"Apa ini cok, susah bener, heran gua" keluhan itu tidak ada habis habisnya keluar dari mulut manis dan ranum milik gadis yang tengah pusing mengerjakan tugas didepannya ini. Pelajaran kimia, materi alkana, alkena dan alkuna, materi yang memusingkan bagis gadis muda bernama Alzivanya Lyanor Nichol, akrab teman-temannya panggil anya, dia gadis muda berparas manis, untuk seumurannya sudah terbilang cantik, gadis yang periang, murah senyum, menyukai makanan pedas, olahraga renang, serta halu.
Memiliki rambut panjang hitam sebatas pinggang, netra coklat yang sangat cocok dengan kulit putihnya, serta wajah cubby menambah kesan menggemaskan, namun bertolak belakang dengan postur tubuhnya, nampak begitu seksi jika memakai pakaian yang sedikit ketat, seperti sekarang ini, seragam sekolah yang begitu pas ditubuhnya, menampilkan lekukan pinggang yang sangat indah selayaknya putri kerajaan, serta rok yang tak terlalu pendek namun mengembang, benar-benar seorang putri bukan? Dan ya, tak lupa pita putih besar bertengger rapi diatas kepalanya sebagai hiasan tambahan. Vanya sedari kecil sangat ingin menjadi seorang putri, semua mainannya berhubungan dengan kerajaan, hanya satu kekurangannya sehingga mimpinya tak terwujud, orang tuanya telah berpisah sejak lama, dan membuangnya ke panti asuhan saat usianya masih bayi.
Vanya tak mempermasalahkan itu, karna dia mendapatkan kasih sayang yang begitu hebat dari orang tua angkatnya sendiri, dia seakan menjadi kartun sophia dalam alur cerita yang berbeda.
"Mana sini, bilang aja kagak paham materinya, makanya jangan molor terus kerjaan lu Ziva" itu Iky, teman sekelas sekaligus ketua kelasnya Vanya, Iky ingin memanggil gadis didepannya ini dengan panggilan berbeda, karena dia juga gadis yang berbeda, bisa dibilang gadis yang ia sukai.
"Hehehe, tau aja aa Iky yang ganteng, makasii yaa" sembari tersenyum manis hingga matanya pun ikut tersenyum. Siapa yang tak salting melihat itu.
"Iya, btw pulang bareng mau?'' tawar Iky sembari tetap mengerjakan tugas milik fanya.
"Belum bisa nih, soalnya nanti gua bakalan dijemput bunda buat ke acara teman arisannya" mendengar itu Iky hanya ber oh ria, tak masalah baginya, masih ada hari lain.
Bel pulang berbunyi tanda berakhirnya KBM di SMA Tunas Bangsa, semua teman-temannya sudah berhamburan keluar kelas, kecuali Vanya dan Iky, mereka mendapat jadwal piket, hanya berdua karna temannya Ria tak sempat hadir dikarenakan sakit.
Vanya berpamitan dengan Iky yang sudah siap pergi dengan motornya didepan gerbang sekolah, sebelumnya dia memberitahu Vanya agar berhati-hati.
Kini Vanya duduk di halte bus yang tak jauh dari gerbang sekolah menunggu bundanya untuk menjemputnya, sembari memakan coklat yang diberikan Iky sewaktu jam istirahat kedua tadi.
Sudah lebih dari 30 menit menunggu Ibundanya tak kunjung datang, hingga langit pun mulai mendung bertanda akan hujan, Vanya masih setia memakan pentolan yang sempat ia beli tadi, mengacuhkan cuaca yang mendung, toh jika bunda berhalangan pulang ia bisa naik taksi, tapi hingga sekarang belum ada taksi yang lewat, dan kabar dari bundanya.
1 jam 15 menit sudah berlalu, Vanya tanpa sadar tertidur sambil meringkuk dikursi halte, hujan sudah turun deras sejak setengah jam tadi, ponsel Vanya mati total karna ia mainkan saat jam pelajaran, dan sialnya ia tak membawa powerbank.
Suara decitan ban menggangung tidurnya, beberapa detik kemudian Vanya terbangun karena benturan keras, terlihat sebuah mobil hitam sudah hancur bagian depannya karena menabrak pohon mangga diseberang jalan.
