Jiandra Nouzella

22 1 1
                                    


“Aku memulainya. Sesaat sebelum aku benar-benar harus mengakhirinya.”

— Jiandra Nouzella

***

Raka Dewangga. Nama yang sangat populer di SMA Phoenix, semuanya pasti kenal dengan sosok Raka. Mantan ketua OSIS, yang baru saja diambil jabatannya oleh seorang cewek yang hari ini terpilih sebagai ketua OSIS yang baru.

"Jiandra Nouzella, menjabat sebagai ketua OSIS dengan masa bakti 2024-2025."

Semuanya bertepuk tangan dengan riuh, saat MC membacakan nama Jiandra. Sementara Jiandra sendiri masih syok berdiri diatas podium, dilihat oleh semua warga sekolah. Perempuan itu juga terlihat jelas sangat gugup.

Sementara disebelah utara, teman sekelas Jiandra sangat ricuh. Apalagi dipimpin oleh seorang bernama Lala, sahabat Jiandra yang begitu antusias saat temannya itu terpilih sebagai ketua OSIS.

"Gila! Temen gue itu temen gue! Keren banget, gak, sih?!!" Lala loncat-loncat berteriak.

Jiandra dari atas podium melihat sahabatnya itu, merasa sedikit malu. "Gila, mimpi apa gue punya temen kayak dia!"

Setelah semuanya terlewat, saat Jiandra naik diatas podium sebagai ketua OSIS yang baru. Perempuan itu melemparkan tubuhnya keatas kasur, ia sangat kelelahan. Karena banyak sekali tugasnya hari ini.

"Gila, gue capek banget. Padahal barus sehari," keluh Jiandra sambil merentangkan tubuhnya.

Lala mendesis. "Masih ada waktu kurang lebih setahun, jabatan lo sebagai ketua OSIS. Jangan ngeluh diawal gini, ahh!"

"Gak apa, sih. Seenggaknya, gue bisa deket terus sama Kak Raka. Ah, cowok yang gue jadiin crush sejak jaman gue masih MPLS."

"Iya, deh. Tau aja yang sipaling Kak Raka. Tapi intinya tujuan lo jangan cuma itu, inget, loh, lo gabung OSIS awalnya karena pengen bisa deketin Raka. Tapi sekarang? Lo malah jadi ketua OSIS, lo punya tanggungjawab yang besar tau." Ingat Lala, persis seperti mamanya saat memberi nasihat.

Jiandra juga sering sekali mendengar nasihat dari mamanya Lala itu, yang ia anggap sebagai ibunya juga. Dia dan Lala memang sudah berteman sejak SMP, jadi jangan salah jika pertemanan mereka sudah akrab seperti ini.

"Siap, Ibu Lala. Yang pasti, Lala gue yang paling tersayang ini harus nemenin gue terussss!"

"Oke."

"Eh, La. Jangan maninin lip cream gue yang itu, belum ada uang gue kalo itu habis!" decak Jiandra, melihat Lala yang duduk didepan cermin sambil memakai lip cream miliknya.

"Dikit doang, lagian lo jarang juga makenya. Pake palingan kalo ada acara. Gak seboros gue, Ji, lo mah masih mending."

"Yaiyalah, orang lo mah make tiap jam. Minum dikit aja udah lo tambal lagi noh bibir!" cibir Jiandra.

"Hehehehe."

****

Baiklah, saatnya Jiandra menjalani hari-harinya menjadi ketua OSIS. Perempuan itu berdiri didepan cermin, menyisir rambut bergaya sjshs itu. Jiandra melihat dirinya sendiri, tidak menyangka sosoknya yang ini bisa jadi ketua OSIS. Pasalnya, dari jaman kelas sepuluh Jiandra selalu telat sekolah. Dihukum, dimarahi, bahkan tidak bisa dihitung sudah berapa catatannya.

Namun kini perempuan itu sudah sadar, ada baiknya menjadi manusia on time dan murid SMA Phoenix yang disiplin. Pukul 6 pagi, perempuan itu sudah ingin berangkat ke sekolah. Ya, biasanya ada bus di jam segini. Bus selanjutnya, biasanya datang jam setengah 7 sama seperti biasanya ia berangkat. Namun perempuan itu sudah bersiap lebih awal.

