya Ana, udah nambah umur tapi tetap awet muda nih" ucap Bunda rania sambil menyapa temannya itu.
"Terimakasih Ran, kamu juga dong pastinya"
"Ohiya ini Vanya putri ku satu-satunya" Vanya dengan lembut menyalim tangannya serta memberikan senyuman manis.
"Cantik sekali ya, seperti princess" ujar Ana sembari mengusap lembut kepala Vanya tanda sayang.
"Tentu saja, aku bundanya" dengan pelan Rania mengusap bahu sang putri, ia begitu bangga dan senang memiliki putri seperti Vanya.
Kurang lebih 2 jam acara itu berlangsung, Vanya mulai bosan karena sudah semua makanan ia coba, ia ingin keluar untuk pergi ke pantai mencari udara segar.
"Bunda, Vanya boleh kesana?bosen disini" tunjuk fanya ke arah pantai yang tak jauh dari restoran.
"Tentu sayang, tapi hati-hati ya, jangan terlalu jauh mainnya, dan jangan sampai kamu masuk ke air" ucap Rania sembali mengusap kepala putrinya.
Vanya kini berjalan dengan riang di bibir pantai, sembari sedikit mengangkat gaunnya agar tidak basah, beberapa kali ia mendapati kerang-kerang cantik dan mengumpulkannya, setelah selesai ia menelusuri setiap gazebo guna mencari sesuatu, seperti permen contohnya, gazebo disini telah disediakan dan di atur untuk para tamu.
Saat ia sedang mengambil gambar dengan ponselnya, ia tak sengaja menangkap siluet sesorang dari kejauhan, nampak gagah namun misterius, itu terlihat seperti penjahat tapi Vanya malah memikirkan itu Hantu yang sering menculik anak-anak tapi ia lupa namanya, ah slinderman? Dengan terburu-buru ia berlari ke arah berlawanan dari sosok pria itu, tapi jangan lupakan jurus jitu agar kecepetan berlari lebih kuat, ia melepaskan kedua sendalnya paksa dan malah memakaikannya di kedua tangannya, sembari mengangkat gaunnya. Sudah seperti anak ingusan yang kabur dari emaknya, begitulah fanya sekarang.
Dan sialnya, ia jatuh, bagian tangan serta lututnya tak luka, tapi bagian telapak kakinya berdarah karena tergores pecahan kerang yang menancap di batang kayu yang sempat Fanya pijak.
Vanya merasa kesakitan dan mulai ingin menangis mana kala terdapat suara kaki yang berjalan didekatnya.
"ceroboh" ucapan itu membuatnya mematung, suara serak dan berat namun begitu bisa membuatnya berdegup kencang. Dengan keberaniannya yang tersisa ia mendongak untuk melihat siapa yang berada disampingnya.
Cengiran itu Vanya tunjukan pada pria tampan didepannya ini, meskipun tak terlihat jelas karena cahaya tak begitu menyinari tempat mereka, Vanya sudah memastikan dia tampan dari posturnya.
"bisa berdiri?" pria itu mengulurkan tangannya untuk membantu Vanya, dan dengan senang hati diterima oleh gadis didepannya ini.
"terluka?" tanya dia sesaat setelah melihat Fanya meringis dan sedikit mengangkat satu kakinya.
Anggukan hanya dapat Vanya berikan, karena sedang menahan perih dan ingin sekali menangis namun malu. Masih punya malu sepertinya.
Dengan sigap dan tanpa persetujuan, Vanya digendong seperti koala, menuju gazebo yang tak terlalu jauh dari tempat mereka, setelah mendudukan Vanya disampingnya, ia mengambil sebotol air mineral untuk membersihkan luka ditelapak kaki gadis disampingnya ini. Sedangkan sang pemilik luka tersenyum manis tanpa dosa.
Vanya pov
"Nama bap-" sebelum gua meneruskan ucapan gua, cowo didepan gua memotong tanpa mengalihkan fokusnya ke kaki gua.
"Saya tidak setua itu untuk kamu panggil bapak"
"Heheheh habisnya sih-"
"Apa? Karna saya memakai jas?"
"Huum"
Satu kekehan terdengar dari dia, anjir anjir tuh suara berat bener, malah bikin melting lagi, sugar daddy nih om om.
"Arkatama itu nama saya" oalah Arka, ganteng kayak orangnya, sugar daddy fix.
"Sudah selesai, lebih hati-hati nanti, dan kenapa lari?"
"Gua kira tadi lu hantu, makanya lari terus jatuh deh, gak begitu sakit sih, tapi kena pasir jadi perih" jelas gua sambil memainkan pita yang ada digaun.
Tanpa menjawab, tuh cowo malah ngelepasin sendal dari kedua tangan gua, gua sempat bingung, ngapain nih sugar daddy, tapi pas dia berlutut didepan gua, gua syok gua dilamar gitu? Eh eh salah anjir.
"Sendal itu fungsinya melindungi kaki, bukan tangan" ucap dia sambil makein gua sendal.
"Dan jangan berbicara lu gua seperti itu, saya kurang suka" setelahnya dia kembali duduk disamping gua sambil natap gua dalem, ngehipnotis nih pasti.
Author pov
"Nama kamu?" Tanya Arka sembari menatap dalam manik mata cantik didepannya
"Gu- maksudnya aku Vanya, Alzivanya"
"Hanya itu?"
"Ada lagi kok, Alzivanya Lyanor Nichol"
"Lia, saya panggil kamu lia, boleh?"
Arka dengan beraninya menyelipkan helai rambut yang berada dipipi Vanya ke telinga untuk tidak menghalangi ia agar leluasa menatap gadis didepannya ini.
Sontak tindakan itu membuat Vanya spontan menjauhkan wajahnya namun langsung meminta maaf saat melihat raut wajah Arka begitu dingin.
"Sudah larut malam, pulanglah" setelah mengatakan itu, arka beranjak dan pergi tanpa menatap Vanya lagi yang tengah terdiam.
"Dia pergi gitu aja? Gua salah ya? Kan replek anjir dasar tua" Vanya sedikit memajukan bibirnya tanda kesal, bagaimana bisa dia pergi begitu saja tanpa mengantarkannya kembali kedalam restoran, dengan terpaksa Vanya berjalan sendiri secara perlahan menuru restoran.
Sedangkan disebrang sana, seseorang seakan senang mendapat kabar ini untuk ia jadikan bahan cerita pada teman-temannya.
Vote, terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAXYFER |
Teen Fiction"Siapa dia?" "Pemilik malam, The Queen" Senyuman tipis itu tertuju pada gadis yang tak jauh darinya, aura menawan serta dingin itu begitu membuatnya tertarik. "Kau punya pacar?" "Kenapa bertanya begitu? Kau mau mendaftarkan diri?" Gadis yang kini d...