Dengan tergesa-gesa Vanya berlari kearah mobil dengan membiarkan tasnya di halte, Panik yang Vanya alami, melihat ada pengemudi yang entah sudah pingsan atau sudah tak bernyawa lagi didalam mobil, dengan keberaniannya yang secuil Vanya membuka pintu mobil, memasuki setengah tubuhnya kedalam, ia menepuk pelan pipi pengemudi itu guna membangunkannya, tak ada respon hingga air hujan yang menetes dari helai rambutnya mengenai tangan pria itu, membuat ia menggerakan matanya tanda akan sadar.
"Syukurlah masih hidup, oy... bangun" Vanya menoel pipi pria itu beberapa kali, namun enggan membuka mata, ia hanya menggelangkan kepalanya merasa terganggu.
"Lah.. oy pak, ini bapak-bapak bukan sih, bangun pak, atau mau saya kentutin?" ucap asal Vanya sembari menggoyangkan bahu pria didepannya ini, tak kunjung bangun, dengan terpaksa ia menariknya hingga keluar dari mobil, dan tentu saja itu berhasil, pria itu bangun namun begitu linglung serta sempoyongan, iya juga sudah basah kuyup terkena air hujan, pria itu melirik kearah Vanya yang juga sedang menatapnya bingung.
"Pak, gapapa?" gelengan yang diberikan sebagai jawaban sudah cukup untuk Vanya, ia kembali ke halte sesaat setelah mengambil buah mangga yang jatuh ke jalan. Lumayan dapat rezeki, begitulah yang dipikirkan Vanya.
Sedangkan pria itu masih memegang dahinya yang pening serta terdapat sedikit luka yang berdarah disana, ia melihat mobilnya kini ringsek bagian depan, menghela nafas panjang seakan pasrah, kini ia mengikuti arah gadis aneh yang sudah berjalan didepannya ini hingga sampai di halte bus dan ikut mendudukan dirinya disana.
"Bapak mau?" tawar Vanya sembari memperlihatkan mangga ditangannya yang sudah ia makan setengah.
"tidak" Vanya hanya menganggukan kepalanya dan kembali fokus memakan mangga, dilain sisi, pria itu terus menatapVanya. Aneh itulah yang ada dibenaknya, apa dia terlihat seperti tua bangka sehingga memanggilnya bapak?
"Saya Alzivanya, bapak bisa panggil saya vanya, bapak siapa namanya?" tanya vanya setelah selesai menghabiskan mangganya dan membersihkan tangan serta mulutnya dengan tisu di tasnya.
" Gua bukan bapak-bapak" ucapnya sembari menatap jengah gadis disampingnya ini.
"oh, kirain, habisnya pakai jas sih, kayak ayah Vanya" jelas fanya sembari nyengir kuda namun sialnya membuat lawan jenis didepannya ini tiba-tiba termenung akan senyuman manis itu, tetapi sesaat kemudian ia kembali berekspresi biasa saja.
"Gua Alvian" setelah itu, ia pergi begitu saja dengan membawa mobilnya yang sudah ringsek namun masih bisa berjalan, toh hanya bagian depannya saja yang rusak.
Mendengar nama dari pria tadi membuat Vanya penasaran, namun tak begitu penting untuknya, hingga beberapa menit setelah kepergian pria tadi, Bundanya telah sampai untuk menjemput putri kesayangannya.
" Maafin bunda sayang, macet nak, terus bunda harus putar arah ke jalan tol karena jalan umum banjir, ayo masuk, nnti kamu kedinginan" ujar Bunda Vanya khawatir dan dengan segera ia memasuki mobil bundanya.
vote jangan sampai dilewati, terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAXYFER |
Fiksi Remaja"Siapa dia?" "Pemilik malam, The Queen" Senyuman tipis itu tertuju pada gadis yang tak jauh darinya, aura menawan serta dingin itu begitu membuatnya tertarik. "Kau punya pacar?" "Kenapa bertanya begitu? Kau mau mendaftarkan diri?" Gadis yang kini d...