I DIDN'T OWN THIS STORY. THIS IS BELONGS TO ARGOSY
Notes : It's actually one-shot fic with 9k word but i decided to split it out for several part/ chapter. For your convenience. Sebenernya ini cuma fanfic 'one-shot' dengan 9k kata tapi aku memutuskan untuk membaginya menjadi beberapa bab. Untuk kenyaman bersama.
——
Draco kelaparan. Dia membolak balikkan tubuhnya dengan gelisah di atas tempat tidur yang tidak rata, menolak untuk turun ke bawah.
"Kita tidak punya peri rumah di sini" Weasley yang paling tua memberitahunya, mengantarkannya menuju kamar di lantai 3 yang tampak suram. "Tidak akan ada yang melayanimu seperti dirumah. Kalau kau ingin makan, kau diperbolehkan bergabung bersama kami di dapur bawah"
Akhirnya dia bisa sendirian, Draco menolak untuk meninggalkan ruang tidurnya. Dia telah berada di sana—sepanjang, seharian—dan—mungkin setengah hari? Dua hari? Apa dia sudah makan sebelum ini? Dia bahkan tidak dapat mengingatnya.
Draco menatap ke sekeliling ruangan yang begitu sempit dan juga berdebu. "Tidak lebih mirip seperti sebuah penjara. Bagaimana jika aku memutuskan untuk mengadakan tur jalan-jalan?"
"Kau bukan tahanan kami di sini, Draco"
Draco mendengar dirinya sendiri mendengus, tersinggung dan merasa jijik ketika menyadari tingkahnya tampak sama seperti Potter.
"Kau berada di sini dalam perlindungan kami. Kau dipersilahkan untuk meninggalkan rumah ini kapanpun yang kau mau. Tanpa tongkatmu, tentu saja, tapi kami tidak akan menghalangimu untuk mendapatkan yang baru. Orde dan rumah ini sendiri memiliki banyak sekali pelindung. Sekali kau pergi, kau tidak akan pernah bisa menemukan kami lagi"
Matahari mulai tenggelam di balik kaca jendelanya. Sinar merah menerobos masuk melewati tirai tipis dengan skema warna yang tampak lebih mengerikan dari yang sebelumnya. Draco menarik keluar rokok miliknya, kemudian menyadari bahwa dia tidak bisa menyalakan api untuk menyulutnya tanpa bantuan tongkat.
"Aku harap kau akan tetap tinggal. Severus telah berjanji untuk melindungi dan menjauhkanmu dari Kau-Tahu-Siapa-" Dia berhenti, menguatkan dirinya sendiri. "Dari Voldemort untuk beberapa bulan. Dan Albus mati untuk mencegahmu menjadi seorang pembunuh. Kau mungkin harus mempertimbangkan bahwa kau telah berhutang budi kepada mereka"
Pria tua itu meninggalkan ruangan. Draco meraih kasur dan duduk di atasnya.
Dan hanya bergerak sesedikit mungkin semenjak itu. Tapi perut yang keroncongan terus menggerogoti perasaannya, melilit lambungnya dengan teriakan kelaparan. Dia benar-benar harus turun ke bawah.
Dia mendengar suara seseorang di luar sana. "Harry, kau tidak perlu berdiam diri di sini seolah kau dimaksudkan sebagai penjaga gerbang. Mr. Weasley bilang-"
"Mr. Weasley tidak mengenalnya seperti aku. Seperti bagaimana kita mengenalnya" Nada suaranya yang terdengar menyudutkan pengkhianatan menembus dinding. "Bagaimana bisa kau mempercayainya, Hermione? Aku pikir kau dan semua orang—"
Haruskah mereka melakukannya di sini, saat ini juga? Bahkan sebagai seorang tahanan dia memiliki hal yang lebih penting dilakukan daripada mendengarkan Potter dan si Darah Lumpur berdebat. Draco menarik nafas panjang dan mendesah. Tampaknya dia memang anak laki-laki yang tidak memiliki pilihan. Lebih buruk bahkan, mendengarkan Hemione berbicara seperti Kneazle yang sekarat.
"Kau dengar wasiat terakhir Dumbledore kan, Harry. Kau tahu dia bahkan telah mengatur agar Snape yang membunuhnya, jika itu diperlukan"
"Bohong," Potter mendecih.
![](https://img.wattpad.com/cover/341929291-288-k569685.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
As Sharp as Any Thorn | DRAMIONE
FanfictionI DIDN'T OWN THIS STORY. THIS IS BELONGS TO ARGOSY Notes : This was originally posted at dmhgficexchange's Celebrate the Season with Draco and Hermione. / Cerita ini secara original telah di posting di dmhgficexchange's Celebrate the Season with Dra...