Sebelum keluar dari rumah, perempuan itu menatap bingkai foto yang terletak diatas laci. "Na, gue gak perlu sepinter lo buat jadi ketua. Buktinya gue bisa sekarang."

Jiandra terkekeh sinis, perempuan itu akhirnya keluar dari dalam rumahnya. Menuju ujung gang, dan menghampiri bus yang sudah datang di depan halte. Untungnya perempuan itu cepat, ia tak ketinggalan bus pertama pagi ini.

Seperti kesukaannya, perempuan itu duduk disamping jendela. Melihat jalanan yang masih terlihat cukup sejuk, perempuan itu menutup telinganya dengan earphone. Mendengarkan lagu dari Arhsbs kesukaannya.

Sedang asyik mendengarkan, Jiandra malah terganggu dengan sesuatu yang sepertinya baru saja menghantam dirinya. Perempuan itu mendesah, melirik ke samping kanannya.

"Maaf, aku gak tahu kalo ada orang disini."

Jiandra melepas earphone, menatap perempuan yang baru saja duduk disampingnya. Dia hanya menatap lurus kedepan, pandangannya benar-benar kosong. Ya, tidak salah lagi, kalo Jiandra mengira perempuan itu tidak bisa melihat.

"Oh, ya, gak apa-apa." Jiandra memaklumi.

"Maafin aku, ya, aku memang selalu bikin repot."

Mendengar itu, Jiandra merasa sedikit kasihan. Nada bicara perempuan itu sedikit melemah. "Ah, enggak, kok. Aku yakin kalo kamu hebat."

"Kenapa kamu menilai aku seperti itu? Bukannya kita baru pertama ketemu, dan kamu lihat aku buta?"

"Ng–okey, sepertinya kita harus kenalan dulu." Jiandra mengulurkan tangannya, berusaha meraih tangan perempuan itu agar bersalaman dengannya. "Namaku Jiandra Nouzella, kalo kamu?"

"Emm, namaku Alana."

Ada rasa panas di dada Jiandra barusan, tapi dia seolah tak merasakannya. Nama itu, kenapa harus ada nama itu? Kenapa perempuan ini tidak memiliki nama lain selain itu? Ah, lagian nama itu memang pasaran. Tak heran ia bisa bertemu banyak orang, dengan nama yang sama.

"Kok diam?"

Jiandra tersadar. "Oh, ya. Senang bisa kenal kamu, Al."

"Kamu sepertinya orang yang sangat ceria, terdengar dari setiap nada bicara kamu," terang Alana.

Jiandra tersenyum miris. "Biasa saja, aku hanya berusaha menikmati setiap detik dalam hidup aku."

"Bagus kalau gitu. Mungkin, lebih baik memang jika kamu menikmati setiap detik dalam hidup kamu itu. Menjalani apa yang ada di depan kamu, tidak selalu terjebak dalam masa lalu." Alana tersenyum.

Jleb! Apakah hati Jiandra baru saja ditusuk oleh sebuah panah? Kenapa, ucapan perempuan yang baru dikenalnya ini begitu mengguncang hatinya?

"SMA Phoenix!!" teriak kenek bus, sambil mengetuk kaca pintu bus.

"Kamu gak turun? Bukannya itu sekolah kamu?" Alana mengingatkan, seakan perempuan itu tahu segalanya.

Jiandra tersadar akan lamunannya. "Ah, ya. Kamu sepertinya tahu segalanya, bukan sekedar perempuan biasa. Aku harap kita bisa bertemu lagi."

***

HAI-HAI, SELAMAT DATANG DICERITA BARU AKU!!!!

Ini murni karyaku, ya. Tolong jangan sangkut pautkan cerita-ceritaku dengan cerita orang lain.

Kalian jangan lupa vote setiap bab-nya, setiap mau lanjut.

Selamat membaca✨

FinifugalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang